"Papa membunuh orang ?"
"Diam ! Anak kecil tak perlu tahu!"
"Sayang pelan-pelan nyetirnya"
Brak
"Feliiiiix!! Bangun!!!"
"Papa !!! Papa !! Papa mau pergi ke mana?"
"Jangan berisik!!!!"
"Ma, Minho takut."
"Huh.."
Minho bangun dari tidurnya dengan keringat di sekujur tubuh.
Kilasan masa lalu terputar kembali, pasti setelah hujan turun mimpi itu kembali datang dan terus datang. Membuat Minho dibayangi masa lalu yang menyakitkan.
"Mimpi buruk lagi, kak?" Tanya Jisung dengan suara seraknya. Jisung terbangun karena Minho.
"Mimpi tentang masa laluku lagi," Minho menjawab dengan menunduk, mencoba menenangkan dirinya sendiri.
Jisung memeluk lelaki di sampingnya itu lembut, "Ayo tidur lagi ya kak."
Minho tiduran di paha Jisung dengan keadaan meringkuk kemudian mulai memejamkan matanya. Jisung setia terus membelai Minho lembut supaya lelaki itu tertidur kembali.
Tak butuh waktu lama, Minho sudah tidur kembali.
"Kamu sudah bekerja keras, kak."
Dan sampai pagi Jisung tak berniat untuk mengubah posisi mereka.
Pagi hari yang cerah di kediaman keluarga Han.
"Hari ini peringatan kematian Felix, kakak tidak ingat ?" Jisung bertanya saat Minho baru saja keluar dari kamar tidur mereka.
"Ah, benar. Ya ampun aku tidak ingat. Jadi ini alasanmu mengosongkan jadwalku dan membuatku libur?"
Jisung mengangguk, "Selain itu kan ini memang waktunya kakak libur."
"Ayo ! kalian kenapa masih berdiri di sana ?" Obrolan mereka dipotong oleh sang ayah yang sudah berseragam rapi.
"Kak Minho biar siap-siap dulu," jawab Jisung.
Minho pun kembali ke kamar untuk mandi dan bersiap.
Setelah peringatan tadi pagi, ayah langsung menuju lapas untuk bekerja sedangkan Minho dan Jisung menuju makam Felix.
"Hai adiknya kakak apa kabar ?" Minho berucap sambil tersenyum. Kesedihan selalu datang kala Minho mengingat sang adik.
"Kakak di sini baik-baik saja berkat Felix. Maaf selama lima tahun ini kakak belum bisa berkunjung, pasti adik rindu berat kan dengan kakak ?"
"Jisung masih terus menjadi pelindung kakak Fel, jadi Felix tak perlu khawatir," Minho berujar sambil menatap Jisung dengan tersenyum, yang ditatap pun juga tersenyum manis.
"Masa tahanan mama juga hampir berakhir, mama pasti juga tidak sabar untuk bertemu denganmu."
"Jisung ada yang mau dikatakan juga ?"
Jisung mengangguk.
"Halo Felix, Jisung datang lagi. Jangan bosen ya-"
"Loh?" Minho kebingungan. Datang lagi ? Mereka terakhir berkunjung itu 5 tahun lalu.
"Ngomong-ngomong, kak Minho tidak tahu kalau setiap tahun aku selalu datang ke sini, Fel."
Minho kaget mendengar pernyataan Jisung. Tapi dia tak mau memotong pembicaraan antara Jisung dan adiknya.
"Kak Minho jadi orang yang hebat, jadi Felix tak perlu khawatir. Dia sekarang artis terkenal loh."
"Sudah ya Fel, kali lain kita ngobrol lagi tanpa kak Minho. Kami pamit dulu."
Setelah ucapan final Jisung, dia menggandeng tangan Minho untuk pergi.
"Ayo lari kak, siapa yang duluan sampai mobil mentraktir makan," titah Jisung disela mereka lari.
Minho hanya bisa menurut dengan berjuta pertanyaan terbesit di kepalanya sekarang.
"Aku tahu kakak punya banyak pertanyaan untukku," ucap Jisung saat mereka sudah berada di dalam mobil.
"Iya, teramat sangat banyak," jawab Minho spontan.
Jisung hanya tersenyum dan menyalakan mesin mobil. Selain takut hujan, Minho juga takut menyetir mobil jadi selalu Jisung yang menyetir mobil saat mereka bersama.
"Kak, sebaiknya kita ke restoran pak Seo dulu sebelum pulang, tempat itu paling enak untuk mengobrol santai," saran Minho.
"Siap tuan Lee. Meluncur!!!!"
Di sini kayaknya bisa dilihat Jisung-Minho itu adik-kakak yang gimana wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Sentripetal/Sentrifugal, kamu | minsung✓
Fanfiction"Ketika dihadapkan pada pilihan mendekati atau menjauhi pusat, aku bimbang. Yang harus kamu tahu, bahwa kamu adalah pusatku. Terima kasih telah selalu berada di sampingku apapun keadaanku." Dari Lee Minho untuk sang adik, Han Jisung. ㅡ Cover edit on...