seharian ini Dongpyo terus menghindari Yohan, Dongpyo tidak tau penyebabnya dia hanya berpikir bahwa harus melakukannya. Menghindari baik itu kontak mata atau mengambil posisi menjauh. Setiap kali dia melihat Yohan entah kenapa dirinya merasa wajahnya panas dan telinganya memerah jadi menghindar adalah satu-satunya yang bisa ia lakukan.
Dongpyo baru saja masuk kekamarnya setelah hampir tengah malam. Memastikan Yohan sudah terlelap dikasurnya, hanya ada cahaya dari lampu diluar ruangan yang masuk melalui celah pintu di kamarnya. Dongpyo berjalan pelan agar tidak menimbulkan suara apapun. Dia sendiri tidak mengerti kenapa melakukan hal ini, terus-terusan menghindar seperti oknum pencuri yang baru saja ketahuan. Bukankah seharusnya Yohan yang betingkah begitu bukan malah dirinya. Merebahkan dirinya dan menarik selimut untuk menutup seluruh tubuhnya Dongpyo memejamkan matanya, tubuhnya juga perlu istirahat.
"Harusnya ku tendang kakinya atau paling tidak wajah kurang ajarnya itu harus ku lempar menggunakan sepatu milik Hangyul hyung" Dongpyo bergumam pelan, merasa kesal kenapa hanya dia yg bersikap seperti ini sedangkan Yohan nampak biasa saja.
Tubuh Dongpyo menegang, ia hampir berteriak saat merasakan tangan besar melingkar dipinggangnya. Merasakan hembusan nafas lembut dibelakang lehernya, tanpa berani menoleh Dongpyo memejamkan matanya berpura-pura tidur meskipun si pelaku tau Dongpyo sedang berpura-pura. Dongpyo hanya tidak mengerti kenapa tubuhnya tidak menolak sama sekali, alih2 merasa risih kenapa justru dia merasa nyaman? apa karena dia selama ini hampir saja lupa bagaimana rasanya pelukan saat terlelap
"Dongpyo" suara serak milik Yohan langsung meyentuh gendang telinga Dongpyo. Dongpyo hanya diam, tidak berniat menyahut hanya mengeratkan cengkramannya pada selimutnya.
"kenapa menghindariku?" Yohan bertanya, matanya terpejam mempererat rengkuhannya pada Dongpyo posisinya yang sangat dekat sekarang membuatnya dapat menghirup aroma lembut dari tubuh dongpyo.
Dongpyo masih diam, tidak berniat menjawab bukan karena apa. Hanya saja dia bingung jawaban seperti apa yang harus ia berikan.
"apa karena aku menciummu ?"
Dongpyo merasa wajahnya panas, dia yakin sekarang wajahnya akan tampak semerah tomat.
Yohan membalik tubuh Dongpyo sehingga ia bisa melihat jelas bagaimana wajah manis Dongpyo yang sudah sangat merah sekarang. Yohan tersenyum, dia tau sosok didepannya ini sedang berpura-pura tidur.
"maafkan aku, jika kau tak suka. maaf karena sudah membuatmu harus tidur larut untuk menghindariku" Yohan berucap pelan pada telinga Dongpyo, "kau tidak pernah menghindar meski Seungwoo hyung menciummu berkali-kali" kata2 itu hanya terangkai dikepalanya, tidak benar-benar ia ucapkan.
"apa aku harus jadi Seungwoo hyung dulu agar kau tidak marah" gumam Yohan tak jelas sambil tersenyum miris, untuk dirinya sendiri.
Dongpyo membuka matanya, netra miliknya langsung bersitatap dengan netra kelam Yohan. sekian detik hanya ada keheningan, baik Yohan ataupun Dongpyo keduanya memilih bungkam. Yohan tersenyum, menetralkan degup jangtungnya yang kian hari semakin berdetak kencang seolah baru saja menyelesaikan maratonnya, Sedangkan Dongpyo hanya bingung tidak mengerti apa yg benar-benar harus dia katakan.
"hyung, maaf-"
"sst, bukan salahmu. maafkan hyung membuatmu tak nyaman" Yohan tersenyum dengan tulus, tanpa tertawa seperti biasanya. Benar-benar tersenyum, tangannya menyentuh rambut yang menutupi kening Dongpyo.
Dongpyo tidak tersenyum, matanya terpejam merasakan jari Yohan yang mengelus lembut pipinya. Menenggelamkan dirinya dalam pelukan yang lebih tua, membiarkan dirinya terlelap dengan elusan lembut pada punggungnya. Tanpa kata-kata, hanya ada hening karena dongpyo sendiri tak tau harus mendefinisikan apa rasa nyaman yang dirasakannya sekarang. Apakah ia menyukai pelukan karena itu Yohan atau justru karena dia merindukan momen yang bahkan tak pernah ia dapatkan sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKUNA [SEUNGPYO]
FanfictionLakuna (n) • Ruang kosong, sesuatu yang hilang. HAN SEUNGWOO SON DONGPYO AS ROMANCE BXB