10 pt.2

1K 72 6
                                    

Kala itu, tepatnya 4 tahun yang lalu. Hangyul, Seungyoun bersama dengan seorang namja bernama Eunsang seperti biasanya sedang mencari katak di rawa yang biasanya.

"Eunsangaaa! Ayo kembali! Sudah hampir petang!" teriak Seungyoun yang sudah membereskan peralatan penangkap kataknya.

"YA! EUNSANGA! JANGAN JAUH-JAUH!" Hangyul pun mengejar Eunsang yang semakin lama menjauh dari mereka.

"Tunggu sebentar hyung! Ini, aku hampir men-AAAAHHHH!!!" Eunsang kecil terperosok jatuh ke dalam rawa yang tenang. Ia sedang mengikuti katak yang melompat menuju rawa, ia tak mengira ada lumpur yang membuatnya terperosok.

"ANGHHBLBHB!"

"EUNSANG!! ASTAGA!" Hangyul berlari kencang. Seungyoun yang mendengar Hangyul berteriak pun ikut mengejarnya. Ia berlari kencang.

"Andwae Hangyul-ah! biar aku! Kau mencari bantuan saja!" Teriak Seungyoun yang langsung melompat ke dalam rawa. Tak perlu lama-lama, Hangyul langsung berlari mencari bantuan. Ia percaya dengan Seungyoun.

"Disini pak!" teriak Hangyul pada seorang satpam penjaga rawa tersebut. Sebetulnya, rawa tersebut merupakan rawa berbahaya karena sudah banyak kejadian yang menimbulkan korban. Memang Hangyul, Seungyoun dan Eunsang itu sedikit bebal, jadi peraturan tertulis itu tidak mereka indahkan.

"Seungyoun-hyung!" teriak Hangyul ketika Seungyoun muncul ke permukaan dengan menggendong Eunsang yang sudah terkulai lemas. Satpam yang sudah menelepon ambulan itu pun segera melakukan pertolongan pertama ada Eunsang sebelum bala bantuan tiba.

"Minggir!" ucap perawat yang sudah sampai beberapa detik yang lalu. Eunsang pun dibawa masuk ke dalam ambulans dengan Hangyul dan Seungyoun yang ikut menumpang.

"Hyung, bagaimana ini? E-Eunsang.." ucap Hangyul yang hanya duduk termenung sambil mengeratkan kedua tangannya pada kursi yangia tempati. Mereka sudah tiba di rumah sakit. Eunsang sudah masuk ke dalam Unit Gawat Darurat.

"Tenang Hangyul-ah, semua pasti akan baik-baik saja" ucap Seungyoun yang kemudian memeluk Hangyul.

"Hangyul, Seungyoun! Gwaenchana?!" teriak seorang ahjumma yang merawat Hangyul. Ia segera memeluk kedua lelaki itu.

"Bagaimana keadaan Eunsang?" tanya ahjumma. Mereka berdua menggeleng. Jujur, sebenarnya Eunsang merupakan anak lelaki yang juga dirawat oleh ahjumma. Eunsang, dulu, tidak mempunyai rumah dan tinggal di panti asuhan. Hangyul yang saat itu sudah tidak memiliki dua orang tua, meminta ahjumma untuk juga merawat Eunsang. Jadilah 3 orang saudara tanpa ikatan darah yang hidup di bawah satu atap.

"Kita berdoa semoga Eunsang baik-baik saja, oke?" Hangyul dan Seungyoun mengangguk.

---

"Hiks... mianhae Eunsanga... Aku tidak dapat menyelamatkanmu. Maafkan hyung yang tidak berguna ini" Seungyoun menangis sekeras mungkin di atas pemakaman Eunsang. Di sebelahnya ada Hangyul yang ikut berjongkok sambil mengelus punggung Seungyoun.

"E-eunsangie-hyung.." suara Dohyon terdengar serak. Ia menangis, kala mendengar saudaranya meninggal.

"Dohyon-ah, uljima" ucap ahjumma sambil memeluk Dohyon erat.

"Kita berdua yang salah hyung. Tidak hanya kau, uljima, jebal. Eunsang tak suka melihat kau menangis" ucap Hangyul sambil terus mengelus punggung Seungyoun.

1 tahun pun berlalu. Bayangan akan Eunsang masih tersimpan rapi di benak ketiga namja yang saat ini sedang duduk saling berhadapan di sebuah studio. Namun, mereka tetap harus bertahan bukan? Hidup ini sulit, hidup mereka sangat sulit. Mereka harus terus berjuang, kesedihan hanya akan menghambat mereka. Lagipula, mereka yakin Eunsang tidak suka jika mereka bersedih.

All RounderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang