Cerita 5: Guru Penyiksa Part 2

6.5K 47 6
                                    


Erlang pun terbangun. Erlang terkejut melihat dirinya dalam keadaan bertelanjang dada dan hanya mengenakan boxer 'Calvin Klein' hitam dengan kedua tangan terikat ke atas di gudang sekolah. Tampaklah Bu Maureen yang sedang berdiri santai sambil tersenyum nakal menatap Erlang. Tatapannya berbeda dari biasanya.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ehh, si anak ganteng sudah bangun rupanya..." Ujar Bu Maureen.

"Ke-kenapa saya diikat seperti ini, bu? Ibu mau apain saya?" Tanya Erlang cemas.

"Wauww... Kamu benar-benar seksi dan ganteng, Erlang! Ibu sangat menyukaimu..." Puji Bu Maureen sambil mengelus pipi Erlang.

"A-apakah ibu tidak sadar dengan apa yang sudah ibu lakukan ini?" Tanya Erlang tidak habis pikir.

"Ibu sadar apa yang ibu lakukan! Ibu memang penikmat lelaki!" Jawab Bu Maureen terang-terangan.

CUPPPPPP!!!

Erlang tersentak kaget dengan mata membelalak. Bu Maureen mengecup bibir Erlang tanpa rasa ragu sama sekali. Bahkan, wanita itu sampai melumat bibir Erlang dengan penuh nafsu. Namun, Erlang tidak dapat berbuat apa-apa dalam keadaan terikat.

"Mmmmm... Bibirmu lezat sekali! Begitu indah!" Ucap Bu Maureen setelah melepas ciumannya.

"Cuiiihhhh!!!" Erlang langsung meludah dengan jijik setelah bibirnya terlepas dari lumatan bibir Bu Maureen.

PLLAAKKKKKK!!!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Erlang. Kini, ada bekas merah akibat tamparan pada pipi Erlang.

"Beraninya kamu meludah setelah ibu cium!!!" Teriak Bu Maureen tidak terima.

BUUAAAGGHHH!!!!

"ARGHHHH!!! UHUKKK!!! UHUKKK!!!!"

Erlang terbatuk dan mengerang kesakitan karena Bu Maureen menendang perut six-pack Erlang dengan lututnya.

"Kamu membuat ibu marah, Erlang!!" Ujar Bu Maureen menatap tajam Erlang.

CRIINNNGGG!!!

Bu Maureen mengeluarkan sesuatu yang tajam dan berkilau dari balik sakunya. Mata Erlang seketika membelalak.

"Kamu tahu benda ini kan, Erlang?" Tanya Bu Maureen tersenyum sambil menunjukkan pisaunya.

"Glekkk..." Erlang menelan ludahnya.

Bu Maureen sengaja menggesek-gesekan pisau tajam itu pada perut six-pack Erlang. Kini, ujung pisau itu sudah berada tepat satu senti di depan pusar Erlang. Tentu saja Erlang gemetar.

"Saya mohon, bu... Tolong jangan bunuh saya... Saya akan ikuti semua kemauan ibu..." Mohon Erlang ketakutan.

"Nah! Kata-kata itu yang ibu tunggu-tunggu untuk keluar dari mulut kamu! Hahaha!" Ujar Bu Maureen gembira.

KUMPULAN CERITA PENYIKSAANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang