06

2.3K 293 68
                                    

Hari-hari telah berlalu, tidak banyak yang berubah hanya ada kesibukan dari member yang semakin banyak dibajiri oleh pekerjaan. Melepas lelah dengan menikmati hangatnya kasur milik sendiri adalah satu-satunya cara sering seungwoo lakukan. Mungkin, dulu ia bisa dengan bebas bertemu, memeluk atau sekedar melihat wajah riang milik Dongpyo. Anak itu, sebelumnya selalu bisa menjadi pelarian terbaik yang ia punya saat rasa lelah menyerang. Tidak, Dongpyo tidak melakukan banyak hal, dia hanya tersenyum mengelus pipinya lembut atau jika Seungwoo berada dititik terendahnya pelukan adalah hal terbaik yang ia dapatkan.

Sayangnya, sekarang tak lagi sama. tembok tak kasat mata sudah berdiri kokoh diantara mereka, seakan benar-benar memisahkan tanpa menyisakan celah untuk dirinya menyusup walau sebentar. Saling melirik dari kejauhan, mengamati dan memperhatikan secara diam-diam adalah satu-satunya cara yang saling mereka lakukan untuk menekan rasa rindu yang mereka punya. Saling diam tanpa mengungkapkan, menimbulkan kesalahpahaman tak berujung.

.

.

.

.

Dongpyo merasa cemas, sejak tadi ia tidak berhenti menggigiti bibirnya sendiri. Hari ini ia akan melakukan perjalan ke jepang untuk menghadiri acara musik bersama member X1. Ini adalah perjalanan pertamanya menggunakan pesawat, belum lagi banyaknya para penggemar yang menyesaki seluruh area bandara membuat kecemasan Dongpyo meningkat. Ia menghela nafasnya berat.

"masih takut?" suara Yohan dari balik punggungnya membuat Dongpyo menoleh. Menemukan sosok Hyungnya itu tengah tersenyum.

"aku, hanya sedikit gugup hyung," cicit Dongpyo.

Yohan tersenyum, menarik bahu kecil Dongpyo untuk masuk dalam rangkulannya, sebelah tangannya ia gunakan untuk mengusak rambut hitam Dongpyo.

"Jangan jauh-jauh dari Hyung, oke"

Dongpyo hanya mengangguk, merasa lebih baik setidaknya ia merasa aman ketika ada orang lain disisinya. Dongpyo mengalihkan pandangan, tanpa sengaja matanya bersitatap dengan Seungwoo yang kini mentap kearahnya.

Dongpyo berdehem, mengalihkan pandangannya kearah lain. Merasa tak nyaman jika Seungwoo terus melihat kearahnya, bisa-bisanya disaat begini hatinya menjadi lemah lagi.

"masih takut?" Yohan bertanya saat melihat Dongpyo yang terus menunduk.

"gwenchana," sahut Dongpyo pendek sambil tersenyum mentap Yohan.

Yohan mengambil tangannya dan menggandengnya erat.

.

.

.

Mereka tiba di jepang tepat pukul enam sore waktu setempat. Setelah sebelumnya saling berdebat untuk berbagi kamar, mereka akhirnya memilih untuk segera beristirahat karena besok jadwal akan sangat padat.

Sekarang sudah hampir tengah malam, seungwoo berdiri dengan gelisah nampak masih berpikir dan menimbang apakah ia harus melakukannya sekarang. Baru saja dia akan mengetuk pintu kamar didepannya, pintu itu sudah tebuka terlebih dulu menampikan sosok Dongpyo dengan piyama tidur berwarna biru gelap miliknya.

Keduanya saling terkejut, terutama Dongpyo. Bagaimana bisa Seungwoo berdiri di depan kamarnya dengan tubuh berlapis jaket serta celana training hitam yang sering laki-laki itu pakai.

"Eum, Hyung. Kenapa kau disini?" Dongpyo bertanya lebih dulu setelah ia menutup pintu, takut kalau suaranya bisa menyebabkan Junho yang sekamar dengannya terbangun.

"Bisa kita bicara sebentar" Seungwoo menggaruk belakang lehernya, nampak bingung sekaligus gugup.

Meski dengan sedikit ragu, akhirnya Dongpyo mengangguk mengikuti yang lebih tua berjalan. Mengekor seperti anak bebek pada induknya. Jujur saja, ia agak canggung sekarang dengan Seungwoo. Mungkin bukan hanya dia yang merasakannya, tapi laki-laki didepannya juga.

LAKUNA [SEUNGPYO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang