***Semilir angin malam mulai masuk memasuki cela jendela yg sedikit terbuka di lantai dua kamar rere.
"Re makan malam dulu nak" suara bundanya menyeruak masuk ke dalam kamar rere, sehingga menyadarkan lamunannya.
"Iya bunda" sahutnya keras masih berada di dalam kamar, dan bangun dari duduknya, berjalan menuju lantai bawah.
"Ayah belum pulang bunda?" Tanyanya langsung setelah sampai di meja makan.
"Belum re, kamu makan duluan aja, mungkin ayah lembur"
Susana kembali hening, hanya ada suara dentingan sendok, keduanya hanyut menikmati makanan yg sudah di sajikan. Rere adalah anak semata wayang Aditama, hidupnya yg selalu terpenuhi membuat dia bersyukur mempunyai keluarga yg sangat menyayanginya dengan sepenuh hati.
Makan malam selesai, rere ikut membantu bundanya membereskan bekas dan sisa sisa makanan, mengambil piring piring kotor dan berjalan ke arah dapur.
"Udah kamu istirahat aja sana, biar bunda yg beresin sama bibi" mendengar ucapan bundanya rere pun berhenti melakukan aktifitasnya, ia kembali ke kamarnya.
Di sisi lain, lain hal nya dengan rere yg selesai makan malam, ardan sedang dibuat bingung dengan fikiran dan perasaannya sendiri.
"Arggghh" teriaknya keras dan membanting hp nya ke arah tempat tidur.
"Nama panjangnya siapa sih, sulit nih nyarinya kalau sekedar nama panggilan doang mah" kesal, ardan memang menstalk line rere, tapi belum menemukan akun rere yg asli.
"Kenapa sih lo, frustasi gitu"
"Ngetok pintu dulu bang kalau mau masuk elahh" sudah menjadi kebiasaan memang, jika satria masuk ke dalam kamarnya tidak mengetuk pintu, padahal sudah seringkali ardan memberi tahunya supaya mengetuk pintu jika memasuki kamarnya.
"Ah lebay lo" jawabnya cuek dan berbaring di samping ardan.
"Minggir minggir sempit nih ah elah bang, kaya ngga punya kamar sendiri" ardan mendorong satria dengan kuat sehingga abang nya tersebut menggelinding dan terjatuh dengan keras.
Brukkk
"Sialan" umpatnya.
"Keluar lo ganggu mulu" tukasnya acuh melihat abangnya yg kesakitan. Satria keluar dari kamar ardan dengan kesal, memang seperti itu setiap hari ardan dan satria tidak pernah akur tetapi keduanya saling menyayangi satu sama lain.
Pikiran ardan berkecamuk, memikirkan rere apakah gadis itu baik baik saja atau tidak, ardan akui dirinya menyukai rere, ingat suka bukan cinta, melihat rere entah hatinya selalu berkata bahwa ia harus melindungi rere, bodoh memang mengenal saja baru hari ini, tapi siapa tau jatuh cinta memang tak pandang hari.
Sarah Aluna