Jika boleh jujur, aku menyukaimu. Dari sejak pertama kita bertemu, aku sudah merasa ada hal yang tak biasa dari kita. Sulit dijelaskan, namun terasa sangat jelas. Segala bentuk perhatian kau berikan secara berlebihan, hingga aku bingung bagaimana harus membalas sikapmu tanpa melibatkan perasaan.
Kau bilang kita hanya teman, sementara aku ingin lebih. Mungkin terkesan egois, tapi aku harus bagaimana? Kau selalu saja memperlakukanku seolah-olah aku ini istimewa. Pun aku tidak ingin jatuh, tapi hati sudah telanjur luluh.
Dan sebelum perasaan ini jatuh lebih dalam lagi, izinkan aku mengatakan hal ini:
Ada rasa yang ingin disampaikan, namun lidah memilih diam. Ada kepala yang ingin bersandar, tapi hati memilih ingkar. Kau memang menenangkan, namun dalam beberapa keadaan, kau menyakitkan.
Mungkin dirimu takkan pernah mengerti. Karena hanya aku yang merasakan hal ini. Ingin cemburu, tapi bukan siapa-siapa. Takut kehilangan, namun tak pernah memiliki. Ya, ini memang sederhana. Jadi bantu aku untuk memperjelas ini semua.
Apakah kau memang harus kukejar?
Atau rasaku yang harus pudar?
Aku harus pilih yang mana?
Jangan terus-terusan membuatku bahagia sekaligus tersekap dalam ketidakpastian. Karena terus terang saja, kasih sayang yang kau titipkan itu seperti bom waktu yang kelak memberangus kita.

KAMU SEDANG MEMBACA
Racauan Yang Kusesali Untuk Kusyukuri
Romansa[SUDAH TERBIT] Perpisahan adalah sesuatu yang lebih buruk dari mimpi buruk. Namun, aku sadar. Mengikhlaskan dan mendoakan kebaikanmu juga bagian dari menyayangi. Meskipun bukan kamu yang Tuhan hadirkan sebagai teman hidup, aku tetap mensyukuri bahwa...