***"Bego bego bego bego!" Rere begitu menyesali perbuatannya tadi siang bersama ardan, mengapa bisa dirinya berjanji pada ardan jika ia tidak akan menangis lagi, dan yg paling rere tidak habis fikir mengapa dirinya diam saja di peluk ardan.
"Isshh pergi lo dari fikiran gue! Bener bener ganggu tau ngga" rere berbicara sendiri seolah di depannya ada ardan dan berniat mengusirnya. Rere menghembuskan nafas gusar menjatuhkan badannya di atas kasur menatap langit langit, memejamkan matanya perlahan mencoba menghapus kejadian tadi siang.
Tanpa rere sadari ada seseorang yg memperhatikannya di balik pintu sesekali menahan tawanya melihat rere bertingkah seperti itu.
"Loh kenapa ngga masuk nak ardan?"
"Rere nya tidur tante, saya jadi tidak enak" Desi melihat ke arah anaknya yg sedang memejamkan mata lalu tersenyum.
"Biar tante bangunin" belum sempat desi memasuki kamar rere ardan sudah menahannya.
"Ngga usah tante biar ardan tungguin aja sampai rere bangun"
"Nanti lama loh nak, rere itu kalau sudah tidur kebo banget" ardan terkekeh mendengar ucapan bunda rere di hadapannya.
"Ngga papa tante" ardan tersenyum tulus.
"Yaudah, kamu tunggunya di kamar rere saja tidak apa apa, tante tinggal dulu ya" ardan mengangguk dan tersenyum. Kakinya berjalan masuk kedalam kamar rere duduk di samping rere yg sedang tidur dengan posisi terlentang.
"Kalau lo tidur, lo makin lucu re" ardan tersenyum membelai rambut rere lembut, mencium kening rere tanpa sepengetahuannya.
"Aaaaaaaaa bundaaaaa!!!" Teriak rere keras, membuat ardan menjauhkan jaraknya dengan rere dan menutup telinganya.
"Ngapain lo disini?!" Tanya rere kaget melihat penampakan di depannya ini, iya menurut rere ardan itu penampakan dimanapun ia selalu ada. Ardan hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah gadis di depannya ini sangat brutal berteriak kencang seperti orang kemalingan.
"Ini ada apa sih ribut ribut" desi memasuki kamar rere dengan panik karena mendengar teriakan anaknya yg begitu keras.
"Ini nih bun ngapain dia disini, udah kaya maling aja tau ngga" tuding rere tepat di depan wajah ardan, ardan yg kerap bicara suaranya tertahan kala desi bunda rere lebih dulu menjelaskan mengapa ia ada disini.
"Kalau begitu bunda keluar dulu, kamu juga re ngga boleh gitu sama ardan, minta maaf" setelah mengatakan semuanya desi keluar dari kamar rere.
"Sorry"
"Lagian lo sih tiba tiba ada disini bikin gue kaget tau ngga""Gue dateng dari tadi niatnya mau ngajak lo jalan, eh lo nya malah tidur"
"Kemana?" Biasanya rere akan selalu menolak, kali ini jawabannya berbeda, bahkan kali ini ia menanyakan akan pergi kemana, itu membuat ardan tersenyum mendengarnya.
"Pasar malam mau?" Tanya ardan.
"Mauuuuu" ardan tertawa mendengar jawaban rere yg begitu antusias, mengacak rambut rere gemas.
"Yaudah sana ganti baju dulu, aku tunggu di bawah" ardan menunggu rere di ruang tamu di temani bunda rere.
"Maafin ya nak ardan, rere memang suka gitu"
"Iya ngga apa apa tante, sudah biasa" ujar ardan sopan, toh baginya tidak masalah jika rere mau bersifat bagaimanapun ardan akan tetap menyukainya.
"Ayoo" rere menuruni anak tangga satu persatu, menghampirk ardan dan bundanya yg sedang asik mengobrol.
"Tante kita pamit dulu ya"
"Iya hati hati"
"Dah bunda" keduanya menyalami desi yg tersenyum ke arah mereka berdua, bahagia melihat putrinya sudah mulai kembali seperti dulu.
Ardan menaiki motornya, diam sejenak memperhatika rere yg hanya diam mematung.
"Ngapain bengong, ayo naik" mengulurkan tangan agar rere segera naik di atas motornya.