"Ketika dihadapkan pada pilihan mendekati atau menjauhi pusat, aku bimbang. Yang harus kamu tahu, bahwa kamu adalah pusatku. Terima kasih telah selalu berada di sampingku apapun keadaanku." Dari Lee Minho untuk sang adik, Han Jisung.
ㅡ Cover edit on...
Setelah kedatangan Minho, ayahnya tak tidur lagi dan sekarang fajar sudah mulai terlihat.
"Ayah gak mau libur dulu untuk hari ini?" Tanya Minho saat sang ayah mulai beranjak dari dekapannya. Yah, tadi Minho bermanja-manja ria dengan sang ayah setelah sekian lama tidak melakukannya.
"Kamu kira liburan ayah bisa seenaknya jidatmu itu," tungkas sang ayah.
Minho menampakkan cengirannya dan ikut bangkit.
"Biar Minho siapin sarapan."
Ayahnya berhenti berjalan mendengar ucapan Minho lalu menengok ke arah Minho heran.
"Kamu sudah bisa masak?" Tanya ayahnya dengan alis yang hampir bertautan karena keheranan.
"Cuma buat roti bakar sih bisa yah," jawab Minho dan tak lupa cengiran khasnya ada setelah jawabannya.
Ayahnya kembali berjalan ke arah Minho dan mengacak rambut Minho lembut, "Bisa aja sih kamu," ucap ayah setelah berhasil membuat rambut Minho mirip setan.
"Ya udah ayah mandi dan kamu siapin roti bakar."
"Siap captain!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mereka sekarang berada di ruang makan dengan dua helai roti bakar isi selai nanas berada di depan mereka.
"Jisung kapan mau nyusul, ho?" Tanya ayah memecah keheningan.
"Nanti siang mungkin sampai di Busan," jawab Minho.
Mereka kemudian asyik dengan makanannya. Keluarga ini mengajarkan untuk makan secara diam, baru setelah makan boleh berbicara.
"Tidak mau jenguk mamamu?" Tanya ayah setelah selesai menghabiskan roti bakar buatan anaknya itu.
Minho tidak langsung menjawab. Dia menghabiskan roti bakar yang ada di mulutnya terlebih dahulu dibarengi dengan memikirkan jawabannya.
"Boleh, aku juga sudah kangen mama," jawab Minho akhirnya.
Sang ayah mengangguk, "Oke, ke sana bareng ayah saja, kamu sekarang siap-siap."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Minho sampai di tempat yang ingin dia kunjungi. Ayahnya sudah masuk ke dalam untuk memanggil mamanya yang ingin dia temui tadi.
"Minho, waktumu setengah jam ya," ucap ayahnya yang sudah membawa seorang wanita yang mendekati usia tidak muda lagi di sampingnya.
"Makasih pak Han," wanita itu berucap dan duduk di kursi yang sudah disediakan.
Minho di depannya menatap wanita itu dengan tatapan rindu. Batas kaca antara mereka tidak meyurutkan kasih sayang yang terpancar dari mereka berdua.
Wanita itu mengenggam tangan Minho.
"Sayang, gimana kabarmu?" Tanya wanita itu lemah lembut.
"Ba..ik ma. Mama sendiri bagaimana?" Sekuat tenaga Minho menjawab pertanyaan tadi.
Iya. Wanita itu adalah mama Minho.
Dan mereka pun mulai berbicara akan banyak hal.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Katalk!
Minho membuka telepon genggamnya dan mengecek notifikasi yang baru saja berbunyi.
Jisungie Di mana kak?
Kantor ayah Ji
Aku sudah sampai bandara kak Aku langsung ke situ ya
Di bandara saja dulu Ju, tunggu hujan reda
Tidak, sudah kangen kalian~
Di luar hujan, ketakutan menyapa Minho. Adiknya sedang menuju ke sini, dia takut terjadi sesuatu dengan adiknya ketika dalam perjalanan.
"Tak apa sayang, Jisung pasti baik-baik saja. Lagian kan dia bawa mobil," sang ayah tiba-tiba datang dan menepuk bahu Minho kemudian mengelusnya, tahu bahwa ketakutan anaknya dengan hujan masih ada.
"Justru itu yah."
Minho menggigiti kuku jarinya sering, dia gusar. Sang ayah tak berhenti menenangkan Minho.
Sejam berlalu. Akhirnya pintu kantor polisi itu terbuka, menampakkan seorang Han Jisung dengan payung kuning di tangannya.
Grep
"Sudah kusuruh nunggu sampai hujan reda Ji!" Ucapan Minho setelah berhasil merengkuh tubuh mungil adiknya ini.
Jisung tersenyum dan mengelus rambut Minho pelan.
"Iya iya maafin Jisung deh," balas Jisung.
Sang ayah yang melihat semua itu dari jauh hanya bisa tersenyum.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.