"Apa aku tampak seperti mainan untukmu" suara Dongpyo bergetar. Sebelah tangannya terkepal, yang satunya ia gunakan untuk menghapus sisa air mata diwajahnya. Dongpyo menggigit bibirnya agar tangis tidak benar-benar keluar. Tatapannya lurus pada manik kelam seungwoo.
"Dongpyo, bukan-"
"Apa aku terlihat seperti mainan yang bisa kau gunakan sesukamu, karena aku selama ini selalu menurut kau bisa dengan seenaknya menyentuhku? Meski aku sering meminta untukmu berhenti menyentuh tapi karena kau tidak juga berhenti dengan bodohnya aku tetap membiarkamu melakukannya." Dongpyo menarik nafasnya, mengahalau tangisan yang membuat dadanya sesak.
Seungwoo tertegun. Kepalanya menunduk, ada nyeri dihatinya saat kata-kata itu keluar dari mulut Dongpyo. Sungguh, demi apapun Seungwoo tidak pernah berpikir begitu.
"Ah, benar. Son Dongpyo, si bodoh yang selalu kau datangi jika kau bosan. Kau sentuh jika kau ingin, wah bukankah aku tampak begitu murah?" suara Dongpyo masih bergetar tersenyum miris untuk dirinya, untuk kebodohannya. Maniknya bertemu dengan Seungwoo. Yang lebih tua berusaha menjelaskan, tapi Dongpyo sudah terlanjur sakit hati. Dia benar-benar merasa dilecehkan. Hatinya sakit, dia benar membenci dirinya sendiri. Bisa-bisanya hatinya menolak untuk membenci Han Seungwoo.
"Son Dongpyo dengarkan aku!" Seungwoo meninggikan suaranya, "aku tidak pernah menganggapmu begitu berhentilah berspekulasi sesukamu"
"Berspekulasi?" Dongpyo menatap tak percaya pada Seungwoo, dadanya semakin sakit saja rasanya. "Bahkan jika aku memintamu untuk meninggalkan Subin dan memilihku apa kau akan melakukannya?"
Pertanyaaan menohok, Seungwoo menarik nafasnya kasar, ulu hatinya nyeri. Dia sangat ingin meraih Dongpyo untuk masuk dalam pelukannya mengatakan bahwa semua yang dikatakan anak itu tidaklah benar. Dia hanya tidak bisa memilih diantara keduanya, sedetikpun tidak pernah terbesit di benaknya menjadikan Dongpyo mainannya. Seungwoo mencintai Dongpyo sebanyak Dongpyo mencintainya tapi dia benar-benar tidak bisa meninggalkan Subin.
"Kau bahkan tidak bisa menjawabnya" Dongpyo menatap kedua kakinya, memandang miris untuk dirinya sendiri. Rasa sakitnya berkali-kali lipat mencekiknya.
.
.
.
Seungwoo mengusak kepalanya. Pikirannya kacau, Seungwoo frustasi sejak tadi dia mendorong pintu kamar Dongpyo berharap anak itu mau membukanya, seungwoo ingin meminta maaf. Dia tau dia bahkan tidak pantas untuk dimaafkan tetapi melihat tatapan Kecewa Dongpyo benar-benar membuat hatinya merasa sakit.
"Dongpyo, ku mohon maafkan aku!" Seungwoo masih berusaha membujuk, mengetuk pelan pintu kamar Dongpyo dengan suara hampir menangisnya. Sebenarnya Seungwoo sudah menitikkan air matanya, hanya saja ia berusaha agar tangisnya tidak keluar.
"Son Dongpyo, keluarlah. Kau boleh memukulku. Ku mohon jangan seperti ini. Hyung akan menjelaskan semuanya" Demi apapun Seungwoo menyesal tidak menahan Dongpyo agar mendengar penjelasannya.
Ini sudah satu jam Seungwoo berdiri disana berharap Dongpyo membuka pintunya, Seungwoo hanya ingin melihat bahwa Dongpyo baik-baik saja meskipun sebenarnya tidak begitu. Dia tidak ingin Dongpyo menangis, seungwoo bersumpah tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika Dongpyo sampai melakukan sesuatu diluar nalar sekarang.
"Apa yang kau lakukan disana, Hyung?"
seungwoo hanya melirik tanpa berniat menjawab. Yohan sudah datang, kini memperhatikannya dengan tatapan tajam. Seungwoo mengusak rambutnya kasar dia tidak tau harus mengatakan apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKUNA [SEUNGPYO]
FanfictionLakuna (n) • Ruang kosong, sesuatu yang hilang. HAN SEUNGWOO SON DONGPYO AS ROMANCE BXB