Pada akhirnya, kita tidak menjadi siapa-siapa
Melainkan daun yang kian berguguran, berharap akan ada tanah yang menyerap
Sistem biopori, lalu menjelma menjadi akar yang baru
Percayalah, kita kuat, kita mampu melangkah lagiKamu, biarlah semesta menjagamu
Yang tak lelah meski hujan masih saja membuatmu berhenti melangkah
Jangan lagi menungguku, aku masih manusia luka Masa lalumu
Maaf
Tuhan tahu betul mana raga yang tak mungkin saling menyapaTetap indah, menjadi seseorang yang kupikirkan pertama kali kala hatiku kalut
Tetap menjadi lelaki menyenangkan. Yang faham akan mimpi. Yang menjadi semesta semenjak senja tak sehati
Percayalah, Kamu tetap memoar waktu yang sempat Tuhan kenalkan padaku
Menafsirkanmu, bermetafora, lalu menjadikanmu benar benar kosmik suci
Terima kasih, KamuKita sempat menjadi luka
Kita tak lain dari remahan penuh kebencian sekian waktunya
Lalu kembali berbaikan
Memaafkan waktu yang melankolis kala kami tak mampuAku seringkali memuat kata "Mari kita akhiri" sial, tidak semudah itu tahu
Sosial media menjadi langkahmu menyapaku
Iya, aku sudah paham betul
Atau aku yang sedikit kegeeran
Bisa saja makhluk lain sudah membuatku ditendang dalam haluanmu
Memoar ini masih saja aku tulisSelamat jalan, kawan
Kamu, masih teman terbaikku
Daripadaku
Memoar waktuku, hangus bersamamu//-Chairil Fairy-
KAMU SEDANG MEMBACA
Memoar Waktu
Poesía[TAMAT] Kemarilah, kamu cukup bahagia bersamaku. Memoar waktu, sebagian mengisahkan manakala masa menjadi waktu menunggu yang menyenangkan atau bisa jadi menggores luka, segalanya murni berkat kuasa Tuhan serta tangan tangan eksentriknya. Menariknya...