15 - Sembahyang

1.4K 79 3
                                    

Jaemin berjalan mondar-mandir di kamarnya. Pria itu sudah rapi, tapi terlihat uring-uringan, terlihat begitu banyak pikiran.

Gimana ga banyak pikiran kalau tadi pagi dia baru saja ngelakuin hal aneh-aneh ke Yerim. Padahal baru kemarin malam diingatkan Renjun dan Jeno buat ga aneh-aneh.

Yang lebih aneh lagi, bagaimana bisa Jaemin tidak mampu membedakan mamanya dan Yerim. Kalau itu mamanya, pasti tidak menegang saat dipeluk anak sendiri, walaupun anaknya masih boner pagi-pagi. Orang ya diurus dari masih nangis-nangis.

Tapi kalau Yerim kan bukan mamanya. Pakai dia ngecium leher Yerim lagi, ide darimana coba itu.

Otak Jaemin semakin pusing memikirkannya. Selain dia malas diinterogasi saudaranya, dia juga bingung bagaimana harus berhadapan dengan Yerim nantinya.

"Woy! Udah jam tujuh, turun geh. Biar kita bisa berangkat. Ga usah lebay gitu, Kak Yerim-nya aja santai di meja makan sekarang. Ga usah sok malu-malu, aturan malah lo harus minta maaf ke dia. Untung dia jelasin ke gue. Kalau enggak, bisa salah paham," panggil Jeno yang tiba-tiba sudah di ambang pintu kamarnya.

Penjelasan? Penjelasan seperti apa yang Yerim berikan sampai Jeno terlihat santai saja? Ah ruwet sekali sih hidup Jaemin!

Namun ia terpaksa turun ketika Jeno menyeretnya sambil memiting leher Jaemin.

"Anjing sakit Jen!"

"Banyak bacot bener sih lo. Kelamaan lo mah, udah siap juga," ucap Jeno yang masih memiting Jaemin, bahkan sampai di meja makan.

Jeno kemudian duduk di samping Ryujin. Renjun sendiri sudah duduk di kursi ujung yang biasa diduduki papa mereka.

Mau tidak mau, Jaemin harus duduk di samping Yerim yang terlihat santai saja dengannya, kelewat santai malah.

"Oh Jaemin, udah selesai siap-siap? Sini duduk," panggil Yerim sembari menarik kursi untuk Jaemin.

Jaemin dengan ragu duduk di samping Yerim. Ia masih sedikit heran bagaimana bisa Yerim bersikap biasa saja setelah perlakuan tak termaafkannya tadi pagi.

"Nih kakak cuma bisa masak bacon, omellete, sama roti panggang. Kalau kamu suka, boleh kamu tambahin ini guacamolle. Dari avocado gitu, cobain aja," ucap Yerim meletak makanan-makanan tersebut di atas piring Jaemin.

Jaemin yang masih merasa bersalah pun menempel sedikit ke arah Yerim dan berbisik pelan.

"Kak, soal tadi pagi....," bisik Jaemin yang langsung saja dipotong oleh Yerim.

"Jangan dibahas sekarang. Nanti aja bisa kamu jelasin ke kakak, sekarang makan. Kita mau ke pura kan?" Bisik Yerim kembali.

Bukannya tidak mau dibahas, tapi menurut Yerim hal ini lebih baik mereka bicarakan berdua saja. Sudah cukup ia mengarang cerita ke Jeno. Jangan sampai Renjun dengar soal ini, Yerim hapal betul gelagat anak sulung, pasti akan menjadi cerewet. Sama seperti dirinya yang cerewet kalau sesuatu terjadi pada Haechan. Bisa-bisa habis Jaemin diceramahi.

Jaemin pun memilih fokus dengan makanannya, mengikuti tempo makan saudara-saudaranya yang akan selesai.

"Jen, lo jadi jemput Siyeon dulu?" Tanya Renjun setelah meneguk gelas berisi susu.

"Jadi, gue mau sembahyang bareng dia. Jadi jemput dulu deh ke perumahan sebelah," ucap Jeno sambil meminum jus jeruk kemasan yang ia ambil dari kulkas.

"Jaemin? Bareng gue sama Ryujin ga?" Tanya Renjun kemudian.

Jaemin hendak menjawab, namun Yerim sudah terlebih dahulu menjawab.

"Enggak Renjun, Jaemin sama gue. Ada urusan setelah dari pura, jadi pisah aja," ucap Yerim santai.

Jaemin makin bingung, Jeno diam saja, dan Renjun yang menyergitkan alisnya.

reply 2019 | yeri x norenmin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang