"Tidak!" Bentakan itu keluar dari mulut seorang gadis kecil. Ia menolak untuk ditinggalkan kedua orang tuanya melakukan pertemuan.
"Sayangku," suara wanita muda itu tidak berhasil membujuk si bocah yang bersembunyi dibalik pengawalnya.
Tangisan itu pecah diikuti kilatan cahaya keemasan diiris mata gadis kecil itu. Air matanya tak terbendung kali ini. Ibunya tahu dia memiliki kemampuan istimewa di sana. Kilatan itu berarti masa depan.
Wanita muda itu menoleh pada prianya, ia meminta jawaban. Lebih tepatnya menunda keberangkatan mereka.
"Honey, kita tidak akan pergi. Jadi tenanglah, oke?" Bujuk pria besar yang kini mengulurkan tangannya untuk gadis kecil itu.
Bantuan ini akan datang sedikit terlambat, maaf. Ungkapnya dalam hati pada sahabatnya.
Pengawal perempuan itu membelai lembut puncak kepala si bocah. Ia memberikan dorongan agar si kecil itu mau menggapai uluran tangan Papanya.
Gadis kecil itu melihatnya, keduanya tidak akan kembali. Tentu, keduanya menghampiri maut yang mengincar pack sahabatnya. Rencana bunuh diri yang sempurna. Tapi keduanya tidak akan mati begitu saja, mereka akan berjuang untuk kembali dengan selamat demi putri kecil mereka.
"Papa!" Pekiknya menyambut tangan pria itu. Gadis kecil itu membenamkan dirinya pada pelukan Ayahnya.
Malam itu nampak tegang dengan banyaknya prajurit dan panglima yang siaga. Wilayah kastil ini berada pada zona Tetua, tentu sangat aman dan pertahanan yang sulit untuk diruntuhkan.
Kastil besar ini milik klan vampire Xavier, klan bangsawan dengan darah murninya. Siapa sangka jika keturunannya akan berpasangan dengan seraphim dan melahirkan seorang hibrid yang dikaruniai kemampuan langka. Gadis kecil itu vampire dengan enam sayap milik seraphim. Usianya yang masih enam tahun belum bisa menguasai seluruh bakat dan kemampuan yang ia warisi.
"Sarah, kita akan menundanya kali ini." Katanya pada wanitanya sembari beranjak menggending gadis kecil itu di pelukannya.
"Baiklah, Nick." Jawabnya menyetujui. Wanita itu memberi perintah pada pelayan pendamping putri kecilnya, "Gwen, kupercayan dia padamu. Kami akan pergi pagi buta, tepatnya fajar nanti."
Gwen yang datar terkejut mendengarnya. Pelayan yang irit bicara itu membuka mulutnya, "Ratuku." Diremasnya sisi gaun itu, menunduk pasrah akan nasib yang menimpa putri kecil itu.
Elders -para tetua- akan mengambil hak asuh dari Samantha Xavier, anak dari pasangan Nicholas Xavier -vampire berdarah murni- dengan Sarah Michelle -seraphim-. Gwendolyn Gregory adalah pengasuh yang dipilih Sarah dari taman surga untuk menjaganya. Saat itu Gwen masih berusia 5 tahun.
"Tidak apa-apa. Ini sudah takdir, Gwen. Apa yang akan kau lakukan? Arus takdir itu tidak akan berubah." Sarah memegang pundak Gwen meyakinkan gadis kecil berusia 10 tahun itu.
Gwen menghapus air matanya. "Aku akan menjaganya, Sarah. Bersama para malaikat." Gadis itu mendongak, meyakinkan Ratunya. Manik biru terang keduanya bertemu.
"Katakan pada Gabriel nanti. Aku senang dengan kabar terakhir yang ia bawa untuk putriku." Sarah berjalan mantap mengikuti suaminya.
☆☆☆
Gemerisik semak-semak mengikuti setiap langkah yang ia pijak dengan kasar. Napasnya terengah-engah setiap kali berhenti di persimpangan. Gadis kecil itu berlarian terus masuk dalam kegelapan malam. Hutan yang menjadi tempatnya berlari masih menjadi wilayah kekuasaannya.
Manik safirnya memaku, pada sosok yang membayangi purnama malam itu. Pemburunya tidak lagi mengikuti, gadis kecil itu mematung akan pesona itu. Suara lolongan yang merdu mengisi keheningan hutan itu. Purnama bulat dengan bayangan srigala menampilkan pesona memikat malam itu.
Srigala besar itu berhenti melolong. Manik onix itu menatap safir yang dibalut keemasan. Butuh beberapa saat sebelum manik safir itu mengerjap.
Gadis kecil itu mendengar geraman di sekitarnya. Ia segera beranjak, berlari meninggalkan tempatnya. Makhluk berkaki empat mengejarnya dengan cepat. Tiga ekor, tiga ekor srigala buas mengejar seorang gadis kecil berkerudung merah.
Satu srigala terbesar melompat menghalangi jalannya. Gadis itu berhenti, memasang kuda-kuda membidik dengan senapan di tangannya. Tarikan pelatuk itu sukses menumbangkan satu srigala yang melompat padanya. Peluru perak itu ampuh melawan srigala itu. Ia menarik pelatuk lagi, nihil. Peluru itu habis. Ia membuang senjata kosong itu.
Manik safir gadis itu berubah merah. Gadis kecil itu mengeluarkan taring dan kukunya. Terkaman srigala kedua itu mengunci tubuh mungilnya. Gadis itu mencengkeram kaki srigala, menendangnya. Membuatnya berguling, membebaskan dirinya.
Srigala yang terbesar itu menggeram. Makhluk itu segera melompat, menerkam tubuh mungil gadis itu. Gadis kecil itu tak bisa lepas dari terkaman makhluk itu. Ia menggigit leher makhluk berbulu itu. Srigala itu melolong kesakitan. Gadis kecil itu menendangnya, membebaskan dirinya.
Ia mulai bangkit, berlari lagi semakin masuk dalam hutan itu. Satu terkaman keras melukai kakinya. Gadis itu menjerit keras, membuat burung-burung terbang malam-malam. Dua srigala lainnya mendekati sosok kecil di kaki srigala terbesar.
Satu lolongan panjang diikuti dengan gerakan cepat yang membebaskan gadis kecil itu. Srigala dengan bulu perak itu menatap manik ruby gadis kecil itu. Manik onixnya menenangkan kerudung merah.
Gadis kecil itu menyaksikan kemarahan pada tiga srigala tanpa pack -klan, disebut rogue-. Rubuh ketiganya dicabik dengan bengis. Kerudung merah tak menurunkan waspada pada sosok asing itu. Hingga suara gemertak tulang membuat gadis itu membelalak ngeri. Transformasi srigala dalam wujud manusianya.
Anak laki-laki lebih tua darinya, manik karamel dengan rambut hitam legamnya mendekati gadis kecil yang terduduk gemetar. Ia menatap lekat luka itu, darah segar masih mengalir. Gadis itu menggertakkan giginya, menonjolkan taring dan menggeram.
Pemuda itu tak memiliki rasa takut dengan ancaman itu. "Brandon, aku akan membawanya ke pack. Kau urus ketiganya." Ia berbicara pada sosok srigala yang berubah menjadi manusia mendekatinya.
Bocah laki-laki dengan surai coklat terang itu menjawab, "serahkan padaku, Mike."
☆☆☆
Halo, Readers
Ketemu lagi di genre ini ^^
Jangan lupa vote dan komentarnya ya~
KAMU SEDANG MEMBACA
DEMI [The Half and Separated Soul]
VampireLolongan keras terdengar sendu dalam purnama. Angin bertiup lebih kencang malam ini. Seekor srigala muda menatap rembulan berbinar dalam gerhana. Lolongan pertamanya terdengar sumbang di malam yang sunyi. Di sisi lain, suara tangis bayi memecah kehe...