2 [ Familiar ]

89 12 7
                                    

"Hidup dengan berbagai keterpurukan ? Apa kah itu masih pantas untuk di sebut Hidup ? "

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hidup dengan berbagai keterpurukan ? Apa kah itu masih pantas untuk di sebut Hidup ? "

- Carellio -



Desiran angin malam, membuat bulu kuduk meremang. Mengusap kedua telapak tangan, berupaya menghangatkan diri. Suasana kota yang sudah tidak terlalu ramai, di lihat nya jam tangan berwarna hitam di tangan kiri nya, waktu sudah menunjukkan pukul 23:58. Jovanka bersyukur karena tak ada orang iseng yang menggangu diri nya.

Gadis itu terus berjalan dengan gontai tak ada semangat menuju rumah nya, yang mungkin masih di bilang sangat jauh. Tak ada keinginan untuk memberhentikan taksi, ataupun memesan ojek online. Fikiran nya di penuhi oleh Carell saat ini. Ya, ia khawatir pada kekasih nya yang baru saja di putusi.

Air mata nya kembali berlinang. Kejadian beberapa menit lalu masih berputar-putar di fikiran nya. Ia bimbang saat ini. Merasa sangat bersalah kepada Carell. Merutuki semua ucapan nya tadi.

Gue bodoh ! Harus nya di saat Carell lagi kaya gini gue ada di sampingnya. Bukan malah pergi. Lo bego Jovanka !

Sekuat tenaga Jovanka berlari. Berubah fikiran 180°. Kembali ke tempat di mana ia meluapkan emosi nya pada Carell. Sesekali mengusap gusar air mata nya sambil terus berlari. Berharap tak terjadi apa-apa pada Carell.

Sudah terlalu se-sayang ini diri nya pada Carell. Rasa nya tak bisa untuk jauh dari lelaki itu. Walaupun seringkali Carell membuat kesalahan fatal yang Jovanka tidak sukai. Namun stok maaf masih banyak di miliki gadis itu.

~

"Tuhan ! Tolong ambil nyawa gue sekarang. Gue mohon !"

Pandangan lelaki itu mulai memudar. Tubuh nya terasa berat sekali. Ia masih terduduk di tengah jalan raya yang saat ini sedang sepi. Entah sudah berapa pukulan di kepala nya yang ia pukul sendiri menggunakan tangan. Bahkan rasa sakit itu tidak sebanding dengan rasa sakit karena orang yang di cintai meninggalkan nya. Carell berfikir, tak ada lagi kesempatan untuk diri nya.

"Gue ga kuat hidup. Ga ada lagi yang peduli sama gue. Dan akan lebih baik lagi kalo gue nyusul Mama sama Papa. GUE MAU MATI !"

Terlihat jelas dari arah barat, sebuah mobil sport hitam melaju dengan sangat cepat. Carell seketika di buat tuli dengan suara mobil yang semakin mendekat. Tak ada keinginan dari nya untuk melarikan diri. Carell masih setia dengan duduk nya.

Dari arah timur, Jovanka sangat kehabisan nafas nya karena telah berlari dengan cepat. Mencoba untuk mengatur nafas nya yang tidak beratur. Langkah nya terhenti saat mendapati Carell yang tengah pasrah. Dugaan nya tepat, seorang Carell akan nekat jika ia sudah dalam keadaan terpuruk. Ini yang Jovanka benci.

Ia tak pernah mementingkan diri nya sendiri. Ia terlalu larut dalam masalah nya. Tak sering ia merasakan kebahagiaan.

Carell yang malang.

AnKa: First ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang