5. MA || Bos Besar

12 4 1
                                    

Parveen terpaku melihat sesosok lelaki gagah yang menjulang tinggi dengan tangan menggantung layaknya hendak meraih  handle pintu. Wajahnya terlihat datar dan tidak bereaksi sama seperti dirinya. Bahkan air wajahnya tidak terlihat kerutan sedikit pun. Hanya wajah yang nyaris sempurna.

Sementara Scarlett menatap tajam anak kesayangannya itu. Wajahnya terlihat lebih horror, karena ia tahu bahwa kali ini Fairel akan melarikan diri seperti yang sudah-sudah.

"Mau ke mana?" tanya Scarlett tersenyum simpul menatap wajah kaku Fairel.

Seketika Fairel tersadar bahwa perempuan mungil yang berdiri di belakang mommy-nya adalah perempuan yang sempat bertengkar pasal payung kemarin. Sedikit tidak percaya melihat kehadiran perempuan itu bersama mommy-nya yang jelas-jelas baru tiba di sini kemarin.

"Mommy? Ada apa? Abang udah pergi barusan," celetuk Fairel beruntun membuat Scarlett menatap anak kesayangannya itu gemas.

"Mommy ke sini bukan mau ketemu Daiyan, tapi kamu sendiri," jawab Scarlett melenggang masuk.

Fairel menatap Scarlett dengan wajah bingungnya, lalu menoleh ke arah Parveen yang sejak tadi menundukkan kepala. Sepertinya perempuan itu bertingkah layaknya seorang narapidana yang akan di hukum mati.

Senyum kecil terbit di bibir Scarlett saat mendapati Fairel menatap Parveen yang pandangan yang sulit diartikan. Bukannya ia sebagai orang tua tidak suka anaknya berhubungan dengan seorang perempuan, tetapi melihat Fairel adalah tipikal laki-laki yang tidak peduli, justru membuat hatinya berbunga-bunga. Ia sangat berharap agar Parveen memiliki perasaan ada anaknya itu.

"Fairel, ajak Parveen masuk dong. Masa Mommy interview di luar," ucap Scarlett pura-pura merajuk.

Sontak Fairel meraih pergelangan tangan milik Parveen dengan gerakan spontan. Bahkan dirinya sendiri tidak sadar telah menggandeng pergelangan tangan kecil itu. Terasa sangat pas dalam genggaman tangan besarnya.

Entah kenapa perasaan Fairel diliputi rasa gugup yang besar. Telapak tangannya bersentuhan dengan kulit putih bersih dan mulus milik Parveen adalah efek terbesar bagi dirinya. Apalagi kini dirinyalah yang menggandeng Parveen.

Scarlett berpura-pura tidak melihat kejadian tersebut dan memilih sibuk membaca beberapa tumpuk kertas yang nyatanya sangat tidak menarik untuk di baca. Itu adalah pekerjaan Alley, mantan sekretaris pribadi Fairel sekaligus tunangannya. Mengingat hal tersebut adalah yang tak pernah terlintas di pikiran Scarlett setelah tahu perbuatan busuk perempuan itu.

"Mommy kenapa sih harus cari karyawan baru. Padahal aku bisa handle semua pekerjaan ini sendiri," protes Fairel yang mulai tersadar bahwa kehadiran Parveen bukan hanya semata-mata untuk menemani mommy-nya saja, melainkan untuk mencari karyawan baru. Menggantikan pekerjaan yang saat ini membuat dirinya sedikit lupa waktu.

"Mom itu mau meringankan pekerjaan kamu saja. Lagi pula, Parveen ini perempuan hebat. Kamu jangan lupa ya sama cerita Mommy yang semalam," balas Scarlett menatap Fairel dengan tegas.

"Tapi, Mom ...," ucap Fairel dengan wajah memelas, dan terhenti saat Scarlett mengangkat telapak tangan kanannya pertanda beliau tidak ingin mendengar apapun.

"Mom ke sini bukan untuk bernegosiasi, melainkan untuk memperkenalkan karyawan baru yang akan membantu pekerjaan kamu selama di kantor. Oh ya, Parveen ini jago bela diri, jadi kamu tidak usah khawatir. Yang ada kamu malah dilindungin sama dia," papar Scarlett dengan memutar bola matanya malas.

Sejenak Fairel menatap Parveen yang sesekali menoleh ke arah dirinya dan mommy. Perempuan mungil itu memang terlihat berbeda dengan perempuan lain. Entah pakaian yang dikenakan atau memang Parveen mempunyai pancaran tersendiri di dalam dirinya.

My AnswerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang