Selamat membaca,
Malam hari tadi Minho ㅡtentu saja tanpa sepengetahuan Jisung langsung berangkat ke bandara. Dia sudah muak dengan agensinya itu jadi setelah memastikan Jisung tidur dengan pulas dan izin kepada Ayah Han, dia berangkat menggunakan bus umum untuk pergi ke Bandara.
Minho yang memang pada dasarnya tidak melihat jadwal penerbangan terlebih dahulu itu pun harus menunggu sampai ada jadwal penerbangan ke Seoul. Minho menunggu sangat lama di bandara karena penerbangan selanjutnya sekitar pukul 5 pagi.
Saat ini dia sudah berada di depan gedung agensinya, Center Star entertainment.
Brak!!
Minho membuka pintu ruangan presdir agensinya dengan kasar.
"Kita kan sudah sepakat kalau hanya Jisung yang akan jadi manajerku. Kenapa kau menyuruhnya berhenti??" Minho meluapkan langsung emosinya tanpa jeda. Dia berbicara dengan sebutan kau bukan Anda pada presiden direktur agensinya itu.
CEO bernama Bang Chan itu memperlihatkan smirknya.
Sang CEO berdiri dari duduknya dan menghampiri Minho kemudian menepuk pundak Minho dan berucap, "Di sini sepertinya ada salah paham, aku tak pernah menyuruh Jisung untuk berhenti menjadi manajermu, wahai Lee Minho."
Minho mengernyit.
Lantas ? Dalam hati Minho bertanya.
"Sebaiknya kau simak dulu benar-benar informasi dari Jisung sebelum kemari. Aku tak pernah menyuruh Jisung untuk berhenti."
"Lalu ?" Minho bertanya singkat, meminta penjelasan lebih.
CEO Bang mengedikkan bahunya, dia berjalan menuju jendela di ruangannya itu kemudian memandang langit yang sedikit mendung padahal hari masih pagi.
"Kau sebaiknya hati-hati mulai sekarang, aku tak memarahimu karena kau solois emasku. Tapi entah untuk ke depannya jika kau mengulangi kejadian yang sama." CEO Bang berucap tegas, sosok itu sudah kembali duduk di kursi singgasananya.
"Aku tak tahu apa hubungan kalian sampai terendus para wartawan itu tapi menjaulah dari Jisung. Setidaknya jaga jarak. Kalian terlalu dekat untuk dibilang hanya manajer dan artisnya."
Mendengar ungkapan CEO Bang, Minho berucap dalam hati, "Siapa dirinya berani-beraninya menyuruhku menjaga jarak dari Jisung."
Minho mengeram. Tangan di samping celananya terkepal kuat.
Lain di kantor center star entertainment, lain lagi di kediaman keluarga Han.
Di sana terjadi perdebatan sengit antara Ayah Han dan Jisung.
"Yah, kenapa bisa kak Minho pergi tanpa sepengetahuanku?!!"
Ayah Han masih melanjutkan acara merapikan seragam polisinya ㅡyang sebenarnya sudah rapi.
"Dia artis yah, Ayah harus tahu dia tak boleh sendiri!"
Ayah Han sudah tak fokus pada seragamnya, beliau kini fokus dengan rambutnya yang sudah mulai memutih itu, menyisir pelan-pelan dan masih tak mengubris semua ucapan Jisung.
"AYAH!!!"
Ayah Han menjatuhkan sisir karena terkejut dengan bentakan Jisung tadi. Lalu, beliau memandang Jisung pasrah.
Sedetik kemudian, Jisung sadar. Dia mengacak rambutnya frustasi, dia tatap kembali sang ayah yang telah dia bentak.
Jisung seharusnya tak membentak ayahnya tadi. Sekarang rasa bersalahnya yang mendominasi di kamar Ayah Han itu.
"Kalau capek istirahat Jisung ah, jangan memaksakan seperti ini. Hasilnya tak akan baik. Minho sudah dewasa, dia tahu apa yang harus dia lakukan dan tidak dia lakukan. Kamu harus percaya padanya." Ayah Han berucap setelah keheningan menyapa mereka beberapa detik yang lalu.
Ayah Han memeluk tubuh Jisung.
"Aku tahu kamu begitu menyayangi Minho dan tak mau anak itu terluka. Tapi, kamu juga harus mencoba percaya padanya mulai sekarang, Jisung ah."
Dalam diam Jisung mengiyakan. Jisung memang terlalu tidak percaya pada Minho. Dia masih menganggap Minho adalah kakak yang perlu dia lindungi.
Ayah Han melepas pelukannya pada putra kesayangannya itu kemudian berujar, "Sudah ya, kamu tunggu Minho di rumah saja. Hari ini kamu istirahat."
"Ayah berangkat. Hati-hati di rumah ya" lanjut Ayah Han kemudian keluar dari kamarnya, meninggalkan Jisung mematung sendirian bergelut dengan pikirannya sendiri.
Malam ini berganti Jisung yang menunggu Minho pulang.
Setelah mendapat nasihat dari ayahnya tadi pagi, Jisung memutuskan untuk tidak pergi ke Seoul dan memilih istirahat.
Jisung mondar mandir ke sana ke mari di ruang tamu karena pasalnya sekarang hujan sedang turun lebat sekali, rasanya Jisung ingin memaki musim penghujan yang tak tahu waktu dan tempat, setiap hari di Busan rasanya selalu hujan.
Tangan Jisung tak berhenti menekan tombol berikon telepon warna hijau di nomor Minho.
Ayah Han juga baru saja menghubungi Jisung bahwa beliau akan lembur jadi mungkin Ayah Han akan tidur di kantor.
Jisung menggigiti kuku jarinya, satu di antara kebiasaan yang sama dengan Minho ketika sedang gusar, panik dan bingung.
Pikiran Jisung hanya ada Minho, Minho, dan Minho.
"Jisung !!!!!" Fokus Jisung teralihkan ke depan pintu saat mendengar suara Minho memanggil namanya. Dia mendapati Minho yang basah kuyup sedang berlari ke arahnya kemudian menubrukkan badannya yang basah itu pada badan Jisung.
"Kak-"
Minho memeluk Jisung erat, seperti tak mau lepas barang sedetik. Tak menghiraukan badannya yang basah dan mengenai tubuh Jisung.
Dan Jisung hanya bisa menenangkan Minho dengan menepuk-nepuk punggungnya pelan tapi berulang.
"Jangan berhenti, apapun alasannya." Gumam Minho disela pelukannya.
Terima kasih untuk bonus-bonus berupa vomment kalian di chap-chap sebelumnya ♡ thank you very very khamsaaaa~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Sentripetal/Sentrifugal, kamu | minsung✓
Fanfic"Ketika dihadapkan pada pilihan mendekati atau menjauhi pusat, aku bimbang. Yang harus kamu tahu, bahwa kamu adalah pusatku. Terima kasih telah selalu berada di sampingku apapun keadaanku." Dari Lee Minho untuk sang adik, Han Jisung. ㅡ Cover edit on...