"Biarkan kali ini aku yang mendekat. Kau, tunggu saja disana. Aku akan datang."
~~~
I
rene sudah diperbolehkan untuk pulang kerumah. Jika boleh jujur, dia sebenarnya sudah merasa bosan untuk terus disana. Yang bisa ia lihat hanya warna putih, putih dan putih. Semuanya serba putih. Apa rumah sakit tak bisa mengkolaborasikan nya dengan warna ungu pastel kesukaannya. Dasar rumah sakit pelit!
Irene tak tahu saja, bahwa rumah sakit yang sedang ia hina itu adalah milik suaminya.
Pintu terbuka, menampilkan Sehun dengan senyum merekahnya mengahampiri Irene. Ditangannya, ia membawa kursi roda, agar Irene tak perlu berjalan. Ia tak mau jika Irene kelelahan.
"Untuk apa itu?" tanya Irene kesal.
"Tentu saja untuk mu. Naiklah, aku sudah membawanya." kata Sehun senang.
"Tidak! Aku bukan lumpuh! Aku masih bisa berjalan." kata Irene mengerucutkan bibirnya. Kedua tangannya bersedekap didada.
"Nanti kau kelelahan, rene-ah. Naiklah." bujuk Sehun dengan wajah memelas nya.
"Aku tidak mau. Singkirkan benda itu!!" teriak Irene kesal.
"Baiklah, jika kau tidak mau naik. Aku tidak akan memaksa mu. Tapi....." Sehun tidak melanjutkan kalimat nya namun berjalan mendekati Irene membuat Irene melototkan kedua matanya.
"Hey! Mau apa kau?!" bentak Irene kala Sehun semakin mendekat.
Sehun tidak mengubris pertanyaan nya, namun menyelipkan tangannya di leher belakang Irene dan juga tungkai kakinya. Ia memilih menggendong wanita itu.
"Hey! Sehun! Turunkan aku!" jerit Irene meronta-ronta. Sehun tidak mau mendengarkan permintaan istrinya itu dan semakin mengeratkan pegangannya. Ia berjalan menyusuri koridor rumah sakit itu.
Semua mata tertuju pada mereka, tak terkecuali dokter Byun yang saat ini malah melongo. Tuannya tidak pernah melakukan hal memalukan semacam ini. Ini benar-benar mujizat!
Irene memejamkan matanya kasar saat tahu mereka menjadi pusat perhatian orang banyak. Ia kembali membuka mata lalu menatap sinis kearah Sehun.
"Aishh.." dengus nya sebal.
Lalu memilih menyembunyikan wajahnya kedada bidang Sehun. Ia yakin jika pipinya sedang tidak baik-baik saja.
Sehun yang melihat itu hanya terkekeh saja. Jika ini tidak ditempat umum, ia akan langsung memperkosa wanita itu sekarang juga. Sungguh! Ia benar-benar gemas melihatnya.
Setibanya di apartemen, Sehun kembali menggendong Irene dan membuat mereka menjadi pusat perhatian lagi. Irene mendengus kesal melihat tingkah pria itu. Tangannya sudah gatal ingin mematahkan kedua tangan Sehun agar tidak berani menyentuh nya lagi.
Di lift, ia memandang sinis Sehun, namun pria itu tetap acuh.membuat Irene semakin geram saja.
"Turunkan aku. Aku masih punya kaki. Kau membuat ku malu saja." kesalnya.
"Ini resiko jika kau tidak mau menaiki kursi roda itu." jawab Sehun tenang.
"Tapi kaki ku masih bisa berjalan." geram Irene.
"Diamlah. Atau tidak aku akan memperkosamu disini."
Perkataan Sehun sukses membuat Irene melototkan kedua matanya. Mulutnya terbuka lalu mengatup usai perkataan vulgar itu tersalurkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay, It's Love
Romance"Aku mencintaimu. Aku tidak peduli apapun yang kau lakukan kepadaku, karena aku mencintaimu. Tapi tolong, jangan terlalu menyakitiku karena aku tidak tau sampai kapan aku harus bertahan. Semua orang pasti memiliki titik jenuh" -Bae Irene "Berhenti b...