Senja Bersama Hadi

3.6K 67 5
                                    

Sebuah map sengaja kugunakan untuk menutupi wajah, tak lupa mengenakan kaca mata hitam lebar ala Princess Syahrini, menuju kamar yang telah dibooking oleh Hadi Sanjaya. Dengan sekali ketuk, pintu langsung terbuka. Pria itu tak memberi kesempatan padaku untuk membuka sepatu dan meletakkan barang-barang yang kubawa. Ia menciumi wajahku dengan ganas dan bertubi-tubi.

"May, ah ...." erangnya berkali-kali saat aku membalas ciumannya.

"Aku rindu, May. Aku rindu semua hal tentangmu." Pria itu ngelantur di sela-sela ciuman panasnya. Aku hanya merespon dengan senyuman. Ia berusaha melucuti blazer yang kukenakan, lalu membuka kancing kemejaku yang berwarna maroon. Tangan kanannya bergerak liat di punggungku mencari pengait bra. Aku menggelinjang saat tangannya berhasil meremas payudara, lalu memilin putingnya dengan liar.

"Ah ...." Aku hanya mendesah, lalu meremas rambut Hadi. Pria itu terus menarik lidahku dengan lidahnya. Matanya terpejam menikmati serangan yang beberapa kali kulancarkan. Ia begitu menikmati permainanku.

"May, apa kita akan terus berdiri seperti ini? Aku ingin utuh berselancar di tubuhmu, Sayang!" bisiknya di telingaku. Lalu tangan kekar itu mengangkat tubuhku ke atas ranjang. Berbaring di sebelah sambil membelai wajahku.

"Ciumanmu masih seperti dulu. Aku suka ...." Hadi kembali menyelipkan tangannya di dadaku, meremas payudara, aku mengerang sambil terpejam.

"Apa kau akan menyiksa kita dengan terus seperti ini?" tanyaku manja. Pria itu tersenyum, lalu sebelah tangannya menaikkan rok selutut yang kukenakan. Hadi memang tidak suka bercinta tanpa busana, menurutnya gesekan kain akan membuat erangan makin sexy. Tangannya meremas kewanitaanku, aku basah.

Lalu dengan liar menarik penghalang kenikmatan kami. Ada sedikit nyeri saat ia menghunjamkan tongkatnya di kewanitaanku. Ukuran batangnya memang hampir sama dengan rata-rata pria yang tidur bersamaku. Perlahan ia maju mundurkan pinggul, mencium bibirku dengan ganas, tak lupa meremas payudaraku dengan lembut dan menggoda. Hadi benar, gesekan kain kemeja di payudaraku menimbulkan sensasi lain.

Inilah saat yang paling menyenangkan, saat pria itu memanjakan tubuhku dengan sentuhan erotis.

"Kamu sexy, Cantik. Aku suka. Aku selalu ingin mengulangi saat ini. Tapi ...." Hadi terpejam, ia hampir klimaks, namun ia urungkan dengan memperlambat gerakannya. Karena ia tahu, aku belum panas.

"Kamu juga. Masih seperti yang dulu, tetap besar." Aku terkikik manja, lalu menarik lidahnya dengan lidah, menimbulkan decak nikmat yang tak dapat dilukiskan. Pria itu malah menghentikan gerakannya. Ia menatapku dengan sendu.

"Aku kalah, Sayang."

"Aku tahu," ucapku manja. Kubelai wajahnya lalu mengulum bibirnya.

"Eksekusi saja! Aku tahu sudah lama kau tak dapat jatah," bisikku sambil menggigit cupingnya. Ia mengerang.

"Kamu belum, Sayang. Mana bisa aku duluan."

Aku tertawa, sambil melakukan gerakan kegel (gerakan vagina menahan buang air kecil). Hadi makin mengerang, lalu mengulum bibirku dengan rakus. Lalu mempercepat goyangan pinggulnya. Di saat yang bersamaan ia menghisap lidahku dengan kuat. Dia klimaks. Kemudian kumanfaatkan moment ini dengan menggoyangkan pinggul, di sisi lain menekan bokong Hadi. Aku pun klimaks.

Dengan napas yang tersengal, ia membelai wajahku. Menyunggingkan senyum letih, kemudian mengecup bibirku.

"Makasih, Cantik. Kegelmu, aku suka. Kamu makin mahir."

"Kamu juga harus meningkatkan ketahanan barang saktimu! Mana bisa jadi partnerku jika klimaks duluan," protesku sambil memonyongkan bibir. Lalu kembali melakukan kegel pada batang saktinya. Ia mengerang sambil memaju-mundurkan pinggulnya. Bisa terdengar decak dari bawah sana, tanda bahwa cairan yang dimuntahkan Hadi sangat banyak.

"Ish, banyak banget. Emang nggak pernah eksekusi pakai sabun?" godaku padanya.

"Nggak. Aku malas seperti itu. Makanya aku ke ruanganmu." Pria itu tersenyum.

"Pantas, jadi modus ya?"

"Iya. Aku tahu kau tak akan menolakmu, Sayang. Karena kita pernah saling memuaskan dulu," jawabnya jujur. Tangannya kembali meremas payudaraku yang terhalang kemeja. Aku memejamkan mata, menikmati sentuhannya. Aku sungguh menyukai perlakuannya.

"Enak, Sayang?"

"Banget. Aku suka," jawabku manja. Lalu melingkarkan lengan di lehernya.

"Aku tahu, kau suka dimanjakan. Maaf ya, kalau kau harus mencapai klimaks sebelum panas."

"Hmmm ...." Aku bergeming menikmati setiap sentuhan Hadi. Di bawah sana, batang sakti Hadi masih menegang, pria itu juga masih menggoyangkan pinggulnya perlahan. Kewanitaanku berkedut, suara berdecak itu makin seksi.

"Lagi, kah, Sayang?" tanyanya lirih. Tangannya masih terus meremas payudara. Tak ada jawaban dari bibirku, aku hanya berkali-kali mengerang, kewanitaanku kian berkedut. Inilah efek jika belum panas. Hal yang istimewa selalu ada di akhir. Beruntung Hadi masih terus menggerakkan pinggulnya.

Aku terus mengerang, lalu melumat bibir Hadi, melakukan tarian lidah. Meliuk hingga menimbulkan suara decak dan desah nikmat, tanganku bergerak liar di dada bidang Hadi. Bahkan memilin puncak dadanya yang menegang. Tak lupa sedikit kugerakkan bokong, menggesekkan hotspot yang ada di dalam, dan aku menemukan rasa itu.

Aku mengerang, tubuh tegang, apalagi Hadi terus meremas payudara, juga menggigit bibirku dengan bibir. Aku klimaks untuk kedua kalinya.

"Ah ...." Hadi benar-benar tak memberi kesempatan untuk bernapas. Kali ini giliran dia yang klimaks untuk ke dua kalinya. Kami tertawa saat mendengar bunyi decak kian riuh di bawah sana.

"Banjir, Cantik."

"Hu-um ...."

"Aku mandi duluan, ya!" Perlahan ia mencabut batang saktinya, aku mendesah nikmat. Sensasi ketika benda perkasa itu beranjak pergi terasa amat berbeda. Aku segera memiringkan tubuh, sambil menarik selimut dengan jempol kaki. Tubuh tegap Hadi hilang di balik tembok kamar mandi. Aku terlelap kelelahan.

Entah untuk berapa lama, hingga aku terbangun dengan suara dering ponsel. Hadi hanya tersenyum, melihatku baru membuka mata. Rambutnya terlihat setengah basah, dengan kancing kemeja yang masih terbuka. Kulit putihnya makin membuat ketampanannya terpancar. Aku mengisyaratkan telunjuk di bibir saat akan menerima telpon.

"Hallo, Mas."

"Kalau pulang jangan kemalaman, Sayang! Kasihan anak-anak di rumah," titahnya padaku.

"Iya, Mas."

"Nggak usah mikir macam-macam sama mas! Mas cuma cari uang buat anak-anak. Sudah ya!"

Percakapan telpon berakhir, aku segera beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Namun tangan Hadi menarik pinggangku.

"Lagi, yuk!" godanya. Aroma sabun menguar dari tubuhnya.

"Aku harus pulang. Anak-anak menunggu di rumah," ucapku santai.

"Yah ...." Wajahnya berubah sendu.

"Sorry ya!"

Pria itu hanya mengangguk pasrah saat aku berlalu. Kewanitaanku masih berdenyut ngilu. Apalagi saat air hangat membasuh bagian dalamnya. Aku meringis. Hadi rupanya begitu bersemangat hingga meninggalkan jejak perih di dalam sana. Aku bergegas. Tak ingin kedua jagoanku terlalu lama menunggu. Sudah cukup kegilaanku hari ini, aku harus kembali ke dunia nyata, berperan sebagai ibu yang baik bagi anak-anak.

Bersambung

*Sudah mendekati konflik nih, semoga bisa update setiap hari 💖

RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang