mnic / #23

157 26 17
                                    

my name is c̶̶i̶̶n̶̶d̶̶e̶̶r̶̶e̶̶l̶̶l̶̶a̶ / #23

🄴🄽🄹🄾🅈

***

Berat.

Kepala Wang Tae saat ini sekarang sedang terasa berat seakan di dalam kepalanya terdapat sebuah batu seberat satu ton memenuhi kepalanya. Ia baru saja tersadar dari tidurnya dan langsung ingat bagaimana kejadian yang menimpanya sebelum ia tak sadarkan diri. Laki-laki itu terduduk, sembari memegangi kepalanya. Matanya memperhatikan sekitar dan fokus matanya terhenti di sudut gua. Wajahnya terlihat geram saat dirinya baru saja melihat pemandangan yang tidak ia sukai berada tepat di ujung matanya.

Wah... kau benar-benar licik rupanya, ya?—

Begitu isi sindiran keras Wang Tae teruntuk kakak laki-lakinya yang terlihat masih tertidur pulas sembari memeluk sang istri yang tidur persis di sampingnya. Merasa geram jika pemandangan paginya hanya diisi dengan kemesraan antara wanita yang ia cintai dan laki-laki yang ia benci sedang dalam keadaan intim, akhirnya Wang Tae lebih memilih keluar dari gua yang rasanya mulai terasa sesak.

Saat kakinya mulai melangkah keluar dari gua, tiba-tiba langkah Wang Tae terhuyung. Kepalanya masih terasa berat dan sulit bagi laki-laki itu untuk menyeimbangkan tubuhnya sendiri. Ia sadar betul, ini pasti karena efek dirinya yang kehilangan banyak darah kemarin.

Wu Jisoo yang memang kebetulan sedang terduduk di luar gua sembari memandangi perapian yang mulai padam, tiba-tiba terkejut saat dirinya mendengar sesuatu yang bergerak dari arah belakang. Langsung saja wanita itu berbalik badan dan langsung mendapati Wang Tae yang sedang menatap balik ke arah matanya.

"Apa?!" sahut Wang Tae dengan dinginnya, kemudian melirik ke arah lain.

"Pangeran sudah sadar?" tanya Wu Jisoo, membalas ucapan Wang Tae dengan hangat.

Jika diibaratkan, keduanya seakan seperti jurang api dan gunung es. Keduanya mungkin akan sempurna jika disatukan. Sikap Wang Tae yang dingin pasti akan bisa berubah menjadi hangat jika Wu Jisoo ada di sisinya. Lihat saja sekarang. Saat Wang Tae bersikap ketus pada Wu Jisoo, tapi sikap wanita itu justru sebaliknya. Wanita itu sama sekali tidak balik bersikap ketus pada Wang Tae, yang jelas-jelas ingin sekali Wu Jisoo pergi dari hadapannya sekarang ini.

"Lalu... apa yang sedang kau lihat ini sebuah bayangan sekarang?! Ya jelas aku sudah sadar! Kenapa bertanya lagi seperti orang dungu?!" balas Wang Tae dengan kejamnya.

Marah? Kesal? Sedih?

Sudah dibilang... di luar, Jisoo memang tampak lemah. Tapi di dalam, hati wanita itu ibaratkan sekeras batu. Sikap dingin Wang Tae yang ditunjukkan olehnya nyatanya tidak bisa begitu saja menghancurkan perasaan Jisoo. Merasa tidak dianggap, sudah menjadi makanan wanita itu sehari-hari. Jadi berpikir dirinya akan menyerah hanya karena perlakuan Wang Tae barusan padanya, sebaiknya dibuang jauh-jauh.

Namun pertanyaan selanjutnya... sampai kapan wanita itu harus bertahan dengan sikap dingin Wang Tae? Bukankah, ada saatnya untuk menyerah atas setiap kerja keras yang telah dilakukan?

Pastinya... aku belum akan menyerah—

"Apa Pangeran... sekarang sudah merasa lebih baikan dari sebelumnya?" tanya Wu Jisoo, dengan hati-hati.

my name is c̶̶i̶̶n̶̶d̶̶e̶̶r̶̶e̶̶l̶̶l̶̶a̶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang