mnic / #15

415 56 192
                                    

Mau nyindir dulu ahhh🌚

Maaci yang sudah bersedia mem-vote, even comment di cerita ini.

Kalian lwar byazah, dan pantas disebut sebagai orang dengan hati malaikat👼🏻😘 karena menyebar kesenangan pada kuw hingga membuat kuw tersenyum-senyum seperti 'pipel kereizihhh'!!!

Thank you somat!🌚

***

my name is c̶̶i̶̶n̶̶d̶̶e̶̶r̶̶e̶̶l̶̶l̶̶a̶ / #15

🄴🄽🄹🄾🅈

***

Sudah seminggu sejak Wang Hun meninggalkan istana demi terjun ke medan perang. Laki-laki itu sedang bertempur melawan pasukan dari Kerajaan kecil di Timur Laut bersama pasukannya dari Kerajaan Utara. Seminggu pula, tidak ada kabar maupun surat yang dikirim oleh laki-laki itu. Dua wanita di istana itu tampaknya mulai khawatir dengan keadaan Wang Hun di luar sana. Tentu saja, kedua wanita itu adalah kedua istri Wang Hun, Selir Hwang dan Permaisuri Lim.

Permaisuri di Negeri itu sesekali menunggu di depan pintu gerbang Kerajaan. Berharap dari kejauhan, seseorang melambai ke arahnya dengan wajah ceria.

Selir Hwang?

Wanita itu bahkan tidak pernah absen sekalipun untuk mengunjungi kuil Kerajaannya demi mendoakan sang suami. Wanita itu berdoa, agar Wang Hun pulang dengan membawa kemenangan dan sampai di istana dengan selamat.

Seperti pagi menjelang siang ini. Selir Hwang sudah ada di dalam kuil dan mengikut sang Pendeta Agung untuk berdoa bersama-sama. Setelah selesai berdoa di tempat suci itu, Selir Hwang berjalan keluar dari kuil, diikuti oleh para dayang dan kasim dari belakang.

Saat akan berjalan, tiba-tiba sosok dua orang yang kebetulan lewat di dekatnya... menyapa wanita itu dengan ramah.

"Salam Selir Agung..." sapa kedua orang itu secara serempak.

Selir Hwang tersenyum saat mendengar sapaan dari kedua laki-laki itu. Wanita itu pun membalas sapaan mereka dengan cara membungkukan setengah badannya.

"Apa Selir Agung baru saja selesai berdoa?" tanya salah satu dari mereka.

"Ya, Pangeran Muda. Saya baru saja selesai berdoa bersama dengan Pendeta Agung, serta para dayang-dayang dan para kasim," ujar Selir Hwang, pada lawan bicaranya... Pangeran Wang Je.

"Ah... apa Selir Agung ingin ikut bersama kami ke Balai Pertarungan?" tanya laki-laki di sebelah Wang Je, yang tak lain dan tak bukan adalah kakak kandungnya, Pangeran Wang Yukhei.

"Balai Pertarungan?" tanya wanita itu, sedikit kurang memahami ucapan Wang Yu.

"Ya. Hamba dan Pangeran Wang Je bersama Kak Wang Tae akan ikut bertarung dengan lawan kami sebagai bentuk hiburan Festival Musiman Kerajaan, di depan Ibu Suri Wang dan Permaisuri Lim," jelas Wang Yu pada wanita itu.

Tampaknya, Selir Hwang mulai mengerti akan hal yang sedang dibicarakan oleh adik iparnya (tiri) itu. Lantas, wanita itu pun tersenyum dan mengiyakan ajakan kedua Pangeran Muda di Negeri Utara, istana yang kini ia tinggali.

my name is c̶̶i̶̶n̶̶d̶̶e̶̶r̶̶e̶̶l̶̶l̶̶a̶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang