VI

7 1 0
                                    

Aroma coklat dan kayu manis tercium begitu maskulin dalam udara. Sam menggeliat manja dalam selimut tebalnya. Gadis itu membuka matanya, silau, itu kesan setelah aroma manis itu.

"Pagi, manisku."  Suara itu menarik perhatian Sam.

Dia melupakan bagian pesta kemarin malam. Sial, batinnya. Posisi Mike yang memeluknya, membuatnya tak bisa berkutik. Ia membenci sinar matahari yang membangunkannya.

Ponselnya bergetar. "Pagi, Alpha." Gadis itu beranjak bangkit. Lengannya ditarik begitu ia dalam posisi duduk. "Wow, sabarlah Luke!" Gadis itu ditindih.

"Kau hampir mati dihadapanku dua kali." Mike menenggelamkan wajahnya pada sisi pundak Sam. "Aku takut menjadi unmate Alpha."

"Kau egois sekali, Mike. Tidak memikirkanku." Sam mengacak rambut hitam Alphanya. Ia meminta untuk dilepaskan dan menjawab panggilan itu. Tangannya akan meraih ponsel di nakas itu. Mike menariknya, menyusuri buku-buku jari Sam dengan miliknya.

"Aku merindukanmu," bisiknya lembut putus asa.

"Aku tidak." Jawaban Sam berhasil membuat Mike bangkit dengan sinis, ada kilatan cemburu di sana.

Sam mendorong tubuh besar itu menjauh, ia segera beranjak dan menjawab panggilan video itu.

"Wow, Sam!" Dua sahabatnya terkejut melihat kulit Sam yang penuh dengan bercak merah dibalik kain tipis itu.

"Apa?" Tanyanya.

Wanda menutup matanya, Penny mengangkat alisnya.

"Aduh!" Segera ia mematikan panggilan itu dan menoleh pada Mike yang masih duduk dengan telanjang dada. Ia menuntut jawaban.

Mike hanya mengendikkan bahunya. "Lucas." Ia melemparkan kesalahan itu pada wolf nya.

"Keluar!" Bentaknya.

"Tidak bisa, manis. Ini kamarku, pilihannya kau yang keluar atau kemari nikmati sarapan bersamaku." Mike berjalan ke arah meja yang sudah dipenuhi hidangan, duduk di salah satu kursinya.

Ruangan itu berbeda dengan kamarnya, dominasi warna hitam dan putih pucat itu menambah elegan sosok pemiliknya. Tirai-tirainya tidak memiliki tirai tebal, hanya tirai tipis berwarna putih. Ruangan itu setengahnya di kelilingi jendela.

"Kau butuh jawaban, bukan?" Ia memandang kursi di depannya dengan penuh dominasi.

Sam menekan beberapa angka, lalu meletakkan ponsel itu di telinganya. "Drake, kau di mana?"

Suara di seberang terkekeh. "Aku di kastil, tentu saja."

"Draaaake! Gweeeenn!" Sam terdengar sangat kesal.

Mike dan Lucas tertawa melihat tingkah kekanakan dari pasangannya. "Kau merindukan vampire itu?"

Sam mengira dengan keluar dari jangkauan Drake, dia bisa hidup tenang. "Tidak, dia yang paling menyebalkan. Dan kau!" Suaranya tertekan dengan telunjuk yang mengarah ke hidung Mike. "Kau sudah mencuri kesempatan, kau lebih buruk dari vampire sialan itu."

Apa kau bilang? Vampire sialan? Suara Drake muncul di kepala Sam.

Iya! Bentaknya pada Drake yang tiba-tiba masuk ke pikirannya.

"Sam?" Tanya sang Alpha kini sedikit menggeram.

Mau tidak mau gadis itu mengikuti perintah Alpha dalam pack itu. Sam duduk, ia mengamati hidangan itu. Sepotong daging dan bau amis yang paling dia benci. "Drake yang memberitahumu?" Segelas darah kental dalam suhu rendah menggoda kerongkongan Sam.

"Gwen, Archangel itu yang bilang padaku." Mike mulai melahap hidangan sarapan itu.

Sam memandangi tubuh seksi Alphanya, sinar matahari yang bergelayut masuk itu menambah seksi tubuh pria berotot di hadapannya. Berbeda dengan Drake yang pucat, kulit Mike lebih gelap dan berotot. Drake? Dia hanya melatih otot lengan dan membentuk perutnya.

DEMI [The Half and Separated Soul]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang