7 [ Kencan di Sore Hari ]

29 5 0
                                    

"Yang nama nya Cinta itu harus saling membahagiakan, jika belum bahagia belum pantas di sebut Cinta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yang nama nya Cinta itu harus saling membahagiakan, jika belum bahagia belum pantas di sebut Cinta.
Benar begitu ?"



- Carellio -

Menikmati surya yang kian perlahan mulai menghilang. Dua sejoli sedang merasakan hangat nya desiran angin sore di keramaian kota.

Melaju dengan kecepatan motor rata-rata. Tangan gadis itu kinisedang melingkar di pinggang Carell. Carell tersenyum manis, saat melihat dari arah spion, wajah masam gadis nya yang meletakkan dagu di bahu Carell. Diri nya merasa bahagia ketika Jovanka selalu berada di samping nya. Namun melihat wajah kecut Jovanka, Carell menjadi khawatir.

"Ga seneng ya ?" teriak Carell tidak terlalu kencang.

Jovanka menghembuskan nafas nya kasar.
Sesaat kemudian senyum nya terukir. Namun, bisa di bilang dengan cara terpaksa. Jovanka memang sedang tidak baik-baik saja saat ini.

"Seneng kok. Nih senyum."

Carell melirik ke arah kaca spion. Lelaki itu terkekeh karena kelakuan pacar nya yang pintar membuat nya semakin gemas.

"Kita mau kemana ?" tanya Jovanka kembali menautkan lagi dagu nya di pundak Carell.

"Ke pelaminan."

Plak.

Pukulan kecil di pundak itu malah semakin membuat Carell terpingkal.

"Ih ko di pukul ?"

"Lo ngeselin."

"Tapi sayang kan ?

Plak.

Pertanyaan Carell di jawab dengan pukulan dari Jovanka yang mendarat di pundak lagi.

"Lo nabok, gue cium nih."

Plak.

~

Semua kekesalan, emosi, amarah, dan kesedihan memang seharusnya di luap kan. Entah dengan meluapkan nya pada seseorang atau langsung pada semesta.

Memendam hanya akan menambah rasa sakit di dada. Memang sudah takdir nya, bahwa setiap keluh kesah memang tak seharusnya di pendam sendirian.
Mari utarakan.

"Lagi ada yang di pikirin ya ?" Carell menatap lekat kekasih nya.

Kedua insan itu kini sedang berdiri di atas jembatan. Menatap air sungai jernih yang mengalir deras. Bersamaan dengan angin sore yang berdesir. Di tambah langit pun sedang bersedih. Membuat Jovanka mengusap-usap kan kedua telapak tangan nya. Dingin.

Hanya senyuman yang terukir dari bibir gadis itu, sebagai tanda jawaban dari pertanyaan kekasih nya. Ia bukan tipe orang yang bisa memperlihatkan kesedihan atau pun masalah nya kepada siapa pun.
Ia terlalu tertutup.

AnKa: First ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang