IX

12 2 0
                                    


Iris safir mengunci sosok yang mendekapnya dalam. Rasa haus hampir menguasai dirinya. Sam, lagi-lagi terbangun malam ini. Ia mendorong lembut dada sang Alpha. Matanya menyesuaikan gelapnya malam. Bulan baru, segaris cahaya bulan nampak di langit yang kelam di balik jendela kaca itu.

"Kau tidak berencana menggigit calon suamimu, kan?" Suara itu datang di kepalanya.

"Tentu tidak, Drake." Sam mendekati jendelanya. Ia melihat sosok jangkung yang berdiri di tamannya.

Sosok laki-laki itu melambai pada Sam, "kutemani kau berburu, Sam!"

Sam menyeringai, ia mengerjap. Iris birunya berganti menjadi ruby. "Tentu," Sam memakai jaket milik Alpha itu dan running shoes baru miliknya.

Bulan baru, Alpha itu dalam masa regenerasinya. Tidak hanya Alpha tetapi seluruh kawanannya. Sam memanfaatkan ini, kondisi terlemah dari para werewolf. Indra-indranya akan lumpuh dan tidak dapat mendeteksi keberadaan dirinya. Seperti manusia biasa, ya manusia biasa.

Dalam sekejap mata, Sam telah berada di sisi Drake. "Ayo!" Sam berlari meninggalkan Drake.

Drake melihat mata ruby sepupunya. Ia tersenyum puas, "kau tidak berubah, Sam." Ia mengikuti langkah cepat yang setengah melayang.

Berburu bagi Sam adalah hal paling menyenangkan. Keduanya saling mengejar, Drake berbicara melalui pikiran. "Darah manusia?"

"Tidak!" Jawab Sam diikuti dengan tatapannya pada ruby sepupunya itu. Ia menghentikan langkahnya. "Tier Tiga," desisnya dan sebentar lagi keduanya akan berada di luar jangkauan Crimson Pack.

Drake seketika berhenti, keduanya sudah melewati hutan perbatasan. Parit terakhir berada delapan kilometer di belakang mereka.

"Sam!" Panggilnya.

Sam berhenti di bibir tebing itu. Lampu-lampu kota memberi kesan meriah dakam kegelapan. Gadis itu menatap tempat itu, ia menghirup dalam udara. Ada aroma busuk yang terbesit dari wangi menyegarkan. "New born?" Sam menatap ngeri pada Drake di sisinya.

Drake mengendikkan bahunya tanda tidak memiliki jawaban tepat. Pemuda jangkung itu melemparkan bola hologram, peta kota tujuan mereka berburu. "Darah manusia?" Pertanyaan Drake menarik perhatian Sam.

"Apa rencanamu?" Sam meliriknya penuh curiga.

"Pakai ini," Drake melemparkan handsfree wireless. "Adrian ada di sisi lain kota ini."

"Apa ini akan menjadi berburu new born?" Sam memasang alat itu di telinganya.

"Kenapa?" Drake menyentuh beberapa titik di peta topografi hologram itu. Gambar itu bergelombang dengan memancarkan radarnya masing-masing. Tidak mendengar jawaban, Drake menatap Sam yang memakai kaus tipis, hotpants, jaket bomber, dan running shoes. "Tenanglah, kau nampak seksi malam ini, honey." Godanya.

"Kau bilang hanya menemaniku, nyatanya aku berada dalam rencanamu, huh?" Sam melipat tangannya marah.

"Sam," suara Gwen terdengar di telinga keduanya.

"Gwen?! Kau darimana saja, huh?" Sam protes pada penjaganya.

Drake tertawa kecil melihat muka jengkel sepupunya. "Lihatlah, Sam. Titik-titik ini adalah teror sebelumnya." Drake menampilkan potongan surat kabar selama sepekan.

Xavier kembali melakukan penghakiman pada new born. Kehadiran new born yang bukan merupakan keturunan vampire adalah kutukan bagi dunia manusia. New born yang berkeliaran menjadi teror untuk yang hidup. Zombie? Mereka lebih dari sekedar zombie. Wajah pucat, taring yang menonjol, iris kuning pucat, kuku-kuku tajam, dan perilaku mereka yang mirip manusia. Naluri buas mereka membuatnya hilang kendali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DEMI [The Half and Separated Soul]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang