"Rasyaaa"
"Agneees" Panggil Andi panitia dari osis yang sedang mencari keberadaan tiga temannya itu. Ia mencari bersama pak Wido dan bu Uki serta Indah salah satu rekan osis.
"Aduh kemana mereka ya?" Tanya pak bu Uki.
"Restiiii" Berkali-kali mereka memanggil tetapi sama sekali tidak ada jawaban. Mereka semakin masuk ke dalam hutan.
"Rasyaaa! Kalian dimana? Restiiii, Agneees" Teriak pak Wido.
"Agneees, Restiiii, Rasyaaa" Timpal Indah.
****
"Nes, lo denger ada suara orang manggil engga?" Tanya Rasya sambil mengarahkan senter ponsel ke beberapa arah.
"Ih Sya. Jangan bikin merinding" Sahut Agnes.
"Merinding apaan, orang gue denger ada yang manggil kita. Kayaknya itu pihak sekolah yang nyari kita" Terang Rasya.
"I-iya gue denger sya" Tambah Resti.
"Ah kok gue engga denger ya?" Tanya Agnes.
"Berapa bulan belum di bersihin tuh kuping" Rasya mengejek Agnes.
"Anak-anak. Kalian dimana?" Teriakan itu kembali terdengar.
"Tuh lo denger engga?" Tanya Rasya.
"Ya kalo ini gue denger. Ya udah cepetan. Coba lo arahin senternya sedikit ke atas, siapa tau mereka liat. Sambil teriak" Perintah Agnes.
"Tolooong! Kita di sini" Rasya menuruti perintah Agnes. Mereka melihat ke sana ke mari untuk melihat sorotan cahaya yang mungkin saja terlihat dari jauh sana yang dapat membantu mereka mengetahui dimana pihak sekolah berada. Dan detik berikutnya mereka mulai melihat ada sebuah sinar jauh di depan mereka. Mereka cukup lega dan mulai berjalan mendekati cahaya itu.
****
"Pak wido. Itu ada cahaya di sebelah sana. Jangan jangan itu tanda dari mereka" Kata Andi yang pertama kali melihat sinar dari sebrang sana.
"Bisa jadi. Ayo kita ke mendekat ke sana" Perintah pak Wido. Akhirnya kedua kelompok itu, Kelompok Rasya dan kelompok panitia mulai berjalan saling mendekati satu sama lain berkat cahaya dari lampu senter yang mereka bawa.
"Allhamdhulilah. Akhirnya kalian ketemu juga" Ucap pak Wido setelah jarak mereka sudah sangat dekat. Pak Wido langsung menghampiri tiga anak itu.
"Kalian engga kenapa-kenapa kan?" Tanya bu Uki sambil mendekati mereka. "Eh Resti kenapa?" Sambung bu Uki setelah menyadari Resti dipapah oleh Agnes dan Rasya dan dalam keadaan muka pucat.
"Ini bu, tadi dia kaya ketakutan gitu. Dan badannya jadi lemas banget" Terang Agnes.
"Ya udah kita langsung ke tapak sekarang juga" Perintah Pak Wido.
"Resti, kamu masih kuat kan?" Tanya bu Uki khawatir.
"Mmmasih bu" Jawab Resti lirih.
"Res lo harus kuat" Bisik Rasya. Tapi bukannya sesuai apa yang Rasya katakan malah tubuh Resti semakin lemas dan detik berikutnya tubuhnya hampir terjatuh. Untung saja Agnes dan Rasya masih memegang tubuhnya. Tidak sabar akhirnya Rasya melepas tangan Agnes dari pundak Resti dan menggendong tubuh Resti.
"Pak kita udah deket sama lokasi kan?" Tanya Rasya.
"Iya sudah. Ayo cepetan bawa Resti ke tapak" Perintah pak Wido. Semua yang ada di sekarang panik melihat keadaan Resti. Mereka setengah berlari agar segera sampai ke lokasi kemah.
"Hati-hati Sya" Agnes mengingatkan Rasya yang sedang menggendong Resti. Andi berlari di depan dan terus mengarahkan senternya ikut membuka jalan untuk Rasya dan lainnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Smile Resti
Novela JuvenilKetakutan selalu menghantui pikiran Resti Bermula dari sebuah insiden yang membuatnya benci kegelapan Baginya tidak ada kebahagiaan yang tersembunyi di dalam kegelapan Rasya, Tata, Agnes dan Ardi adalah sahabat Resti Yang mampu membantunya berdamai...