13. Sakit

14K 595 2
                                    

......

Rasyal sedang menjalani hukuman dari pak Hanu, yaitu lari keliling lapangan sampai bel pulang berbunyi. Keringat bercucuran di dahinya namun itu tidak menggoyahkannya agar dia berhenti berlari. Karena sekali dia berhenti maka hukumannya akan bertambah. Dia tahu bahwa Pak Hanu memperhatikan gerak geriknya dari jauh dan tidak lengah sedikitpun.

Rasyal sudah menyelesaikan sebanyak 20 putaran, namun bel sekolah tak kunjung berbunyi walaupun waktu sudah menunjukan jam pulang. "Damn it! Pak Hanu kayaknya sengaja deh ngerjain gue" gumamnya.

Kriinggg kriinggg...

Suara yang Rasyal tunggu-tunggu akhirnya muncul. Nafas Rasyal terengah-engah dan dia duduk di kursi yang tersedia di pinggir lapangan. Dia sangat lelah, karena dia menjalani hukuman lari di cuaca yang sangat panas dan menyengat.

Sebenarnya seorang gadis pada umumnya tidak akan kuat bilanberlari sampai 5 putaran di panas yang menyengat seperti itu, tetapi Rasyal tetaplah Rasyal. Para siswa yang ingin pulang ke rumahnya masing-masing berlalu lalang di hadapannya, Wajahnya memerah karena terbakar panas terik mentari. Tiba-tiba ada yang menyodorkan sebotol air putih kepada Rasyal.

Rasyal mendongkak dan mengangkat alisnya, orang itu adalah Darel. "Buat lo" ucapnya.

Rasyal menerima air itu dan langsung meneguknya hingga tersisa setengah botol saja. Keringat masih bercucuran di wajah gadis itu dan itu menambah kesan cool dan gagah dari seorang Rasyal. Darel hanya bisa meneliti wajah Rasyal dengan lekat. 'cantik' batinnya.

Namun Darrel menemukan sebuah kejanggalan. Dimana wajah Rasyal terlihat memucat dan bibirnya lebih putih dari biasanya.

"Lo sakit"

Rasyal tidak menoleh dan hanya menggeleng "Nggak, btw thanks air nya."

Rasyal mendongkak ketika melihat Keysa yang berlari kearahnya sembari membawa tas miliknya dan juga milik Rasyal. "Syal, lo gak papa kan?"

Rasyal mengangguk dan mengambil tas nya "Nggak papa, thanks ya... Lo pulang duluan aja"

Keysa mengangkat alisnya "Gak mau bareng?"

"gue masih capek"

"Yaudah, gue duluan Syal, Rel". Keysa pun melambaikan tangannya dan pergi. Rasyal melirik kearah Darel "Lo gak pulang?"

"Dan lo?"

Rasyal menyandarkan tubuhnya ke punggung kursi "Gue masih pengen santai, lo pulang gih... Ganggu pemandangan"

Darel mendelik tajam, baru kali ini ada seorang gadis yang mengusirnya
"Lo ngusir gue".

Rasyal tersenyum "iya".

Darel memutar bola matanya jengah dan pergi "Gue duluan". Rasyal terkekeh dan menatap kepergian Darrel "Gitu aja ngambek". Dia pun mengeluarkan handphone nya kemudian menelpon seseorang.

'Hallo kak, ada apa??'.

"Vil, lo dimana?"

'Gue masih di sekolah, rapat osis baru kelar jadi gue baru mau pulang'

"Kebetulan banget, sekalian jemput gue ya".

'Tumben banget lo mau dijemput, biasanya juga jalan kaki'.

"Gak usah banyak bacot, gue capek".

'Yaudah lo tunggu disana'.

Tut

Rasyal menghela nafas. Beberapa menit kemudian dia pun berjalan kearah parkiran dan melihat adiknya yang sudah bertengger di motor sport kesayangannya. Seperti biasa, Revil mengenakan jas kebesarannya yaitu jas OSIS SMP cikal purnama yang berwarna Navy.

Revil mengerutkan alisnya ketika melihat wajah kakaknya yang nampak berbeda dari biasanya. Kini rasyal lebih pucat dan nampak seperti orang sakit. "Kak? Lo gak papa?"

Rasyal menggeleng dan langsung menaiki motor adiknya. Dia pun menyandarkan wajahnya dipunggung Revil kemudian menutup matanya. Hal yang membuat Revil mengernyitkan bingung. Dia pun memegang tangan kakaknya dan tersentak ketika merasakan tangan Rasyal yang dingin.

Revil menarik tangan rasyal agar melingkar di pinggangnya "Lo kayaknya capek banget deh... Kalau mau tidur, pegangan biar gak jatoh"

Rasyal hanya mengangguk, mereka pun melesat dengan kecepatan standar menuju rumah mereka. Setelah sampai di rumah. Rasyal berjalan gontai menuju kamarnya kemudian langsung membersihkan diri dan tidur.

Revil menuruni tangga dan menuju ke meja makan. Disana sudah ada Bi Tantri yang merupakan asisten rumah tangga Keluarga Astraya. Mamanya yaitu rani sedang ke rumah Kakek Revil, karena beliau sedang sakit parah oleh karena itu Rani akan pulang 2 hari lagi.

"Den Revil? Nona Rasyal nya?"

Revil mengangkat alisnya "Dia masih di kamarnya?".

"Sedari tadi baru Den Revil yang turun dari tangga.." ucap Tantri.

Revil sempat terdiam kemudian dia membalikan badannya untuk menuju kamar rasyal. Dia membuka pintu kamar kakaknya lalu melihat Rasyal yang masih terbaring dan tertutupi oleh selimut tebal sampai dadanya.

Revil mengernyitkan alisnya heran, tidak seperti biasanya Rasyal tidur dengan mengenakan selimut setebal ini. Revil memperhatikan wajah Rasyal yang terlihat sangat pucat dengan nafas yang sedikit terengah-engah.

"Uhhuk-uhuk..."

Revil menyentuh dahi Rasyal dengan tangannya, dia terkejut dan langsung melepaskan tangannya itu. "Panas banget, Kak... Lo sakit"

Rasyal membuka matanya, dia merasa sangat pusing dan kepalanya berdenyut hebat. "Pusing banget si..."

Revil mulai khawatir. Dia berlari kearah dapur dan membawa baskom kecil berisi air dan kain polos. Setelagnya dia kembali kekamar Rasyal. Revil memasukan kain itu ke baskom kemudian memerasnya, lalu dia mengompres Rasyal agar menurunkan suhu tubuh sang kakak.

"Haduh... Kak, kok lo bisa sakit juga sih?"

Rasyal melirik kearah Revil dengan malas melalui sudut matanya "Gue sakit, dan lo masih sempet-sempetnya aja ngatain gue"

Revil hanya terkekeh. Malas mendengar ocehan adiknya, Rasyal pun memejamkan matanya dan tertidur pulas. Revil tersenyum. Setelah beberapa jam dikompres, suhu tubuh Rasyal pun agak turun.

Revil menghela nafas panjang, hari ini dia cukup lelah. Pekerjaanya sangat menumpuk, mulai dari pekerjaan sekolah, tugas organisasi, dan mengurus kakaknya. Namun Revil tidak mau mengeluh tentang hal itu, karena dari dulu kakaknya lah yang selalu melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan Revil saat ini.

Revil menggenggam tangan Rasyal, lalu menciumnya.

"Cepet sembuh... Kak Rasyal idiot...."

......

Rasyal [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang