Smile Resti 5

22 14 2
                                    

Ping!

Rasya melirik ponsel yang tergeletak di nakas samping tempat tidurnya. Sudah dua jam setelah ia pulang dari bioskop ia sama sekali tidak menyentuh ponselnya.

Ardi : Woi! Di tungguin kaga nongol lagi lu!
Tata : Janjian sama Resti lu ya!
Tata : Ga asik banget main pergi berduaan kaga pamit.
Ardi : Dia pamit. KENCAN DI WC KALI!
Tata : Kacang lupa telor!
Ardi : Ini lagi si bocah. Udah salah ngotot!
Tata : Brisik lu!
Agnes : BERISIK!
Tata : Mana si Rasya? Masih berduaan kali ya?
Agnes : Udah lah! Besok tanya di sekolah aja.
Rasya : Bacot!!
Rasya mulai habis kesabarannya membaca chat grup mereka, ia melemparkan ponsel ke kasur yang ia tiduri sekarang.

PING! PING! PING!

Berisik. Hanya itu yang ia katakan dalam hati. Rasya lebih memilih tidur daripada menanggapi pertanyaan tidak penting itu.

****

Pagi harinya di SMA Arlingga semua siswa berkumpul di lapangan upacara mendengarkan penjelasan kegiatan kemah yang diadakan ritun setiap tahun. Kegiatan yang sebenarnya sangat tidak menarik bagi Rasya.

Menurut apa yang disampaikan Pak Herlambang, kemah tahunan ini akan diadakan minggu depan dan seluruh siswa kelas 11 wajib mengikuti kegiatan itu. Sebenarnya kegiatan ini bertujuan untuk mengeratkan persaudaraan seluruh siswa dan juga pembelajaran di alam. Namun tidak bagi Rasya.

"Gue bolos aja kali ya?" Tanya Rasya kepada Ardi yang berdiri di sebelahnya.

"Ide bagus tuh. Norak banget pake acara kemah segala" Tambah Ardi yang menyetujui ajakan Rasya.

Setelah tiga puluh menit mereka berkumpul di lapangan upacara, akhirnya mereka dipersilahkan masuk ke kelas masing-masing. Semenjak pengumuman tadi, seisi kelas XI-2 cukup ramai dan sama seperti kelas lainnya, mereka mulai membicarakan kegiatan kemah. Ada yang berdiskusi tentang perlengkapan yang harus dibawa, berdiskusi tentang makanan yang akan dibawa atau tentang pakaian yang dirasa pas untuk mereka kenakan. Ada juga yang berdiskusi tentang bagaimana cara untuk bolos dari kegiatan itu terutama bagi gerombolan siswa laki-laki termasuk Rasya dan Ardi.

"Ras lo udah nemu ide belum?" Tanya Ardi.

"Belum. Bantu mikir dong!" Jawab Rasya dengan nada tinggi.

"Gue punya ide. Gimana kalau kita pura-pura aja berangkat, nanti di lokasi kita kan bisa kabur. Secara ini kan di hutan" Kata Wildan tiba-tiba.

"Cakep tuh" Seru Ardi.

"Boleh juga. Tapi gue engga terlalu yakin cara itu bisa berhasil" Tambah Rasya.

"Lo tenang aja, di hutan mana ada sih penjaga sekolah yang ngawasin sampai ke sudut-sudutnya. Kalau gue yang jadi penjaga mah ogah" Sambung Ardi.

"Gue si bukan takut sama penjaga sekolahnya. Tapi sama penjaga hutan. Ntar bikin lo khilaf" Candaan Rasya membuat gerombolan pria di sana tertawa lepas.

"Anjir! Gue engga doyan sama demit hutan yah" Kata Ardi tak terima.

"Ya Ardi engga suka pacaran sama demit. Sukanya kan sama manusia online. Cintaku berawal dari Hago!" Tambah Wildan disambut canda tawa lainnya.

Rasya yang duduk di atas meja tanpa rasa bersalah tertawa lepas melihat sahabatnya menjadi bahan bully. Disela-sela tawa itu, tidak sengaja pandangannya meleset pada beberapa siswi yang duduk melingkar pada barisan depan tak jauh dari posisinya saat ini. Tidak selesai disitu, Rasya mulai tidak fokus pada obrolan Ardi dan beberapa teman lainnya karena perhatiannya sudah teralih pada Resti. Perempuan itu nampak asik bercanda ria. Tidak seperti Resti yang pertama kali ia lihat. Tapi beberapa saat kemudian perempuan itu terlihat murung dan terlihat sekali sekarang tawanya mulai memudar. Samar-samar dapat Rasya dengar, beberapa siswi disana sedang membicarakan masalah kegiatan kemah, sama sepertinya tadi.

Smile RestiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang