Perlahan ragamu kian hilang
Jejakmu tak lagi kusimbah
Padahal langkahmu kian mantap
Selangkah mendekat kian menatap
Sedang aku, sudah tak lagi menunggu di persimpangan
Bosan? Tidak,
Hanya hujan sudah tak lagi mengguyur bumi, kau tahuAda yang hilang
Ada yang sama sama menunggu redanya hujan
Kala itu
Lalu ia melangkah pergi perlahan
Aku tetap bersandar pada payung payung hitam
Kau tahu, bilamana dulu sedikit saja kau tengok tempatku berteduh
Tidak lagi, payung itu tak lagi jadi rumahmu
Aku sudah melangkah perlahanKau tahu,
Tumbuh dewasa tak menjadikanmu miliki segalanya
Ada ratusan mimpi, pelik
Aku tengah melangkah pergi
Perlahan, terpejam sudah duniaku
Membawa kilometer harapan yang sempat kita pupukAku, pamit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memoar Waktu
Poetry[TAMAT] Kemarilah, kamu cukup bahagia bersamaku. Memoar waktu, sebagian mengisahkan manakala masa menjadi waktu menunggu yang menyenangkan atau bisa jadi menggores luka, segalanya murni berkat kuasa Tuhan serta tangan tangan eksentriknya. Menariknya...