Cerita 18 : Dendam Razka Last Part

1.3K 13 0
                                    


Ahmed segera memapah Razka keluar dari kamar sang putri dan membawa pemuda itu menuju ke ruang perawatan.

Tak lama kemudian, sang dayang segera menghampiri Razka untuk merawat memar pada perut kekar pria petani rupawan itu.

"Aaaarrgghhh!!" Razka meringis kesakitan ketika perutnya dikompres.

"Tahan ya..." Ujar dayang itu sambil terus mengompres perut kotak-kotak Razka yang dipenuhi memar.

"Aaaaaaaaaaaaaa..." Erang Razka tak kuasa menahan rasa sakit yang menghujam perutnya.

"Razka, maafkan aku... Ini semua gara-gara aku..." Ucap putri Reni dengan mata berkaca-kaca.

TEESSSS....

Air mata putri Reni menetes. Ahmed melihat kesedihan putri Reni. Dia bisa merasakan kepedulian sang putri kepada Razka.

"Putri benar-benar mencintai laki-laki itu..." Gumam Fatir dalam hatinya.

"Ja-jangan menangisiku, putri... Aku tak pantas untuk ditangisi..." Pinta Razka sambil tersenyum kecil.

Usai lukanya dirawat, Razka pun melangkahkan kakinya keluar dari istana sambil memegangi perutnya yang sudah diperbani.

"Wahai pria yang rupawan dan baik hati! Tunggu sebentar!" Panggil raja Harun.

Razka menoleh kembali ke belakang. Sang raja berdiri bersama Ahmed dan sang putri di depan gerbang istana.

"A-ada yang bisa saya bantu, raja?" Tanya Razka sambil tetap memegangi perutnya.

"Dimanakah tempat tinggalmu dan apa pekerjaanmu?" Sang raja berbalik bertanya kepada Razka.

"S-saya tidak memiliki tempat tinggal... Saya hanyalah petani biasa... Meskipun hidup sebatang kara, saya tetap harus bertahan..." Jawab Razka tersenyum.

"A-astaga... Ja-jadi, dia hidup sebatang kara? Ka-kasihan sekali..." Ucap putri Reni terkejut.

"Sebagai rasa terima kasih, kamu akan kuberikan tempat tinggal yang bagus dan pekerjaan yang jauh lebih layak di istana! Keselamatan putriku karena pertolonganmu tidak akan pernah kulupakan!" Seru raja Harun.

"Mohon maaf, raja... Saya tidak bisa menerima tawaran raja... Meskipun tidak memiliki tempat tinggal dan hanya bekerja sebagai petani, saya sudah hidup bahagia... Sekali lagi saya mohon maaf, raja... Saya permisi pamit..." Razka menolak mentah-mentah tawaran menarik sang raja.

Razka segera meninggalkan istana. Sang raja masih terkejut karena pria rupawan itu menolak hadiah terima kasihnya.

"Di-dia benar-benar menolak tawaran raja... Mu-mustahil..." Ucap Ahmed tak percaya.

"Lihat itu, ayahanda! Dia benar-benar pria yang sangat baik! Dia bahkan menolak penghargaan dari ayahanda! Tidakkah ayahanda menyadari bahwa Razka sangat sempurna? Meskipun dia hanya petani, hatinya begitu mulia... Pu-putri sangat mencintainya..." Tegas putri Reni.

"Apapun yang terjadi, ayah akan membalas perbuatan baik pemuda itu... Ayah janji..." Sahut raja Harun.

Ahmed diam saja sejak tadi. Sebenarnya dia juga ingin memuji Ahmed. Namun entah kenapa, ada sesuatu yang mengganjal perasaan Ahmed.

"Ke-kenapa aku seperti merasa ada seperti ada udang di balik batu?" Ahmed bertanya-tanya dalam hatinya.

Pagi itu, dilaksanakan kegiatan pengangkatan jabatan. Pengumuman itu dilaksanakan di depan khalayak ramai. Raja Harun bersama putri Reni membawa Razka ke atas panggung. Razka tampak memakai pakaian baru. Ya, itu adalah kostum perang yang dibuat khusus untuk Razka karena saat ini dia telah diangkat menjadi ksatria kepercayaan sang raja.

KUMPULAN CERITA PENYIKSAANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang