Setiap orang selalu menginginkan dirinya menjadi tokoh utama, menjadi pusat dalam sebuah cerita. Semua berjalan lancar, hanya ada sedikit batu kerikikil yang pada akhirnya disingkirkan dan berakhir bahagia. Dongpyo kira dalam kisah cintanya dia adalah sang tokoh utama yang pada akhirnya menuju jalan penuh bunga untuk menjemput kisah bahagianya. Sayangnya, selama ini dia salah. Dia bukan si tokoh utama dalam kisah cintanya, dia bukan tokoh yang pada akhirnya bersama dengan yang dicintainya fakta yang lebih menyakitkan dia adalah kerikil yang selama ini menjadi penghambat si tokoh utama. Posisinya tidak lebih dari orang ketiga, dia adalah antagonis dalam kehidupan percintaan orang lain.Fakta yang benar-benar menyakitkan. Bolehkan Dongpyo memutar waktu, kembali pada masa-masa dirinya dipenuhi perasaan bahagia padahal faktanya dia sedang menginjak luka orang lain. Memang seharusnya sejak awal dia tidak pernah memulainya.
Dongpyo bergerak gelisah sambil menatap langit-langit kamarnya. Syukurlah lampu kamar sudah dimatikan, tentu saja karena sekarang sudah lewat tengah malam dan Dongpyo masih belum terlelap barang sedetikpun. Ini adalah malam ke tiganya seperti ini, dia benar-benar kesulitan hanya untuk tidur. Padahal sejak semalam jadwal mereka begitu padat hingga menyebabkan beberapa member kelelahan dan cedera ringan.
Dongpyo tidak tau apa yang benar-benar membuatnya menjadi seperti sekarang. Tubuhnya kelelahan, sangat. sayangnya matanya menolak untuk tertidur. Ada banyak hal yang sekarang bergelayut dipikirannya dan dongpyo benar-benar tidak tau apa yang sebegitu mengusiknya. Apakah komentar-komentar buruk tentangnya yang tidak pantas berada didalam grup –yah untuk hal ini dongpyo kira dia benar-benar sudah sangat terbiasa walaupun tetap merasa sakit saat mengetahuinya, apa karena banyak yang member yang mengalami cedera hari ini ? atau justru fakta yang baru saja dia terima bahwa dia adalah orang ketiga dalam hubungan orang lain. Dongpyo benar-benar tak tau, hanya dia merasa benar-benar jahat sekarang.
Bergerak perlahan Dongpyo melangkahkan kakinya tanpa menimbulkan suara agar Yohan tidak terganggu olehnya. Berharap dengan meminum segelas susu atau memakan sesuatu bisa membantunya untuk tidur, karena bagaimanapun Dongpyo yakin tubuhnya sekarang harus diistirahatkan.
..
.
.
.
“jaga kesehatanmu, Hyung. Aku mencintaimu”
“Kau juga, jaga kesehatan. Aku menyayangimu”
Seungwoo mematikan ponselnya, menyandarkan punggungnya. Tangannya bergerak mengusak sambutnya kasar, sesekali dia meringis menahan nyeri pada lututnya. Ada banyak hal sekarang yang benar-benar membebani pundaknya, bukan hanya soal perasaannya yang jelas akan ia abaikan jika dia sedang dihadapkan dengan hal lain yang lebih penting atau bahkan itu jika dia merasa nyeri disekujur tubuhnya, seungwoo itu bukan orang yang akan dengan mudah mengungkapkan apa yang dia rasakan.
Berniat menuangkan munuman beralkohol yang biasa dia minum pada gelasnya, seungwoo merasakan dingin di pipinya. Melirik sebentar, segelas susu putih kini sudah diletakkan di depannya.
“Susu jauh lebih sehat dibandingkan minuman kesukaanmu, hyung” Dongpyo bicara sambil mengambil tempat disebelah Seungwoo.
Seungwoo hanya melirik, bergeser untuk memberikan lebih banyak ruang Dongpyo duduk disampingnya. Dongpyo hanya tersenyum sambil meminum susu ditangannya, tersenyum simpul saat Seungwoo mengambil gelas susu yang diberikannya.
Hanya ada hening untuk beberapa saat, baik Seungwoo maupun Dongpyo keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing.
“kenapa belum tidur?” Seungwoo bertanya setelah menghabiskan susu miliknya. Kepalanya menoleh pada Dongpyo, sebenarnya dia tau alasannya tanpa harus bertanya Dongpyo akan kesulitan tidur jika dia sedang stress atau memikirkan sesuatu berlebihan. Selalu begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKUNA [SEUNGPYO]
FanfictionLakuna (n) • Ruang kosong, sesuatu yang hilang. HAN SEUNGWOO SON DONGPYO AS ROMANCE BXB