14. MA || Sebuah Perpisahan

6 1 0
                                    

Rumah bercat putih itu nampak tak berpenghuni. Temaram lampu taman yang seakan menjadi sumber cahaya mulai meredup. Jejeran lampu yang tertanam di langit-langit rumah pun kehilangan fungsinya.

Yuan dengan langkah gagahnya mulai memasuki rumah tersebut. Di belakangnya terdapat beberapa pengawal berbadan kekar yang lengkap dengan jas formal berwarna hitam pekat serta kacamata hitam yang bertengger rapi di pangkal hidungnya.

Satu per satu pengawal tersebut mulai menggeledah seisi rumah. Memastikan bahwa penghuninya ada di sana. Namun, semua penghuni di dalamnya seakan tertelan bumi. Hilang tanpa jejak sedikit pun.

Dan tanpa mereka sadari Fairel sudah mengawasinya sejak tadi. Bahkan laki-laki itu sedikit tak percaya saat anak buah Yuan menggeledah rumahnya, tetapi tak ada sedikit pun dari mereka menemukan kejanggalan.

Tentu saja Daiyan telah memposisikan diri dengan baik. Berbeda dengan Fairel yang lebih memilih untuk duduk di langit-langit ruangan, dirinya malah berdiam diri di salah satu ruangan rahasia. Sudah pasti di dalamnya ada Tante Scarlett dan Parveen.

"Yan, rumah kita sebenarnya ada apa sih? Itu kok banyak banget orang berpakaian hitam-hitam," celetuk Tante Scarlett bingung.

"Nggak apa-apa, Mom," jawab Daiyan singkat tanpa mengalihkan pandangannya dari Yuan yang terus melihat sekeliling.

Parveen yang sejak tadi hanya diam menyimak pun mulai membuka suara. "Itu ... musuh Pak Daiyan?"

Kali ini Daiyan menatap Parveen tanpa ekspresi, lalu mengangguk singkat. "Salah satu saingan terbesar Danadyaksa."

Merasa sudah diwaktu yang tepat, Fairel pun mulai keluar dari persembunyiannya. Senyumnya yang mengembang tak terintimidasi oleh tatapan tajam dari Yuan. Malah lelaki itu semakin melebarkan senyuman, bak seperti tak terjadi apa-apa.

"Kita bertemu lagi, Yuan," sapa Fairel ringan.

Yuan menatap Fairel sinis. "Tidak perlu basa-basi."

"Ada perlu apa, Yuan? Sepertinya orang sibuk macam Anda sangat tidak mungkin mengunjungi rumah kami malam-malam seperti ini. Apalagi siang tadi Anda sempat kalah tender dengan saingan Anda sendiri."

"Ya. Kedatangan saya ke sini sudah pasti untuk menghabisi keluarga kalian."

Tanpa menjawab perkataan Yuan, Fairel pun melenggang pergi. Namun, gerakannya terhenti saat matanya menangkat siluet Daiyan yang mengawasi dirinya di balik pintu.

Fairel berusaha mengkode Daiyan untuk tidak keluar dari persembunyiannya, tetapi entah apa yang merasuki Daiyan hingga lelaki itu menjadi ceroboh.

Salah satu pengawal Yuan menyadari sebuah pergerakan di sekeliling mereka pun berseru, "Awas!"

Seketika Fairel menoleh dan memukul kepalanya menggunakan kepalan tangan yang sedari tadi terkepal kencang.

Pertikaian Fairel dengan beberapa pengawal pun tak terelakkan. Bahkan Daiyan yang berencana untuk tidak terlibat pun mulai kacau. Mau tak mau ia harus membantu Fairel, sebab adiknya itu terlihat kewalahan saat menghadapi delapan orang pengawal sekaligus.

Namun, pergerakan Daiyan terhenti kala Yuan mengacungkah sebuah pistol di hadapannya. Tentu ia terkejut bukan main. Apalagi kini dirinya tidak membawa senjata apapun.

"Tak terduga?" tanya Yuan tersenyum sinis.

Satu hal yang harus kalian tahu dari Daiyan, lelaki itu mudah sekali merubah ekspresinya dalam waktu satu detik. Wajah yang awalnya cemas mulai bersikap lebih ringan dan angkuh.

"Sebenarnya saya sudah menduga bahwa Anda akan melakukan cara kotor lagi. Tetapi, untuk kali ini saya sama sekali tidak mengerti dengan jalan pikiran kalian yang setiap hari mencari musuh."

My AnswerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang