"Ke egoisanmu yang membuatku pergi, jangan harap aku akan kembali"
-Lee Hangyul-
"Kembalilah, ku mohon, aku salah, aku bodoh, aku egois. Kembalilah padaku, maafkan aku"
-Cho Seungyoun-
Warning!!
- Seunggyul area
- short story
- alternative universe
...
3 tahun berlalu. Jangan tanyakan bagaimana keadaan kedua kekasih yang saat ini sudah memilih jalannya masing-masing.
Lee Hangyul, ia memilih untuk pindah bersama sang adik, Dohyon, ke Seoul. Ia tidak mau selamanya menjadi beban untuk ahjumma yang bahkan bukan keluarga mereka. Hangyul sudah memiliki simpanan cukup untuk membuka usaha dan menyewa apartemen murah. Dohyon sepenuhnya mendukung pilihan kakak tiri nya itu. Ya, mereka bukan saudara sedarah. Ibu Hangyul meninggal saat ia berumur 5 tahun, setahun kemudian sang ayah menikah dengan ibu Dohyon yang saat itu sudah memiliki Dohyon kecil. Kejadian tragis terus menimpa mereka, saat Dohyon berumur 5 tahun dan Hangyul 10 tahun, keluarga yang sudah bahagia itu tertimpa bencana. Rumahnya kebakaran. Dohyon dan Hangyul selamat, namun tidak dengan kedua orang tuanya yang terjebak di dalam rumah.
"Hyung, aku mau berangkat!"
"Nee nee, tunggu sebentar Dohyon-ah!"
Lelaki bersuara berat itu cepat-cepat ke depan pintu untuk menyusulkan bekal makan untuk adik kesayangannya itu.
"Hangyul-hyung, sudah ku bilang tidak usah membuatkanku bekal" Hangyul menggeleng sambil tersenyum.
"Setidaknya aku membawakanmu bekal sebagai ganti uang jajanmu. Hyung mianhae, sedang tidak bisa memberimu uang" Dohyon mendesah pelan lalu menggeleng.
"Sudah kubilang aku tidak apa-apa Hyung. Aku masih bisa hidup, aku tidak akan mati kelaparan Hyung. Tenang saja" Dohyon berdiri lalu memeluk kakak kesayangannya itu.
"Aigoo, Dohyon ku sudah besar rupanya" Dohyon tersenyum sambil memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"Aku berangkat dulu Hyung! Teman-temanku sudah menunggu di halte bus" Hangyul mengangguk. Dohyon keluar dari apartemen. Hangyul mendesah pelan.
"Jaaa, kembali ke realita" monolognya lalu tersenyum dan kembali ke dalam. Ia harus bersiap-siap untuk membuka tokonya. Memang, ia hanya membuka toko buah kecil-kecilan di perempatan dekat apartemen mereka. Dari toko itu, ia dapat meraup untung yang cukup untuk membayar sekolah Dohyon dan apartemen mereka.
"Selamat pagi~~" Hangyul yang tengah bersiap menata buah-buah pun terkejut mendengar suara yang sangat ia kenal itu.
"Kapjagiya! Yohan! Sudah ku bilang jangan berbicara di telingaku!" Namja bernama Yohan itu hanya tertawa lalu mengambil box yang Hangyul bawa.
"Taruh mana? Biar aku yang menatanya"
"Aish, sudah kubilang tak usah. Kau selepas ini masih harus latihan kan?"
"Ini juga latihan bagiku, cepat taruh dimana ini"
"Ah disana, di sudut sana" Hangyul menunjuk sudut kosong yang ada di dalam toko.
30 menit berlalu, semua sudah pada tempatnya. Buah yang baru saja di antar sudah tertata rapi di atas rak.
"Sudah, cepat sana pergi latihan. Aku tidak mau melihat kau di hukum lagi!"
"Nee nee, tapi peluk dan cium aku dulu!"
"Aish jinja, pergi kau!" Hangyul menendang bokong Yohan dan yang ditendang hanya tertawa lalu kabur meninggalkan toko.
"Hanya kau yang masih mau menjadi sahabatku" Hangyul menatap tubuh Yohan yang sudah menjauh. Sebenarnya mereka sudah bersahabat sejak SD, mereka benar-benar tak terpisahkan. Mereka sama-sama menjadi atlet taekwondo, kalau saja kedua orang tua Hangyul masih ada, dia pasti sudah dapat menjadi atlet seperti Yohan. Betapa iri nya.
"Ahh, hilangkan pikiran negatif itu Hangyul! Ayo semangat!" Monolognya.
---
Semua berjalan baik-baik saja, sampai satu pelanggan masuk ke dalam toko buah Hangyul.
"Selamat datang.." suara Hangyul seketika mengecil. Dua orang namja berpakaian mewah masuk ke dalam toko kecilnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ia samar-samar menyadari bahwa lelaki yang menggunakan beret hitam merupakan orang yang sangat ia kenal. Mata mereka bertemu, lelaki berberet hitam itu mematung.
"Seungyoun-ah? Hey!" Namja di sebelahnya mengejutkannya.
"Gwaenchana?" Seungyoun mengangguk. Ia kembali menatap Hangyul yang masih mematung di tempat kasir.
"Palli, pilih buah yang kau inginkan. Dongpyo ku sudah menungguku di rumah" rewel namja yang memakai kacamata.
"N-nee Seungwoo-hyung"
Seungyoun pun segera menuju rak buah pisang, ia mengambil beberapa namun ekor matanya masih mengintai Hangyul.
Kriingg...
"Hangyul-Hyung!!" Itu Dohyon, ia sudah kembali dari sekolahnya. Seperti biasanya, ia selalu membantu hyungnya di toko. Bahkan biasanya teman-temannya ikut membantu.
"A-ah, kau sudah pulang? Istirahat lah sejenak lalu makan siang, Hyung sudah menyiapkan makan untukmu" Dohyon mengangguk dan tersenyum lalu masuk ke dalam. Ia tidak menyadari bahwa lelaki yang sedang berada di rak buah pisang membelalakkan kedua matanya.
"H-hangyul?" Namja itu pun membawa pisangnya ke kasir.
"I-ini saja tuan?" Hangyul berpura-pura tidak mengenalnya. Namun Seungyoun tetap saja melihatnya. Matanya memanas, ini benar-benar Hangyul. Hangyul nya yang pergi meninggalkan dirinya 3 tahun lalu. Ia mencari namja bersuara berat itu kemana-mana, bahkan sampai ke tempat part time nya dulu.
"Hangyul... Benarkah itu kau?" Seungyoun tak sadar berbicara seperti itu. Hangyul tetap diam, ia segera membungkus buah pisang itu.
"Totalnya 5 dollar tuan" ucap Hangyul sambil menyerahkan satu kresek pisang pada Seungyoun. Ia pun menerimanya, tangannya tak sengaja menyentuh tangan Hangyul.
"Benar, kau Hangyul. A-aku mencarimu kemana-mana" Seungyoun menangis. Hangyul tidak suka ini. Tiba-tiba saja ucapan Seungyoun yang terakhir, berputar di otaknya seperti kaset rusak. Hangyul segera menarik tangannya.
"Ya! Kenapa kau sangat lama?" Seungwoo datang dengan melipat kedua tangan di dada.
"A-ah mian" Seungyoun segera memberikan 5 dollar pada Hangyul. Seungwoo lebih dulu keluar, meninggalkan Seungyoun yang masih terperangah melihat Hangyul.
"Aku tahu ini kau, Hangyul-ah" Seungyoun menangis. Ia mengusap pipi Hangyul lembut. Hangyul tidak lah seperti dirinya yang dulu, ia tegas, ia keras, keadaan yang membuatnya menjadi seperti ini.
"Maafkan saya tuan, tapi, Hangyul yang lama sudah tak ada" ucapan itu benar-benar mengenai hati Seungyoun. Sungguh sakit.
"A-ah mian" Seungyoun menarik tangan kanannya, tersenyum, satu tetes air mata keluar lalu pergi. Hangyul yang melihat punggung namja itu keluar dari toko hanya dapat duduk dan menutupi wajahnya dengan kedua tangan besarnya.
"Andwae Hyung, ku mohon jangan sesali keputusanmu. Jangan buat wajah itu" monolog Hangyul. Sekali lagi, Hangyul menangis. Ia sudah lama sekali tidak menangis. Tapi kalau berurusan dengan orang tua dan Seungyoun, ia sangat rapuh. Badannya memang besar dan kuat, tapi tidak dengan hatinya.
"Hangyul-hyung! Kau kenapa?" Dohyon yang baru saja selesai makan langsung berlari memeluk hyungnya yang sudah bergetar tubuhnya. Hyungnya menangis, setelah sekian lama.
"Hyung, gwaenchana? Apa yang terjadi denganmu?" Hangyul langsung memeluk Dohyon erat. Bahu Dohyon basah, air mata Hangyul tak henti-hentinya keluar.
"Dohyon-ah... Dia datang... Lelaki itu, datang"
----- Waaaa nulis opo to aku ki 😭😭 Minta komen sama votenya ya! Minta masukan jg buat ide selanjutnya 😭😭 -----