Hari berikutnya Rasya, Ardi dan Vino benar-benar menepati janjinya untuk menemani ketiga gadis itu menonton film. pukul setengah tujuh malam Tata dan Agnes sudah berada di rumah Resti, menjemputnya agar berangkat bersama. Sementara Rasya, Ardi dan Vino sudah terlebih dulu datang ke bioskop.
"Resti, kamu yakin mau ikut mereka ke bioskop?" Tanya Rinjani yang baru saja masuk ke kamar Resti dan mendapati putrinya sedang bersiap.
"Yakin mah. Mamah tenang aja, Resti bisa jaga diri kok" Resti meraih sling bag merah muda yang tergeletak di atas ranjang.
"Kalo ada apa-apa kamu langsung kabarin mamah iya" Nasehat Rinjani. Detik kemudian Resti tersenyum.
"Iya mah, pasti" Resti memeluk lengan Rinjani dan berjalan beriringan menuju Ruang tamu.
"Mah Resti berangkat dulu ya," Dengan hangat Resti mengecup punggung telapak tangan Rinjani dan diikuti kedua temannya.
"Pamit ya tante" Kata Tata.
"Loh katanya masih ada yang belum dateng?" Tanya Rinjani.
"Iya sih, tapi kita udah ngabarin mereka dan mau langsung ketemu di bioskop aja Tan" Jawab Agnes.
"Ooh ya sudah, hati-hati di jalan ya" Setelah berpamitan, Resti dan kedua temannya segera berangkat. Sesuai tiket yang sudah dipesan, film yang akan mereka saksikan tayang pukul tujuh malam.
Perjalanan dari rumah Resti tidak memakan waktu lama, hanya sekitar lima belas menit mereka sudah sampai di lokasi. Disana Rasya dan Ardi sudah menunggu dengan malas bersandar pada mobil sport milik Rasya.
"Loh Vino mana Sya?" Tanya Agnes begitu menyadari tidak ada Vino.
"Biasa. Urusan sama ibu negara" Jawab Rasya santai.
"Ya udah ayo masuk buruan bentar lagi mulai loh" Ajak Tata sambil menggandeng Resti. Mereka memasuki bioskop dan segera mencari tempat duduk yang sesuai.
Resti mengedarkan pandangan ke setiap sudut ruang. Terlihat jelas dari sorot matanya, gadis itu mulai cemas. Diantara keempat temannya, Resti duduk tepat di tengah-tengah mereka. Di sebelah kanan Resti disitulah Tata duduk dan di sebelah kiri Resti adalah Rasya. Saat ini Rasya sudah bersandar pada kursi dengan tangan yang diletakan di atas kepala dan tatapan lurus ke depan. Dari raut wajahnya, Resti dapat menebak Rasya sangat bosan.
"Ar gue bosen banget!" Gerutu Rasya kepada Ardi yang duduk di sebelah kirinya.
"Gue ngantuk berat!" Balas Ardi yang sama-sama terpaksa mengikuti kemauan tiga sahabat perempuannya sebagai bentuk imbalan tempo hari.
Setelah lima belas menit mereka berada di dalam ruangan itu, barulah pada menit kesepuluh film yang mereka saksikan dimulai. Sejauh ini selama lima menit Resti sama sekali tidak melihat apa yang tertera di layar, melainkan hanya menunduk sambil memainkan jari-jarinya dan hal ini tidak disadari oleh teman-temannya kecuali Rasya. Rasya yang berada tepat di sebelah Resti dapat melihat jelas gadis di sebelahnya sama sekali tidak melihat ke layar. "Ada yang aneh" Batin Rasya.
"Argh!" Gerutu Resti yang terdengar samar oleh Rasya. Sepertinya, memperhatikan Resti jauh lebih menarik dari menonton film. Resti terlihat memegang kepalanya dan entah kenapa perasaan Rasya terketuk.
"Lo kenapa?" Tanya Rasya akhirnya. Sambil menyingkirkan tangan kiri Resti.
Resti yang sadar dan mendengar pertanyaan Rasya langsung menjawab dengan gugup,"Gu-gue engga apa koh Ras-ya"
Menit berikutnya Resti berusaha tenang dan tidak ingin semua temannya curiga sampai akhirnya ia memutuskan untuk pamit ke toilet.
"Ta gue ke toilet dulu ya" Kata Resti yang di balas dengan anggukan kepala. Resti langsung beranjak dari tempat duduknya dan dengan langkah cepat keluar dari ruang itu. Keringat dingin sudah bercucuran membasahi kening dan wajah Resti.

KAMU SEDANG MEMBACA
Smile Resti
Dla nastolatkówKetakutan selalu menghantui pikiran Resti Bermula dari sebuah insiden yang membuatnya benci kegelapan Baginya tidak ada kebahagiaan yang tersembunyi di dalam kegelapan Rasya, Tata, Agnes dan Ardi adalah sahabat Resti Yang mampu membantunya berdamai...