Seorang transmigran asal Indonesia yang bernama Parveen Qasrina Tsabitah, harus dikejutkan oleh keuangannya yang cukup menipis untuk melanjutkan hidup di negeri orang. Bersama adiknya yang berusia lima tahun, Erina Zakiyah. Ia harus mati-matian menc...
Setelah mendapat surat tersebut perasaan Daiyan menjadi tidak tenang. Berkali-kali ia melangkah ke sana dan kemari hanya untuk meringankan perasaannya sendiri. Tetapi, rasa cemas dan takut itu seakan menempel bagaikan sebuah perekat yang tidak bisa hilang dari dirinya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Apalagi semenjak Valeeqa memutuskan untuk pergi dari ruangannya dan Covey kembali beraktivitas seperti biasa. Kedua wanita yang terpaut jauh itu seakan ingin memberi ruang untuk Daiyan berpikir apa yang akan dilakukannya nanti, maju atau tetap diam di tempat.
Sempat terlintas di benaknya mengingat bahwa Scarlett masih berada di sini membuat lelaki gagah itu langsung buru-buru keluar dari ruangan. Tak lupa ia menyambar jas yang tergeletak di atas meja. Baru saja Covey hendak mencegahnya, tetapi naas gerakannya kalah cepat dengan gerakan Daiyan yang sudah melesat hingga memasuki evalator.
Covey mendesis kesal melihat evalator yang dinaiki Daiyan mulai mengerjakan tugasnya. Wanita anggun itu bahkan menghentakkan kakinya kesal hingga menimbukkan suara nyaring dan kuat dalam bersamaan. High heels runcing itu beradu kuat dengan lantai keramik berwarna hitam di bawahnya.
Sementara di dalam evalator, Daiyan berkali-kali menghubungi Valeeqa. Tetapi, tak satu pun panggilan diangkat oleh sekretarisnya itu. pikiran Daiyan mulai tidak karuan saat menyadari bahwa Fairel sedang tidak ada di kantor.
"Nggak pernah gitu ya lo ada di kantor saat genting seperti ini?" gerutu Daiyan kesal.
Beberapa staff yang menyapa dirinya pun ia abaikan. Lelaki gagah itu tetap melangkah lurus tanpa menolehkan wajahnya barang seinchi pun. Bahkan Valeeqa yang sejak tadi dicari pun menatap Daiyan bingung. Lelaki gagah itu tidak menyadari keberadaan Valeeqa.
Namun, wanita itu segera tersadar dengan apa yang telah dilihatnya tadi. Itu adalah Daiyan. Pasti lelaki itu telah mencari dirinya hingga menyusul di kantor Fairel seperti ini.
Dengan berlari kecil, Valeeqa mulai menyusul Daiyan yang melangkah ke arah basement. Walaupun kesusahan mengejar Daiyan, Valeeqa tidak mudah putus asa. Bahkan ia mencopot high heels-nya agar memudahkannya berlari.
"Daiyan!" panggil Valeeqa dengan suara terengah-engah.
"Lo ngapan di sini? Tadi gue cariin di kantor nggak ada," ujar Daiyan sedikit kesal, lalu menuntun Valeeqa ke arah mobilnya.
Tangan mungil Valeeqa menjitak kepala Daiyan pelan, lalu menggeram marah. "Lo pasti lupa kalau hari ini gue pindah tugas menjadi sekretaris Fairel."
Seperti tersadar apa yang telah diucapkan oleh Valeeqa, Daiyan pun meringis malu. Bagaimana bisa ia lupa terhadap pekerjaan Valeeqa yang menjadi sekretaris dirinya dan Fairel. Padahal dirinya tidak pernah seceroboh ini sampai melupakan keberadaan Valeeqa yang selalu ada di kantor Fairel ketika waktu luang.
Tanpa sadar Daiyan mulai terhanyut dalam lamunannya sendiri. Ia merutuki kecerobohannya yang sampai melupakan bahwa Valeeqa memang bukanlah sekeretaris dirinya, melainkan milik Fairel pula.