Crimson Pack.
Dini hari.
"Brengsek!" Maki Mike di puncak bukit itu. Bukit yang selalu ia datangi untuk sekadar melepaskan lolongannya.
Gemertak tulang terdengar sangat menyakitkan, Michael berganti shift dengan Lucas. Malam itu pekat tanpa rembulan. Ia melolong keras, meluapkan kesedihan atas rasa sakitnya. Aroma mawar yang menguar itu berganti menjadi madu yang terbakar.
Brandon dan Kevin menemani Alphanya. Ia kesal saat tahu Sam harus kembali menderita untuk upacara menghapus darah Satan itu. Darah terkutuknya, Satan meminta si gadis untuk berada dalam wilayahnya.
Bruno dan Kelvin telah mengambil alih tubuh manusia Brandon dan Kevin. Kedua srigala itu menyahut lolongan Alphanya. Menyebarkan kabar kesedihan yang menyayat hati pimpinan itu. Seluruh pack menjawabnya, saling bersahutan. Mengisi malam itu dengan senandung pilu.
☆☆☆
Kastil Xavier.
Nada dering ponsel membangunkan Sam. Gadis itu mengerjap, bergelayut malas dibalik selimutnya. Ia mengambil ponsel dari nakas, dijawabnya panggilan itu.
"Hei, nona manis." Suara itu terdengar tidak asing.
Sam mengenalinya, dilihatnya kembali layar ponsel itu. Oh ternyata panggilan video dari teman-temannya.
"Ya, Wanda." Jawab Sam. Ia beringsut bersembunyi dibalik selimutnya.
"Wanda, dia masih muka bantal." Penny tertawa melihat Sam.
"Oh, Sam. Kau tahu, Alpha kami melolong pilu kemarin malam." Wanda berubah serius. "Kau masih sakit?"
Sam memutar bola matanya, "Drake pasti memberitahunya." Ia kesal tentu, kenapa Alpha itu tidak menghubunginya sendiri. Malah mencari informasi melalui Betanya.
"Bukan, kemarin kami mengirim beberapa warrior ke kastilmu." Tukas Wanda.
"Oh, aku tidak tahu hal itu." Jawab Sam. Tentu saja dia tidak memikirkan hal lain selain rasa sakit yang menguasai dirinya.
"Sam, kemarin Drake mengirimkan beberapa gambar padaku." Penny melanjutkan, "tapi kurasa itu sudah masuk surat kabar supranatural." Penny mengirim gambar ke grup obrolan mereka.
Benar saja, fenomena gila itu kembali terjadi. Burung-burung terbang tak tentu arah dan menabrakkan diri ke jendela rumah-rumah.
"Sam," Wanda dan Penny bergantian memanggil namanya yang terkejut hingga menutup mulutnya.
"Aku baik-baik saja, girls." Jawabnya. "Ah ya, sebentar." Sam menyambung panggilan video ke nomor Drake.
Panggilan terhubung, "ada apa, Sam?"
"Tanyakan detilnya pada si brengsek ini." Sam menutup panggilan itu.
Dia tahu temannya menuntut cerita detil, sedangkan dia hanya terbaring kesakitan dalam ruang isolasi. Tentu memanggil Drake adalah keputusan tepat.
☆☆☆
Senja telah bergulir di langit Barat. Luka-luka terbakar di pergelangan kaki dan tangan Sam berubah menjadi tato dengan tinta hitam. Tato melingkar polos di pergelangan kaki dan tangannya.
Satu gaun kiriman dari Crimson Pack telah datang. Lengkap dengan perhiasan dan sepatunya. Sam segera memakai gaun berwarna biru safir yang senada dengan matanya. Potongan gaun itu melebar menonjolkan belahan dadanya dengan panjang dress selutut. Lalu, lengan menggembung yang menambah kesan elegan. Sepatu stilleto berwarna biru dongker setinggi 10cm itu senada dengan perhiasan kalungnya.
"Kenapa kalian lebih tinggi daripada aku," Sam memaki kesal sambil memakai stilleto itu. Kerlip swarovski nampak indah dan menawan. Lalu, ia mengepang dan menggelungkan rambut nilanya, menyisipian jepit dari safir itu.
Sam segera menuruni tangga, dan tentu saja seluruh anggota keluarga akan menghadiri undangan itu. Drake menggunakan jas hitam dengan ornamen biru donkernya. Aurel memakai gaun hitam yang menunjukkan lekuk tubuhnya, senada dengan Adrian yang memakai tuksedo hitamnya. Dan jangan lupakan, Gwen. Gadis itu menggunakan dress monochrome dengan garis putih yang memberi kesan geometris.
☆☆☆
Crimson Pack.
Alpha nampak gelisah, ia tidak ingin jika tiba-tiba Lucas akan mengambil alih. Luke, kendalikan dirimu, ok?
Tergantung situasi. Jawab Lucas, yang tidak sabar bertemu dengan mate-nya, melompat-lompat kegirangan.
Baiklah, Mike meyakinkan Lucas. Aku sudah mengundang beberapa penjaganya.
Untuk kali ini aku membiarkanmu, Mike. Lucas kemudian memutus komunikasi itu.
Terimakasih, Luke. Pemuda bersurai hitam itu segera memakai kemeja biru safirnya menutupi otot-otot kekar. Menggunakan vest putih yang senada dengan celananya. Kulitnya yang berwarna Tan menambah kesan maskulin dan seksi si pemain utama malam ini.
"Wah, kau sudah siap, Alpha?" Kekaguman itu mengejutkan Mike dengan rasa haru.
"Oh, Mom." Mike memeluk ibundanya, wanita dengan gaun perak itu balas memeluk putra semata wayangnya.
Deheman rendah dan dalam terdengar dari sampingnya. "Mike kau melupakan aku?" Tanya pria besar yang mirip dengannya dalam versi lebih tua.
"Dad!" Ia memeluk ayahnya, sekadar melepas rindu. "Ototmu sudah tak sekeras dulu, dad." Ejek anak itu.
"Brandon menyiapkan ini dengan sempurna." Puji wanita tua itu.
"Kau bahkan menyiapkan seraphim untuk kekasihmu?" Selidik pria tua itu.
"Ini permintaan Gwen, penjaganya. Kurasa bukan rogue lagi yang akan datang seperti waktu itu." Mike menjawabnya meyakinkan.
"Aku bertaruh, bahkan selama lima belas tahun itu, kau tidak menguhubunginya sama sekali." Ibunya benar, Mike tidak pernah bertanya kabar langsung pada Sam. Berkirim surat pun juga tidak.
Mike hanya mengendikkan bahunya. Ibunya benar.
"Brandon mempunyai kisah cintanya sendiri, Mike." Protes ayahnya.
"Baiklah, baiklah, aku akan berbicara padanya langsung nanti." Mike meyakinkan kembali.
"Selamat ulang tahun, Anakku." Pelukkan hangat itu diterima Mike dari ayahnya. Lalu kecupan di dahinya hadiah dari ibunya.
☆☆☆
KAMU SEDANG MEMBACA
DEMI [The Half and Separated Soul]
VampireLolongan keras terdengar sendu dalam purnama. Angin bertiup lebih kencang malam ini. Seekor srigala muda menatap rembulan berbinar dalam gerhana. Lolongan pertamanya terdengar sumbang di malam yang sunyi. Di sisi lain, suara tangis bayi memecah kehe...