Epilog

557 48 8
                                        

Flashback

Hari setelah aku bertemu dengan Sehun dan menolak ajakannya, aku mengakhiri semuanya. Kini aku mencoba untuk meraih kepingan memoriku seorang diri, tak ingin merepotkan ataupun menyakiti orang lain lagi, aku tak ingin mengecewakan mereka saat mereka tau bahwa aku tak bisa meningkat tentang mereka.

Waktu berjalan begitu cepat dan kini aku telah pindah kesebuah apartment kecil ditengah kota Seoul, aku hidup seorang diri meskipun terkadang yeri atau eomma akan berkunjung melihat kondisiku. Akupun kini telah memiliki studio kecil milikku sendiri, dan disinilah aku menghabiskan waktuku untuk melukis apa yang muncul dikepalaku. Mino benar ternyata memang aku bisa melukis, lucu... dulu ketika Mino mengingatkan ku tentang dunia seni aku marah dan membentaknya tapi sekarang lihat aku sendiri yang akhirnya kembali ke jalan ini. Bahkan dulu saat aku kembali menjalani kuliah hukum bukanya mendengarkan atau mencatat apa yang dosen ucapkan aku malah asik dengan kertas dan pena mencorat-coret setiap lembar kertas dengan gambar.

Mino... semenjak pindah rumah aku belum lagi bertemu dengannya. Pertemuan terakhir kami adalah saat aku bertanya padanya mengenai perselingkuhan ayah. Entahlah aku takut bertemu lagi dengannya, bukan... bukan hanya itu, justru aku lebih takut pada diriku sendiri...aku takut diriku akan menolak dan menyakitinya lagi. Perasaan ini kembali tapi aku tak tahu untuk siapa, yang pasti perasaan ini hanya untuk satu orang yang akan selalu ada dihatiku meskipun aku tak pernah mengingatnya.

Siang ini ditengah cuaca dingin, aku tengah berkutat dengan lukisan baru yang aku buat. Aku mendapatkan tawaran kembali untuk memamerkan hasil lukisanku, ditengah kegiatanku melukis aku menemukan secarik brosur restoran yang ku tahu dari Mino itu adalah restoran favorit kami

"Aku Irene, aku berjanji akan mencintaimu, membawamu dalam dekapan lembutnya kasih, dan bersabar saat cinta membutuhkannya serta memberi keheningan disaat yang lain tidak memberikannya. Untuk hidup dengan kehangatan hatinya, dan menjadikannya rumah"

Aku hanya mampu menghela napas saat membaca tulisan yang tertera pada brosur tersebut, aku ingat bahwa tulisan itu adalah sepenggal janji yang ku buat saat upacara pernikahanku. Aku mengingatnya karena aku pernah melihat video itu dirumah Mino, dan ya ini adalah tulisan ku

"Maaf...maafkan aku...maaf karena aku tak bisa mengingatnya, maaf karena aku melukaimu sejauh ini" ucapku sendiri mengingat bagaimana waktu yang kami lalui akhir-akhir ini, sambil memeluk brosur tersebut aku hanya mampu tersenyum getir menahan bulir bening yang siap meluncur kapanpun

☀☀☀

Mino PoV

Masalah dan pertengkaran...mereka ada karena memang harus ada untuk membentuk dan melatih setiap pribadi. Tapi masalah dan pertengkaran yang datang sulit kita tebak karena apa dan bagaimana akhirnya, tapi  masalah dan pertengkaran melatih kita untuk sabar dan mendekatkan kita pada pasangan kita, melatih kita untuk peduli dan memahami apa yang pasangan kita alami. Karena masalah dan pertengkaran akan selalu ada jadi jalanilah dengan semestinya

Semenjak pertemuan terakhirku dengan Irene, aku sudah tak pernah bertemu dengannya lagi hingga sekarang mungkin sudah berbulan-bulan. Dan kini aku lebih memilih menyibukkan diri dengan bekerja di studio, melakukan rekaman dengan berbagai band dan penyanyi. Melupakan sesak yang mungkin mengikat hatiku, dan meskipun terlihat baik-baik saja terkadang setiap malam aku merindukannya tempat tidur terasa sepi tanpa dia disisiku

Malam ini aku berencana pergi ke restoran favorit kami, yah walaupun tak bersama Irene tapi setidaknya aku masih bisa bernostalgia bersama kenangannya. Tuhan sepertinya memiliki rencana lain dalam hidupku buktinya sekarang saat aku tiba didepan restoran ternyata restoran tersebut tengah tutup mungkin karena cuaca yang cukup dingin dan salju yang lebat

A Million Reason (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang