12. MA || Kedekatan

6 1 0
                                        

Sekelompok orang berpakaian hitam itu menatap Daiyan dengan pandangan sinis. Salah satu dari mereka maju ke depan dengan menggenggam sebuah parang. Benda tumpul yang terbuat dari besi. Biasanya Daiyan melihat benda-benda tajam seperti itu saat dirinya masih SMA. Tentu saja saat Daiyan masih menjabat sebagai panglima perang. Tetapi, itu hanya masa kelam dirinya dan teman-temannya. Sebab, kini semua temannya telah sukses dengan jalan hidup masing-masing.

Namun, benda itu muncul lagi di depan mata Daiyan, membuat lelaki arogan dengan ekspresi dingin ketika di depan musuh mendelik terkejut. Ia tidak tahu mengapa orang-orang ini membawa benda tajam dan menghadang dirinya. Terlebih ini bukanlah malam hari, melainkan siang hari yang banyak sekali pejalan kaki melintas.

Daiyan bukan mempermasalahkan dirinya akan habis oleh orang-orang tersebut. Tetapi, ia juga tidak ingin mengacaukan wilayah pada padat penduduk seperti ini. Apalagi di dalam mobil ada Valeeqa yang takut-takut keluar dan akan menimbulkan masalah baru.

"Lo masih ingat kita, Yan?" tanya salah satu lelaki berbadan kekar yang melangkah menghampiri Daiyan.

Alis tebal lelaki arogan itu terangkat bingung. "Lo siapa?" tanyanya dengan bahasa Indonesia yang lancar.

"Wah, masih tidak ingat juga bos besar ini," sahut lelaki itu tertawa mengejek.

Bukannya tersinggung, Daiyan malah menatap lelaki itu prihatin. Sebenarnya ia tahu siapa lelaki itu, tetapi dirinya tentu saja bukan orang bodoh yang langsung menjadi pertanyaannya dengan jujur. Hanya dirinyalah satu-satunya musuh terlicin saat menghadapi sebuah jalanan kasar.

"Sudahlah. Jangan membuang waktu saya," sela Daiyan cepat.

"Sabar dulu, Bos Besar." Lelaki berbadan kekar itu menunjukkan salah satu lencana yang tampak tidak asing bagi Daiyan.

Sejenak Daiyan menatap lencana itu dengan pandangan bingung. Ia memang tidak asing dengan lencana hitam dengan ukiran naga di tengahnya. Lencana itu seperti milik salah satu orang terpenting di hidup Daiyan.

 Lencana itu seperti milik salah satu orang terpenting di hidup Daiyan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lencana?" beo Daiyan acuh tak acuh.

"Itu lencana milik Yuan. Salah satu musuh bebuyutan lo di bisnis," ucap lelaki berbadan kekar itu singkat.

Mendengar nama Yuan, seketika Daiyan mengingat salah satu pertemuannya. Si Buncit itu memang memiliki lencana yang sama persis seperti ini. Pantas saja ia tidak asing saat melihatnya. Ternyata lencana ini adalah jembatan dirinya dan Yuan dalam berbisnis kala itu.

"Dapat dari mana?" tanya Daiyan sambil memasukkan lencana naga hitam itu ke dalam saku jasnya.

"Salah satu anak ada yang lapor ke gue kalau Yuan membuat pergerakan. Saran gue lo harus hati-hati. Kali ini Yuan nggak akan tinggal diam. Sebisa mungkin lo nggak terakses oleh orang terdekat. Karena setahu gue, Yuan itu orang yang nekat. Dia nggak peduli apapun asalkan lo bisa kalah di genggamannya," papar lelaki berbadan kekar dengan suara yang sedikit mengecil.

My AnswerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang