❤❤❤
"Res lain kali jangan mau di ajak Rasya, nanti lo kena hukuman lagi kaya semalam" Ucap Tata dari dalam mobil. Resti yang sudah turun dari mobil Rasya hanya tertawa kecil dan menunjukan ibu jarinya.
"Ya udah kita duluan ya. See you " Tata melambaikan tangan di ikuti keempat teman lainnya.
Tin !
Mobil sport itu mulai menjauh dari rumah Resti. Resti memperhatikan kendaraan itu sambil terus tersenyum. Rasya melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang menuju rumah masing-masing sahabatnya."Sya lo tau sesuatu tentang Resti?" Tanya Agnes tiba-tiba.
"Sedikit" Jawab Rasya singkat.
"Sesuatu apa sih, kok gue engga tau" Telusur Tata bingung. Agnes malah memberi isyarat untuk diam kepada Tata.
"Sejak kapan?" Tanya Agnes lagi.
"Sejak kita ke bioskop" Balas Rasya.
"Tunggu. Berarti waktu lo ngilang itu karena lo nolongin Resti?" Ardi ikut menanggapi pernyataan Rasya.
"Udah ya gue ngantuk banget. Mending kalian simpan dulu pertanyaan." Rasya menolak membahas lebih jauh lagi karena nyatanya ia sedang berusaha menahan kantuk selama membawa kendaraan.
"Lo tega kalo engga cerita ke kita. Sungguh" Ucap Tata. Rasya hanya mengangguk-angguk.
"Rasyaa pokoknya lo harus cerita!" Timpal Tata lagi.
Mobil sport Rasya sudah memasuki komplek perumahan Agnes. Sebelum Agnes turun, Rifa sempat berpesan,"Nanti malam gue tunggu di rumah kaya biasa dan engga boleh ada yang molor atau mood gue bakal ancur,"
"Yeee emangnya lo tuh yang suka ngaret kalo mau nongkrong" Balas Tata.
"Ya tuh Rasya sok bener aja" Tambah Ardi yang ikut-ikutan memojokan Rasya.
"Woy! Ngaca Ar, lo sama Rasya sama aja. Engga pernah tepat waktu" Tambah Agnes membuat mereka tertawa. Setelah Agnes turun, Rasya kembali membawa laju kendaraannya yang sekarang menuju rumah Ardi dan Tata.
****
Empat anak itu sudah duduk melingkar di taman belakang rumah Rasya. Di hadapan mereka sudah tersaji makanan ringan yang tidak pernah tertinggal saat mereka ngumpul seperti ini. Setiap tempat yang mereka jadikan tempat nongkrong pasti tidak pernah lolos dari suara berisik dan canda tawa mereka, tapi kali ini sedikit berbeda karena dari tadi Rasya terdiam. Mungkin sedang mempersiapkan kalimat yang tepat untuk ketiga sahabatnya yang sekarang sedang menunggu Rasya angkat bicara.
"Oke gue cerita" Kata Rasya kemudian ia menarik napas dalam-dalam, ketiga sahabatnya sudah siap mendengar dan bahkan sangat antusias.
"Malam itu gue anter Resti pulang ke rumah, di sana ada nyokapnya Resti. Tante Rinjani. Saat itu tante Rinjani cerita hampir semua tentang sakit yang Resti alami. Oya ini bukan sakit si, cuma tekanan psikologi. Jadi Resti itu punya pobia gelap" Rasya melihat tiga sahabatnya satu persatu.
"Pobia? Sejak kapan. Kenapa bisa muncul?" Tanya Agnes sedikit terkejut.
"Sejak Resti berusia enam tahun" Jawab Rasya. Ia menarik napasnya dalam dalam kemudian melanjutkan ceritanya.
"Waktu Resti berusia enam tahun ia pernah menjadi korban penculikan. Selama tiga hari ia disekap bersama beberapa anak lainnya yang bernasib sama. Selama tiga hari ia disekap di ruangan yang sama sekali engga di kasih penerangan, selama tiga hari itu juga Resti dan anak-anak lainnya terus nangis minta tolong. Kalian bisa bayangin engga sih gimana anak sekecil itu di kurung di dalam ruangan yang sama sekali engga ada cahaya. Mereka emang engga di ikat pakai tali atau di tutup matanya kaya di sinetron-sinetron. Tapi apasih yang bisa dilakuin mereka selain nangis dan mohon-mohon untuk dibebasin ke orang yang sama sekali engga bisa mereka liat jelas wajahnya seperti apa, mereka cuma denger suaranya. Jadi ini pemicunya kenapa semalem Resti ketakutan banget dan meracau engga jelas" Rasya kembali menatap sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smile Resti
Teen FictionKetakutan selalu menghantui pikiran Resti Bermula dari sebuah insiden yang membuatnya benci kegelapan Baginya tidak ada kebahagiaan yang tersembunyi di dalam kegelapan Rasya, Tata, Agnes dan Ardi adalah sahabat Resti Yang mampu membantunya berdamai...