6. MA || Karyawan Baru

8 4 0
                                    

Sebuah ruangan minimalis menyambut pemandangan Parveen. Terlihat cantik dan elegan disaat yang bersamaan. Ada beberapa arsitektur berukuran sedang dan kecil di lemari tingkat yang terletak di sisi ruangan. Bingkai-bingkai jendela menyambut pemandangan hijau pada taman kecil yang terletak tepat di samping ruangan Parveen, meskipun hanya dibatasi jendela dan kaca yang nampak sangat cantik.

Sementara itu, mejanya terletak di tengan-tengah ruangan yang membentuk huruf 'U'. Parveen sempat mengira bahwa ruangannya ini telah dikelola oleh penata ruangan yang sangat andal, sebab gaya furniture serta arsitekturnya terlihat sangat pas dan tidak perlu diubah-ubah kembali. Walaupun hanya menggeser sedikit sofa kecil yang ada di pojok ruangan.

Tanpa sadar Parveen terus berdecak kagum mengamati ruangan yang akan menjadi tempat dirinya bekerja. Tidak buruk, malah sangat memuaskan. Tidak pernah Parveen mendapat ruangan sangat cantik seperti ini.

"Ini akan menjadi ruangan kamu. Di sana ada kamar kecil yang bisa kamu gunain untuk singgah sementara. Walaupun saya tidak pernah menyarankan kamu untuk menginap di kantor. Karena setiap malam kantor ini akan ada satpam yang berpatroli. Saya takut kalau mereka menyangka kamu adalah maling. Jadi, saya sarankan untuk tidak menginap di kantor beberapa waktu. Paham?" papar Fairel tegas.

"Tidak masalah, Pak. Begini pun sudah sangat baik bagi saya," balas Parveen tersenyum senang. Matanya berbinar ceria sambil melangkah pelan, mendekati lemari tingkat dengan beberapa tanaman hidup yang menarik perhatiannya.

"Kalau begitu saya pergi dulu. Jangan lupa siang ini saya ada rapat dan kamu harus ikut dengan saya," titah Fairel tidak seperti meminta, melainkan seperti menekankan bahwa dirinya harus ikut, tidak boleh tidak.

"Saya tidak akan mengecewakan Bapak. Jadi, tenang saja," sahut Parveen sambil menaikkan satu alisnya dengan bibir yang terus tersungging senyuman ceria.

Fairel menggeleng pelan melihat betapa menggemaskannya perempuan ini. Kalau saja ia bukan sesosok lelaki yang menyebalkan di mata Parveen, mungkin dirinya akan bernasib baik menjadi seorang bos dari perempuan polos sekaligus menggemaskan ini.

Fairel melenggang pergi sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana bahan, lalu menutup pintu ruangan tersebut. Namun, sebelum itu dirinya sempat melihat kembali reaksi Parveen yang begitu berlebihan melihat ruangannya sendiri.

"Cewek aneh," gumam Fairel tersenyum geli sambil melenggang pergi.

Sepeninggalnya Fairel, Parveen kembali memastikan bahwa ruangan ini tidak ada siapapun selain dirinya. Semua ruangan di sana tampak kosong dan bersih, seperti tidak berpenghuni. Walaupun begitu, masih ada petugas kebersihan yang akan membersihkan ruangan ini dengan senang hati.

Lagi-lagi Parveen memuji keindahan ruangan yang akan menjadi miliknya. Entah mengapa dirinya sangat menyukai semua yang ada di ruangan itu, termasuk seperangkat komputer lengkap dengan printer. Semua nampak rapi dan terlihat jelas bahwa itu sangatlah mahal.

Perempuan mungil itu melepaskan ransel kecilnya di atas kursi beroda yang tidak terlalu besar, dan mulai menyibukkan diri dengan membongkar alat internet yang terhubung oleh wifi. Meskipun Parveen tahu bahwa teknisi di sini bukanlah sembarangan orang, tetapi ia juga perlu memastikan bahwa di ruangannya ini tidak ada kendala yang akan menyusahkan dirinya dan orang lain nanti.

 Meskipun Parveen tahu bahwa teknisi di sini bukanlah sembarangan orang, tetapi ia juga perlu memastikan bahwa di ruangannya ini tidak ada kendala yang akan menyusahkan dirinya dan orang lain nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My AnswerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang