mnic / #20

488 61 185
                                    

Hello gaes.
Sebelum baca, mohon PERHATIANnya sebentar.
TERUTAMA UNTUK YANG SELALU NANYA, 'KAPAN UPDATE CHAPTER BARU'.

Perihal update MNIC yang mulai nggak menentu. Sorry banget, kalo mulai sekarang... UPDATE BAKAL SUPER JARANG.

Harap memaklumi yah. Karena, yang nulis cerita ini (yaitu akuwww), harus kembali disibukan dengan kegiatan di real life. Kuliah aing bukan lagi semester muda. Udah mulai semester tua, dan UDAH HARUS FOKUS BUAT PERSIAPAN NYUSUN SKRIPSI. Dan itu bener-bener menguras otak gaes.

Tapi yah balik lagi. Ini karena desakan prodi yang gak mau mahasiswa mereka 'telat lulus' karena males-malesan nyusun skripsi.

Jadi harap maklum, dan jangan nanya... 'kapan cerita ini diupdate'. Dan udah pasti juga yah, kalo situasinya udah begini, jangan suruh yang nulis (yaitu akuwww) suruh DOUBLE UPDATE. Karena nyari waktu luang super duper susah! Gimana mau double update? Hehe...

Terima aciii🙏🏻 and enjoy🧡🌹

***

my name is c̶̶i̶̶n̶̶d̶̶e̶̶r̶̶e̶̶l̶̶l̶̶a̶ / #20

🄴🄽🄹🄾🅈

***

"Paduka Selir... apa Paduka, sudah cukup kuat untuk melanjutkan pelarian?" tanya si prajurit yang kini jadi pengawal pribadi Selir Hwang.

Selir Hwang meneguk salivanya. Saat ini, ia telah meyakinkan diri bahwa dirinya sudah sanggup berdiri dan melanjutkan pelariannya dari para penjahat bertopeng yang berniat ingin menculik dirinya. Lantas, wanita itu pun bangkit berdiri sembari memegangi perutnya, dengan dibantu oleh Dayang Li dan Dayang Ghayoung.

"Mari... lanjutkan perjalanan!" perintah Selir Hwang.

Setelah itu, mereka keluar dari gua yang menjadi tempat persembunyian mereka sedari malam. Hujan memang sudah berhenti. Namun, langit tetap terlihat gelap. Pikir wanita itu, pasti hari ini akan kembali turun hujan ke bumi.

Di sisi lain, Wang Hun, Wang Tae, Wu Chanyeol dan para pasukan berhenti seketika, ketika mata mereka semua melihat tandu Kerajaan yang memang... tandu itulah yang membawa Selir Hwang dalam perjalanannya ke Negeri Selatan. Wang Hun turun dari kudanya, begitupun dengan yang lain. Tak terkecuali, prajurit yang memberitakan istri kedua dari Raja-nya itu sedang dalam bahaya.

"Di mana mereka?" tanya Wang Hun, pada sang prajurit.

"Maafkan hamba Yang Mulia. Kemarin, di tengah perjalanan... Selir Hwang memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Ini semua karena salah satu pembawa tandu mengalami kelelahan. Maka itu, Paduka Selir memutuskan untuk berjalan kaki sebagai alternatif demi melanjutkan perjalanan," jelas sang prajurit.

"APA?! APA KALIAN SUDAH GILA?! MENGAPA KALIAN TIDAK MELARANGNYA?!"

Prajurit itu langsung berlutut dan tunduk di depan Wang Hun. Laki-laki itu penuh dengan amarah sekarang. Sekarang, bagaimana bisa ia menemukan istri keduanya yang tengah hamil besar itu, jika kondisinya sudah menjadi seperti ini?

"Hamba memohon ampun, Yang Mulia," ujar si prajurit itu, memohon ampun.

"Hamba benar-benar tidak tahu, kejadiannya akan seperti ini. Hamba pantas untuk dihukum mati," kata si prajurit lagi, kini dengan tubuh yang kian gemetar.

my name is c̶̶i̶̶n̶̶d̶̶e̶̶r̶̶e̶̶l̶̶l̶̶a̶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang