11. Sarah, Ibu, dan Pikiranku

5 1 0
                                    

Sepulang dari kampus aku dan Sarah, bertemu sebentar di taman kampus, mungkin dia ingin menanyai sesuatu yang terjadi di Kantor tadi.

"Tadi kamu tidak mendapatkan masalah kan di kantor tadi?" tanya Satah.

"Tenang saja, aku tidak bersalah, aku hanya memlawan bukan mencari masalah dengan orang lain." Jawbku.

"Syukurlah, aku khawatir kamu kenapa – kenapa karena aku membuatmu mendapatkan masalah ini." Ucap Sarah, merasa bersalah.

"Santai saja, lagi pula siapa yang akan melindungimu saat itu kalau bukan aku, tidak mungkin aku diam jika kamu diperlakukan seperti itu." Ucapku.

"Terima kasih." Ucap Sarah, " aku minta maaf juga, karena membuatmu luka seperti itu."

"Santai, hanya luka bisa." Ucapku.

"Sebagai permintaan maaf, aku akan mengobati lukamu." Ucapnya, sambil mengambil sesuatu di tasnya.

Dengan tersenyum, " Baiklah kalau kamu memaksa."

" Sini kuberi betadine dulu sedikut!" ucapnya, sambil memegang pipiku, dan mengoleskannya.

"Aduh!" jeritku"

"gitu aja udah menjerit." Ucap Sarah sambil tertawa.

"Ya kan sakit Sar, kalau tidak menjerit, bukan sakit namanya." Ucapku.

"Terus?" tanya Sarah.

"Cuma tempelan doang lukanya."

"Kamu, nih mana bisa luka begini tempelan." Ucap Sarah, sambil menempelkan plaster, "udah beres."

"Sudah tidak sakit." Ucapku."

"Karena sudah di obati, kalau belum ya masih sakit pasti." Ucap Sarah."

"Terima kasih yah." Ucapku.

"50 ribu!" Seru Sarah.

"Hah?" tanyaku, heran.

"50 ribu, kan udah di obtain." Ucapnya sambil tertawa.

"Resek banget, kirain ikhlas." Ucapku.

"Bercanda, jangan dianggap serius dong." Ucap sarah dan tertawa.

"Kamu nih, ya udah ayo kita pulang." Ucapku.

"Tapi aku tidak bawa kendaran Wahyu." Ucap Sarah.

"lah, terus ke kampus naik apa?" tanyaku.

"Naik Ojek Online." Jawab Sarah.

"Ya udah pesan lagi aja." Ucapku.

"Tidak usah ah, promonya habis, mahal banget kalo tidak pake promo." Kata Sarah.

"Kalau begitu, bareng aku aja." Ucapku.

"Boleh, tapikan meskipun sejalur, rumahku jauh dri rumahmu." Ucap Sarah.

"Tidak masalah, tetap akan ku antar sampai depan rumah."

"Yakin nih tidak merepotkan?" tanya Sarah.

"Iya, santai aja." Jawabku.

"Baiklah." Ucap Sarah.

Saat aku pulang, ibu sudah menyiapkan makanan di meja untuk makan malam,

"Kamu sudah pulang ?" tanya ibu, sambil menyiapkan makan dimeja.

"Iya Bu, hari yang melelahkan." Jawabku.

"Ya namanya juga ospek, pasti lelah lah." Ucap ibu.

"Emang ibu pernah kuliah ?"

"Ya tidak, tapi ya pasti melelahkan, terlihat dari wajahmu." Jawab ibu.

"Ya sudah ayo makan." Ibu memberikan ku piring, dan kita makan bersama.

Masakan ibu memang paling enak didunia ini, tidak terkalahkan. Tapi ada yang membuatku bimbang, apakah aku harus jujur soal apa yang terjadi padaku, tentang musibah itu dan kekuatan yang ku miliki ? Tapi aku takut ibu khawatir, dan menganggap aku aneh.

"Bu, aku udah selesai, aku mandi dulu yah bu,nanti ku temani nonton sinetron." Ucapku.

"Iya nak." Ucap ibu.

Sekali – kalilah menemani ibu untuk nonton, dari pada sendiri terus, lagian mumpung masih banya waktu luang setidaknya saya memanfaat kan waktu bersama ibu.

Selama Ospek berlangsung, semuanya berjalan dengan baik, terlebih dengan kating – kating yang brengsek itu.

Aku bingung, bingung dan takut karena aku bukan manusia seperti biasanya, mana mungkin ada manusia yang bias mengeluarkan api dari tubuhnya ? Bahkan bias mengendalikan api dan tanah.

Aku juga ada rasa ke Sarah, tapi apa aku pantas bias bersanding dengannya ? Sedangkan aku disini bukan manusia normal pada umumnya. Kalua dibilang dia akan menerimaku apa adanya, rasanya tidak mungkin karena ini bukan soal kekuarangan, bahkan keunikan pun bukan, ini keanehan dan tidak bias dijelaskan dengan nalar.

Apakah ada juga yah manusia yang sepertiku punya kekuatan seperti ini ? Kuharap ada, jadi aku tidak sendirian disini.

Haridemi hari aku merasa bimbang dengan diriku sendiri, aku tidak bisa mengetahuimasa depan ku seperti apa, sekalipun aku menjadi pahlawan diera Milenial ini,aku bisa makan apa, masa iya aku numpang makan dirumah Professor. Kuharap masadepan baik terhadapku, agar aku bisa membantu ibu, dan bisa membanggakannya.

HiRO - Become HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang