Para vampire, iblis, dan para suku asli sedang bersiap di tempatnya masing-masing. Davent memimpin di depan, Eren bertugas menjaga pimpinan, sedangkan Chris mengawasi dari atas.
Jangan lupakan Dinda, Vira, Lisa, Airin, dan Selena yang berada di tengah.
Astair menatap tajam Dio dan kawan-kawannya yang menyeringai di barisan pertama para kaum Vampire. Ingatkan Astair untuk menonjok muka menyebalkan itu jika Dio masih hidup.
"SERANG!!"
Perang pun dimulai.
Darah yang saling berlomba-lomba mengenai zirah para kaum yang juga sedang berlomba-lomba menusukkan senjatanya ke arah lawan. Mereka tampak seperti manusia gila yang saling membunuh.
Dan Vira membenci ini semua.
"Bangchat, gue gasuka ih!" Amuknya sambil memainkan pedang.
"ASEM! BAU TERASI ANJER!" Teriak Vira ketika salah satu iblis mengangkat tombaknya untuk menusuk Dinda yang berada di sampingnya. Niatnya untuk memberi tahu dinda pupus ketika hidungnya lebih butuh untuk diselamatkan.
"Din awas! hoekkk!" Vira berjalan sempoyongan. Efek ketek iblis sedahsyat ini.
Zlash
Dinda berpindah tempat, dan dengan bodohnya ia justru berada di kerumunan para vampire.
"Kok disini sih? Alah bodoamat. Mati dah gue." Dinda hopeless.
"Mati kau!!" Seorang vampire wanita menerjang Dinda, tetapi Dinda dengan mudahnya berpindah tempat.
Sekarang justru berada di samping Dio.
Sumpah, gblk.
"Hai Dinda, lama tak jumpa~" Sapa Dio sambil mengedipkan mata.
"Ewh najis ngewink. Nih rasain!" Dinda menonjok jakun Dio dengan keras. Dio tampak terkejut dan langsung jatuh terduduk.
"Babay Dio zeyenk."
Zlash
Lisa menyetrum satu persatu Iblis yang berusaha mencabik-cabiknya, Bau daging bakar menyeruak hidungnya.
"Aduh, jadi laper."
Sudah menjelang pagi, Perang juga sudah mulai reda.
Hanya tersisa sekitar 5% Iblis, 3% Vampire, dan 10% Suku asli.
Tentu saja Chris juga turut andil dalam perang ini. Ia meluncurkan puluhan gas beracun ke tempat Para musuh bergerombol.
"Mati kau!" Dio dan astair saling baku hantam untuk membalaskan dendam masing-masing.
"Anjunais. Capek woe udah udah! mau boker!" Itu Davent.
Para musuh sebagian sudah menyerah dan berjanji untuk tidak mengganggu lagi. Hanya tersisa Dio, Aiden, Edward, dan salah satu yang bertubuh paling pendek.
"Sebelum Astair mati, perang ini belum selesai!" Teriak Dio.
"Mau sampai kapan sih?" Eren berkata lantang.
"Mau sampai kapan? Kalian itu saudara!"
"Kalian berdua goblok tau."
"Udahlah! Capek gue!" Eren melempar senjatanya. Diikuti yang lainnya. Dio yang melihat itu pun juga mulai berpikir.
Dia adikku. Dia adikku. Dia adikku.
"Maaf." Lirih Astair.
"Maaf atas semuanya. Tolong berhenti."
"TOLONG BERHENTI BERSIKAP EGOIS! AYAH JUGA BUTUH SAYA! BUKAN ANDA SAJA!" Astair mengepalkan tangannya kuat.
"ANDA GAK TAU KAN, SEBERAPA BESAR RINDU SAYA DENGAN KELUARGA SAYA YANG DULU! SEBELUM IBU KAMU DATANG DAN MENGAMBIL SEMUANYA!" Astair menangis.
Dio memeluk Astair. Ia sadar, ia bersalah.
Semua menangis haru, tanpa menyadari jika tangan seseorang sudah memegang belati yang telah ia siapkan sejak dulu.
Dia adikku, tetapi aku tidak membutuhkannya.
"ASTAR TAR AWAS!"
Zlash
Dengan cepat Dinda menukar posisinya dengan posisi Astair. Semuanya terkejut ketika melihat darah keluar dari punggungnya.
"Din-dinda?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[1]WAR OF TIME : PERJALANAN DUNIA PARALEL
FantasyBagaimana jika kalian masuk ke dalam dunia pararel dan terjebak dalam perang dengan Vampire dan Iblis? Semua hal yang tidak mungkin akan menjadi mungkin ketika kalian bermimpi. @dindacmh @alyshialisa @anjaynyolong