Mino PoV
Bau bahan kimia mulai tercium oleh indera penciumanku. Perlahan aku membuka mata dan dapat kulihat cahaya lampu dan tirai warna putih dengan sayup-sayup orang berbicara. Dapat kusimpulkan bahwa kini aku sedang berada dirumah sakit. Ya, bayangan akan terjadinya kejadian naas yang menimpa kami berputar dalam otakku. Aku berusaha bangun untuk mencari keberadaan irene, walaupun rasa pusing dan lemas masih kurasakan.
“Hey, apa yang sedang tuan lakukan” seorang perawat menghampiriku dan membantuku untuk duduk pada ranjang rawatku
“Dimana dia? dimana istriku” tanyaku sambil berusaha melepaskan infus yang tertancap pada pergelangan tanganku
“Tenanglah tuan, istri anda sedang dalam penanganan dokter” perawat tersebut berusaha menenangkanku
“Bagaimana kondisinya, apakah dia baik-baik saja, apakah sesuatu yang parah terjadi padanya, aku harus melihatnya” tanyaku dengan tidak sabarnya
“Hmmm...maaf tuan lebih baik jika dokter menjelaskan. Untuk sekarang lebih baik tuan beristirahat terlebih dahulu” ujar perawat seraya membenarkan infusku lalu pergi meninggalkanku diruang rawat
skip...
Akhirnya kondisiku mulai pulih dan aku diperbolehkan melihat irene. Hanya saja, kondisi kini irene masih dalam pengawasan dokter dan hari ini tepat 4 hari irene tak sadarkan diri. Tak pernah terbayangkan oleh ku berada didalam kondisi menyaksikan orang yang ku cintai berjuang antara hidup dan mati
Flashback on {Mino}
“Ne..Kamsahamnida”
Mataku tak lepas memperhatikan seorang wanita dengan coat coklat yang hampir membuat tubuhnya tak terlihat berdiri dalam antrian. Wanita yang cantik dan menarik, dan sepertinya aku tertarik padanya. Saat dia meninggalkan antrian kuperhatikan dia, dan ketika dia melewatiku pandanganku tak lepas darinya seolah-olah duniaku berpusat padanya. Tepat saat aku melihatnya, gadis tersebut tersenyum hangat menatapku. Dan ya, wajahku menjadi menghangat hanya karena dia menatapku“Emm.. nona tunggu” panggilku sambil berlari kecil mengejarnya
“Aish...?” desahnya sambil berbalik dengan wajah seolah bertanya
“Emmm...ini surat ijin anda tertinggal” jawabku seraya memberikan surat ijin miliknya
“Ah...Kamsahamnida, sangat tidak lucu jika surat ini tertinggal. Aku sudah menunggu antrian ini selama 2 jam” ujarnya dengan rasa lega
“Emmm...ingin menemaniku minum kopi” tawarku padanya dengan senyum semanis yangg kubisa
“Tentu, kenapa tidak... kajja anggap sebagai ucapan terima kasihku” jawabnya sambil berjalan lebih dulu
Kami menghabiskan waktu bersama untuk saling bertukar cerita dan mengenal satu sama lain. Namanya Bae Irene dia bahkan lahir satu hari sebelumku, dia wanita yang unik. Dia bilang dia tipe wanita yang tak suka didekati pria, karena baginya semua pria sama saja. Hari-hari terus berlaku dan kami jauh semakin dekat, bahkan dihari ulang tahunnya ku beri dia sebuah hadiah yang tak pernah dia bayangkan. Ya aku memberinya seperangkat alat mandi dan sebuah lingerie berwarna merah muda.
Ku habiskan sepanjang waktuku bersama dengannya dan kini aku benar-benar jatuh cinta padanya. Pada wanita dengan sejuta pesona, irene mampu membawa kebahagian tersendiri untukku. Pribadinya yang simple dan apa adanya membuat ku tak bisa lepas jauh dari wanita ini, dia berhasil menjeratku untuk jatuh semakin dalam pada perasaan yang dia buat
Flashback off
Sudah tepat satu minggu irene tidur dan belum sadarkan diri. Kini aku hanya dapat berdoa dan berharap bahwa dia akan sadar kan kembali kepadaku. Dokter yang menangani irene memberitahu bahwa kini irene mengalami kondisi intracranial hemorhaging atau kondisi dimana irene mengalami trauma otak akibat kecelakan yang dialami dan kondisi ini dapat menyebabkan irene kehilangan memorinya. Dokter tak dapat memastikan memori mana yang hilang karena kondisi irene yang belum sadarkan diri. Aku berusaha mengumpulkan serpihan kecil memori yang mungkin akan hilang, entah berapa serpihan yang hilang. Ini adalah awal dari memori yang akan berputar dalam ingatan kami
“Hai...” sapaku padanya walaupun dia tak sadarkan diri, alat-alat medis masih melekat untuk membantunya bertahan hidup
“Please irene buka matamu, apa kamu tak merindukanku?” perlahan butiran bening jatuh melewati kedua pipiku. Kupasangkan cincin pernikahan kami pada jari manisnya berharap ia akan bangun. Perlahan ku kecup keningnya, menyalurkan kerinduanku padanya berharap ia merasakan kerinduanku
Flashback on
“Hey...sedang apa?” tanya mino saat melihat irene tengah asik bermain dengan seekor kucing
“Oh hi...aniya, aku sedang menunggumu oppa” jawab irene seraya berdiri menghampiri mino
“Ayo masuk, didalam juga sedang ada bobby, hoon, yoon, dan jinu hyung”
Mino dan irene menghabiskan waktu bersama selama hampir 1 tahun. Mereka melewati banyak cerita selama satu tahun bersama. Dan kini disinilah mereka berdiri disalah satu museum art dengan gaun dan jas pengantin yang sederhana dengan disaksikan teman-teman mereka, mino dan irene mengikat janji setia sehidup semati.
“Aku Bae irene berjanji akan membantu dan merangkulmu dalam kelembutan kasih, dan akan bersbar saat cinta memintanya, berkata-kata saat dibutuhkan dan berbagai keheningan. Serta sepakat untuk tidak berbagi red velvet dan selalu menganggapmu sebagai rumahku” irene mengucapkan janjinya dengan di iringi tawa teman-temannya
“Oke..kamu membuat ini jadi sangat luar biasa" Huff... Dengan menghembuskan nafas dalam mino mengikrarkan janjinya "aku Song Mino berjanji mencintaimu dengan sungguh-sungguh, bagaimana dirimu sekarang dan selamanya. Aku tidak akan pernah lupa bagaimana perasaan cinta yang pernah kita miliki, dan aku akan selalu tau dimana posisimu dalam hatiku” janji mino diucapkan dengan penuh rasa cinta terhadap iren
“Jadi, apakah kalian bersedia untuk saling menjaga dan mengasihi satu sama lain?” tanya salah satu teman mereka yang bertugas sebagai orang yang mengikat janji mino dan irene
“Hmmm bersedia” jawab keduanya bersamaan dengan wajah bahagia
Chupp...
Dan selanjutnya mereka harus berlari menjauh dari museum art akibat dikejar oleh pihak keamanan museum. Ya hal ini dikarena mereka melakukannya tanpa seijin pihak museum dan ini merupakan ide konyol dari irene
“Hahahahaha...stop oppa aku lelah” ucap irene seraya menahan pergelangan mino
Pandangan penuh cinta yang mereka tunjukan, pandangan saling memiliki dan pandangan tak ingin berpisah satu dengan yang lain. “Chupp....” Cium manis yang penuh dengan harapan, ciuman yang sarat akan cinta dan kasih sayang
.
.
Brakkk... aish. Helaan nafas terdengar dari mulut irene saat dirinya tengah membuat sebuah hasil karya yang akan dipamerkan dalam pameran seni“Wae...hmmm kenapa dengan wajahmu” ujar mino seraya mendekat dan meletakkan kepalanya pada pundak irene
“Huffff...entahlah oppa otakku sedang tak ingin diajak bekerja sama, padahal pameran akan dilakukan dalam waktu dekat” keluh irene dengan menyandarkan kepalanya pada dada bidang mino
“Hmmm...bagaimana kalau” tangan mino bergerak menggelitik pinggang irene yang sontak membuat irene kegelian karenanya
“Oppa stop ini geli hahahahaha” ucap irene sambil tertawa dan akhirnya merebahkan badannya dilantai akibat ulah jahil mino
Kini atensi mino tertuju pada irene, tertuju pada mata teduh sang istri dan bibir mungil beralaskan lipstik berwarna peach. Mino mengkunci pandangnya pada kedua objek tersebut, perlahan tapi pasti mino mendekatkan bibirnya pada bibir sang istri menikmati setiap rasa manisnya, menyalurkan kehangatan yang mereka miliki.
Tbc
Tau sendirilah ya mereka ngapain kagak usah gue jelasin hehehe 😉😌 bergantung pikiran masing-masing ajalah
Oh buat janji nikahnya jangan dibuat serius ya, soalnya gue belum nikah jadi kagak tau gimana janji nikah
Thank you sudah berkunjung, jangan lupa bintang dan komennya ya!!!
Terima kritik dan saran. Tapi gak terima curhatan 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
A Million Reason (END)
FanfictionCeria adalah salah satu dari sekian banyak alasan aku mencintainya. Akankah dia tetap mencintaiku - Song Mino Dia bilang aku adalah salah satu alasannya bahagia. Dapatkah aku mengingatnya - Bae Irene 🌷