***"Sini biar gue obatin" rere hanya diam, membiarkan laki laki di hadapannya ini mengobati luka di sudut bibirnya yg berdarah bekas tamparan tadi.
"Kok lo bisa ribut sama mereka, kenapa?" Tanyanya penasaran, entah perasaan apa yg muncul di hati ardan ketika melihat wanita yg bahkan dia sendiri belum kenal.
"Shh" erangnya kesakitan, ardan memelankan sentuhannya di sudut bibir wanita di depannya.
"Pelan pelan" ucapnya menahan sakit."Sorry sorry" setelah selesai ardan membereskan kembali kotak p3k dan memasukkan kembali ke lemari yg berada di UKS.
"Selesai"
"Thanks, gue balik kelas" ucap rere pelan.
"Eh, tanggung bentar lagi pulang, tadi gue udah bilangin ke temen lo supaya izinin lo" mendengar ucapan laki laki di belakangnya rere memutar badan dan kembali duduk di tempat duduk yg tadi ia duduki.
"Lo kenapa bisa ribut sama mereka?"
"Bukan urusan lo" mendapat jawaban seperti itu ardan tau, bahwa wanita di hadapannya ini adalah tipikal cewek yg tidak mau semua orang tau tentang kehidupannya. Ardan terkekeh pelan memang dirinya yg bodoh, kenal saja tidak sudah mau tau permasalahan wanita di depannya.
"Ok ok, gue ardan fakhir bilal atmaja" ucapnya seraya mengulurkan tangan tak lupa dengan senyum yg mampu membuat siapapun akan langsung terkesima melihatnya terkecuali rere.
"Rere" jawabnya tanpa menyambut uluran tangan ardan.
"Lo lucu" ucap ardan tiba tiba yg langsung mendapat tatapan aneh dari rere.
Keduanya saling bungkam hingga bel sekolah pun berbunyi, keduanya bergegas hendak meninggalkan ruang UKS.
"Mmm.. re lo pulang sama siapa?"
"Dijemput"
"Oh oke" menutupi kecanggungannya ardan menggaruk tengkuknya yg tak gatal.
Keduanya sama sama keluar dari ruang UKS, Ardan menuju tempat ia memarkirkan motornya, sedangkan rere menuju halte bus menunggu ayah nya menjemput.
Di tengah lamunannya ia memikirkan bagaimana mungkin hubungannya dengan rayden yg dulu baik ah ralat sangat baik baik saja, kini hancur bahkan menurutnya tidak akan ada cela untuk kembali seperti semula, setidaknya untuk kembali bersahabat seperti dulu.
"Re ya ampun lo ngga papa kan?" Dari kejauhan lisa sudah berteriak heboh mendekati rere yg di ikuti lala dan tari.
"Ngga papa, santai aja lis" dengan kepura pura an rere yg tersenyum itu semakin membuat lisa dan yg lainnya curiga bahwa rere tidak sedang baik baik saja.
"Mmm.. lo di jemput re?" Tanya tari pelan, alih alih takut sahabatnya itu sedang tidak enak hati, ah bodoh jelas saja rere sedang tidak enak hati.
Rere hanya membalas pertanyaan tari dengan anggukan dan kembali fokus menatap jalanan yg berlalu lalang dengan kendaraan kendaraan.
"Kalau gitu kita duluan ya re" ucap lisa membuka suara kembali.
"Oke, hati hati" menurut rere, sahabatnya itu sudah sangat baik pada dirinya, sehingga untuk membuat mereka ikut masuk ke dalam masalahnya rere tidak akan mengizinkan, lebih baik dirinya menderita dibandingkan ketiga sahabatnya ikut menderita karena ulahnya.
Lama hanyut dalam pikirannya, getaran suara yg berasal dari handphone nya pun membuyarkan lamunannya.
Ayah❤
Re, maaf ya hari ini ayah ngga bisa jemput kamu, ada rapat dadakan, kamu hati hati pulangnya
Iya yah
Setelah membalas pesan dari ayahnya rere memasukkan kembali handphone nya ke dalam saku kantong bajunya, dan mulai berjalan meninggalkan halte bus depan sekolahnya.
Angin sore membuat fikirannya sedikit tenang, setidaknya ayahnya tidak akan tau tentang bekas luka di sudut bibirnya, tinggal bagaimana memikirkan alibi untuk bundanya di rumah yg pasti akan khawatir di buatnya. Bundanya tidak tau bahwa hubungan rere dan rayden tidak sebaik dulu. Mengingatnya rere pun tersenyum kecut.
Ardan Fakhir Bilal Atmaja