5

873 97 1
                                    

Aku tahu betul bagaimana rasanya kehilangan. Berkali-kali aku merasakannya dan aku tetap tidak bisa menghadapi kenyataan itu.

"Seungyoun-ah, ku harap kau dapat menerima nya" suara ibuku kala itu benar-benar membuatku khawatir. Suara yang biasanya sangat bersemangat, kali ini sangat lesu, bahkan dari wajahnya aku dapat melihat matanya bengkak akibat menangis.

"Ayahmu sudah tiada... Ku harap kau, hiks, dapat menerimanya, sayang" perempuan itu memelukku erat. Air matanya tumpah dan membasahi kemejaku. Aku merasa hancur saat itu. Dunia ku hancur. Ayahku, ia tak pernah bercerita apapun kepadaku selain cerita humor dan penyemangat. Air mata ku jatuh, mengalir dengan derasnya.

"Eum, anda tidak apa-apa tuan?" Suara berat itu terdengar. Sehelai kain putih ia berikan padaku yang masih merenungi kepergian ayahku. Itu, kali pertama aku bertemu dengannya.

"Kenapa kau bersedih? Kalau kau mau, kau boleh menceritakannya padaku" lelaki itu, seperti malaikat. Ia datang disaat aku benar-benar membutuhkan sandaran. Aku pun perlahan mulai mencintainya. Namun sekali lagi aku kehilangan malaikat yang selalu menjadi sandaranku.

"Lee Hangyul, kembali lah. Ku mohon, aku sangat mencintaimu" kalimat itu selalu aku tambahkan di dalam doaku. Setiap malam, sebelum tidur, aku berdoa, agar keesokan harinya ia kembali padaku.

----
Cho Seungyoun's side
----

Alunan musik Ballad terdengar memenuhi ruangan besar yang hanya berisi 3 orang namja. Salah satu dari mereka menyanyikan dengan merdu lagu Ballad yang di putar, ia bahkan menghayatinya. Matanya terpejam sambil mengingat kenangan lamanya bersama seseorang yang sangat ia cintai.

"Hyung lihatlah, Wooseok mulai menangis" lelaki bermarga Cho itu berbisik pada lelaki bermarga Han yang sedang berkutat dengan smartphone nya.

"Aish, kalau dia masih mencintai lelaki itu, kenapa tidak balikan saja?" Jawab Seungwoo apa adanya. Matanya masih saja berkutat dengan smartphone. Ia sedang membom chat anaknya, Dongpyo. Dari pagi anaknya sudah menghilang dan sampai saat ini belum dapat dihubungi.

"Wooseok-ah! Jika kau masih menangis, aku pergi!" Teriak Seungyoun lalu meminum beernya. Wooseok tidak peduli dengan ucapan Seungyoun, ia masih saja menyanyi sambil menangis.

"Ah, such a drama" monolog Seungyoun lalu beranjak dan keluar dari ruangan itu. Wooseok dan Seungwoo tidak menyadari atau lebih tepatnya tidak peduli dengan Seungyoun yang keluar dari ruang karaoke. Ya, mereka bertiga sedang berada di karaoke. Untuk alasan lebih jelasnya, Wooseok meminta mereka untuk menemaninya. Karena entah kapan, Wooseok melihat mantan kekasihnya sedang jalan dengan seorang lelaki yang lebih muda darinya. Hatinya benar-benar hancur, katanya.

Krriieet...

Seungyoun membuka pintu kamar mandi. Tak sengaja ia melihat dari pantulan cermin, seorang lelaki bertubuh besar yang sangat ia kenal.

"H-hangyul?" Lirihnya. Ia tak tahu harus bagaimana. Bertemu Hangyul secara tiba-tiba, Apakah Tuhan sedang merencanakan sesuatu? Apakah Tuhan mungkin sudah menjawab doa-doanya?

Grepp..

Seungyoun memeluk lelaki itu dari belakang. Membekap nya agar tidak berteriak. Seungyoun mengungkapkan segala penyesalannya pada lelaki yang tak lain adalah Hangyul. Air matanya keluar, tubuh Hangyul sudah berbalik menghadapnya. Jantung Seungyoun benar-benar tidak karuan saat ini. Lelaki yang amat ia cintai berada di depannya.

"Hangyul... Hiks, aku benar-benar tidak ingin kehilanganmu lagi. Maukah kau... Kembali bersamaku?" Kalimat itu dengan mulusnya keluar dari mulut Seungyoun. Malu? Tentu. Tapi mau dikata apalagi, Seungyoun sungguh merindukan dan mencintai namja di hadapannya. Tak sehari pun ia tak memikirkannya.

All RounderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang