mnic / #21

524 63 196
                                    

my name is c̶̶i̶̶n̶̶d̶̶e̶̶r̶̶e̶̶l̶̶l̶̶a̶ / #21

🄴🄽🄹🄾🅈

***

"W-Wang Tae?" lirih Selir Hwang.

Wang Tae terkapar lemas di atas tanah. Darah segar mulai terlihat menembus pakaiannya. Dari mulut pun, keluar sedikit darah yang mengalir melalui sudut bibirnya. Selir Hwang tak bisa berkata apa-apa dan hanya bisa menangis. Berharap... agar Wang Tae, orang yang baru saja tertusuk panah berkat serangan musuh yang menginginkan nyawa Selir Hwang... tidak akan mati dengan cara seperti ini. Jika laki-laki itu benar-benar mati dengan cara yang tragis seperti ini, sudah pasti... wanita itulah yang akan merasa bersalah.

Wang Hun pun yang tadinya sedang sibuk menebas leher para pemberontak yang berusaha keras melawannya, langsung terdiam saat melihat tubuh Adiknya terkapar tak berdaya di atas tanah. Laki-laki itu segera menghampiri tubuh Adiknya dan langsung menahan luka di dada Wang Tae dengan kedua telapak tangannya. Berharap, dengan cara seperti ini... Adiknya itu tidak akan kehabisan darah.

"HEI, TENGIL! BERTAHANLAH! AKU AKAN MENGHABISI MU JIKA AKU HARUS MEMBAWA TUBUH MU KE ISTANA DALAM KEADAAN SEPERTI INI!" sahut Wang Hun.

Wang Hun dengan sigap membantu Wang Tae untuk bangkit berdiri. Wang Hun bertujuan untuk lebih dulu menyingkirkan Wang Tae dari lokasi pertempuran kali ini. Ia tidak ingin, keadaan semakin bertambah parah karena tubuh Adiknya harus terinjak-injak. Namun tiba-tiba...

Syuttt~~~

Syuttt~~~

Syuttt~~~

Entah dari mana datangnya, tiba-tiba tiga busur panah ditembakan secara bersamaan ke arah para pemberontak yang terduduk di kuda mereka. Para pemberontak, termasuk orang yang tadi telah menembak Wang Tae dengan panah... sudah gugur dan terjatuh dari kudanya ke atas tanah. Seorang wanita dengan cadar putih yang menutupi setengah wajahnya, kini sedang terlihat kembali sedang bersiap-siap membidik para sasaran di depannya. Tentu saja, masih dalam posisi yang sama. Menunggangi kuda miliknya.

Syuttt~~~

Syuttt~~~

Syuttt~~~

Satu per satu musuh mulai tumbang. Sayangnya, persediaan busur wanita itu mulai menipis. Wanita itu bergegas turun dari kudanya dan menebas siapa saja (para pemberontak) yang berani menghalangi jalannya. Hingga kemudian...

"Yang Mulia... Wu Jisoo, ada di sini untuk membantu Yang Mulia dan Paduka Selir," ujar wanita yang kini sudah melepas cadarnya itu.

Ya. Wanita dengan cadar berwarna putih yang menutupi setengah wajahnya itu adalah Wu Jisoo. Wanita itu yang ikut membantu dalam aksi menumbangkan para pemberontak, yang ingin menghabisi nyawa Selir Hwang.

"Biarkan hamba, membantu Yang Mulia membopong Pangeran Wang Tae," usul Wu Jisoo.

Kemudian, Wang Hun, Wu Jisoo beserta Wang Tae yang hampir kehilangan kesadarannya berjalan ke arah Selir Hwang dan para Dayang. Sesampainya mereka di hadapan Selir Hwang, Wang Hun segera bertukar posisi. Kini, laki-laki itulah yang bertugas membopong sang Selir dengan ala bridal style. Laki-laki itu tidak akan membiarkan istrinya berjalan lebih jauh lagi. Wang Hun sadar, istrinya itu sudah tidak kuat lagi untuk berjalan lebih jauh.

my name is c̶̶i̶̶n̶̶d̶̶e̶̶r̶̶e̶̶l̶̶l̶̶a̶Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang