Dengan perasaan bahagia yang tak bisa terbendung, seorang perempuan dengan setelan sederhana berupa baju sabrina putih, celana denim sobek-sobek, dan tak lupa tas selempang bermerek, berjalan di sebuah lorong panjang penuh pintu-pintu bernomor, tepatnya di lantai 6 apartemen tempat kekasihnya tinggal.
Dengan tangan penuh karangan bunga serta kue tiramisu kesukaan pacarnya, ia dengan perlahan berjalan seraya mencari pintu apartemen nomor 659. Ia memang tak memberitahu pacarnya ia akan datang karena hari ini adalah hari jadi mereka yang ketiga.
Tanpa memencet bel, ia membuka pintu apartemen itu dengan kata sandi yang sudah ia ingat diluar kepala.
Sesaat setelah membuka, stiletto merah cerah yang tergeletak di lantai membuat Aileen mengerutkan dahinya.
'Mungkin sepatuku dulu tertinggal disini,' batin Aileen.
Dengan mengendap-endap, Aileen berjalan menuju kamar kekasihnya setelah menyadari bahwa kekasihnya tak terlihat di mana-mana.
Apartemen yang berantakan tak dihiraukannya, ia tetap berjalan menuju kamar kekasihnya. Semakin dekat, suara aneh menyapa indra pendengarannya. Seperti suara desahan dan rintihan seorang perempuan.
'Apakah Axel tiba-tiba menjadi perempuan? Suaranya kok feminim banget?' batin Aileen mulai merasa janggal.
Ia langsung menaruh kotak kue beserta karangan bunga ke meja ruang tamu dan akhirnya sadar tentang keadaan apartemen pacarnya yang lebih mirip seperti kapal pecah daripada sebuah tempat beristirahat setiap hari.
'Ataukah Axel tiba-tiba jadi monster berpita suara kecil?' batin Aileen lagi, bergidik ngeri.
Setelah meletakan semua barang yang dibawanya, ia berlari menuju kamar Axel dengan perasaan khawatir. Namun setelah ia membuka pintu, ia melihat sesuatu yang membuatnya sakit. Axel terlihat sedang bercumbu dengan seorang wanita.
Plak!
"Aileen, a-aku bisa jelasin," ucap Axel terbata-bata.
"Apaan sih, Xel. Kayak sinetron aja. Pokoknya kita putus sekarang!" ucap Aileen dengan tegas, setelah itu pergi dari apartemen Axel.
Walaupun Aileen akui akan adanya setitik rasa sakit di hatinya, ia tidak menangis sama sekali. Sepertinya memang tubuhnya menyadari bahwa Axel tak pernah serius dengan hubungan mereka ini.
Ia berjalan lurus menuju lift apartemen keramat itu, lalu pergi menuju mobil sportnya yang terparkir di basement apartemen itu.
Drrt.. drrt..
Gimana acara surprisenya? Berhasil?" tanya seorang teman dekat Aileen menggebu-gebu dari seberang telepon.
"Kita putus," ucap Aileen acuh tak acuh.
"Lo sama Axel putus? Hah? Kok bisa?" teriak orang itu terkejut.
"Davina, berisik tau! Gw lagi nyetir," jawab Aileen ikut menaikan suaranya.
"Ya, lagian aneh lah. Baru tadi pagi lo bilang bakal bikin surprise ke Axel, sorenya lo malah bilang kalian putus. Gak mau tau, lo harus cerita sekarang!" balas Davina, teman dekat Aileen dari jaman sejak mereka menggunakan popok.
"Gw lagi nyetir, besok aja gw cerita di kantor, okay?" tawar Aileen yang sedang sibuk dengan padatnya ibu kota bersama mobil kesayangannya.
"Awas lo kalo gak cerita," ucap Davina mewanti.
"Iya, Davina Sayang."
-----
To Be Continue
Author's Note
Hii semuanya!
Wah gila sihh!! Makasihh banyak untuk 1k readersnya dilapak ini, tak kusangka akan mencapai 1k hikd, senangnya!Kalo ada typo atau salah ejaan bisa langsung tag aku yaa. Jangan sungkan untuk ngasi kritik2, tapi yang sopan yaa!
-Ladya (17/03/20)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral
Fanfiction[#2 Light Romance by Ladya] e·phem·er·al /əˈfem(ə)rəl/ adjective • lasting for a very short time. Akibat gila kerja dan sudah lama melajang, Bramasta Wijaya, seorang pria dewasa dengan umur berkepala tiga, didesak oleh sang ibu untuk mencari seorang...