3

1K 125 2
                                    

Untuk takaran seorang lelaki dewasa berumur 23 tahun yang telah banyak sekali pengalaman ditolak dan dicampakkan oleh agensi-agensi besar, aku masih termasuk pengecut. Tak masalah jika itu agensi, tak masalah jika itu audisi, aku pengecut ketika seseorang yang aku sayangi pergi karena keegoisanku. Aku tak bisa menahannya untuk tidak meninggalkan ku. Aku pengecut, payah, bodoh. 3 tahun berlalu, namun bayangan lelaki itu selalu terlintas setiap hari di otakku.

All rounder, orang sering menyebutku itu. Cho Seungyoun, 9 tahun pengalaman di industri musik. Aku mengenal musik sejak berumur 14 tahun. Kecintaan ku pada musik menjadikanku untuk terus berkembang. Hingga saat ini. Menyanyi, menari, rap, komposer, penulis lirik, aku mahir. Semua aku bisa lakukan, tak ayal aku menjadi penyanyi sukses saat ini.

Disaat semua orang menyematkan julukan 'All rounder' padaku, aku merasa hal itu masih tidak pantas untukku. Memang aku pandai akan segala hal, namun tidak dengan dia. Aku tidak pintar menahannya untuk tidak pergi. Dia meninggalkanku, karena keegoisanku. Dia membenciku, karena kecemburuan bodohku.

----
Cho Seungyoun's side
----

"Hey, bagaimana kabarmu?"

"Kau tahu jawabannya"

"Hmm, masih tidak baik?" Lelaki itu pun mendudukkan bokongnya di kursi yang berada di depan lelaki yang sedang menatap keluar jendela. Kopi hitam panasnya sudah mulai dingin. Sama sekali belum tersentuh oleh si empunya.

"Ini sudah 3 tahun, Seungyoun. Kau masih tidak baik-baik saja?" Lelaki bernama Seungyoun itu pun menghadapkan wajahnya ke arah lelaki yang sedang berbincang dengannya.

"Apa kau tahu definisi dari cinta pertama, Wooseok-ah? Cinta pertama membuat perutmu seakan penuh dengan kupu-kupu berterbangan dan detak jantungmu seakan berlari secepat kuda. Darahmu memanas hingga membuat otakmu tak waras. Kau rela melakukan apapun demi dirinya dan tidak akan berpaling ke orang lain" jelas Seungyoun panjang lebar. Wooseok hanya dapat mendesah lalu menyilangkan kaki mungilnya.

"Terkadang cinta dapat membuat orang menjadi bodoh, hm?"

"Apa maksudmu?"

"3 tahun berlalu. Kau sekarang menjadi penyanyi hebat. Karirmu terbilang sukses. Banyak namja maupun yeoja yang mengelilingimu. Terkadang, kau hanya perlu berjalan, menghadap lurus ke depan. Melihat apa yang ada di sekelilingmu. Tidak hanya fokus pada satu orang yang bahkan sudah tidak peduli denganmu saat ini" Wooseok mengambil kopi hitam Seungyoun. Ia meneguknya. Seungyoun menggeleng.

"Apa kau sedang membicarakan dirimu?" Wooseok menggeleng.

"Apa kau sedang menceritakan bagaimana kau move on dari Jinhyuk? Apa karena telah banyak orang yang mengelilingimu jadi kau melupakan orang yang peduli denganmu, benar begitu Wooseok-ah?" Wooseok menaruh cangkir kopi dengan kasar. Ia menatap wajah sahabatnya itu.

"Ini tidak ada hubungannya denganku dan Jinhyuk. Hubungan kami sudah selesai bertahun-tahun yang lalu. Dia meninggalkanku. Dia yang membuatku harus bertahan sendirian dan membuatku takut untuk merasakan apa itu cinta" mata Wooseok mulai memerah. Ia menunduk. Kedua tangannya saling menggenggam erat.

"Ah, mian, Wooseok-ah. Aku hanya... Haahh... Merindukan lelaki itu" Seungyoun mengusap punggung tangan Wooseok.

"Ara, mian, aku hanya tak suka melihatmu terdiam dan merenung. Aku sahabatmu, kau tahu itu kan? Jika kau butuh teman curhat atau nasihat, aku selalu ada untukmu"

"Nee nee, ara putri Wooseok" Seungyoun tersenyum, membuat matanya membentuk senyuman.

---

Hari berikutnya. Hari itu benar-benar panas luar biasa. Sialnya, Seungyoun memiliki jadwal untuk tampil di panggung outdoor di pinggir pantai. Bayangkan betapa panas dan teriknya.

All RounderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang