"Kamu lembur?" tanyaku memecah keheningan beberapa saat.
"Iya, Pak," ucapnya dengan muka yang terlihat letih.
"Oh iya, saya suka dengan kinerja kamu tadi saat presentasi," pujiku saat hening hinggap kembali.
"Terima kasih, Pak," jawabnya dengan senyuman manis, entah kemana menguapnya wajah lelah tadi.
"Apakah Bapak ada saran atau kritik lainnya tentang bahan presentasi saya tadi?"
Hebat! Bukannya puas karena telah dipuji oleh atasannya, ia justru meminta kritik lainnya.
"Hmm, untuk strategi marketing yang tadi kamu kemukakan. Kamu mengatakan bahwa kamu akan memberikan rangkuman strategi itu kepada Divisi Marketing bulan depan, kalau bisa, berikan saja pada mereka minggu depan," saranku padanya.
"Kenapa, Pak?"
"Strategi itu bisa digunakan untuk membantu melancarkan peluncuran produk terbaru kita sebentar lagi," jelasku membuatnya mangut-mangut.
"Oke deh, Pak. Ada lagi?"
"Nanti kalau ada, akan saya panggil kamu ke ruangan saya. Tidak apa kan?" tanyaku.
"Bol- Eh, sebentar ya, Pak." Jawabannya terganggu saat dering teleponnya berbunyi.
Sayup-sayup bisa kudengar keluhannya, "Dia lagi, dia lagi."
"Apa lagi sih?" Kali ini, ia berbicara dengan lantang.
Aku tidak mengerti dengannya. Apakah ia melupakan kehadiranku atau ia santai-santai saja saat atasannya di dekatnya.
"Gw udah bilang, gw mau pisah!" pekik Aileen gemas terhadap seseorang dibalik panggilan itu.
"Bodo amat, mau lo teror gw, mau lo termos gw, mau lo tiram gw, mau lo teriyaki gw, GW GAK AKAN GOYAH!" Sekarang, sudah jelas titik kesabaran Aileen sudah diujung tanduk. Dengan penuh emosi, ia akhirnya mematikan sambungan itu lagi.
Kini aku tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana. Ia masih kesal dengan perilaku mantan pacarnya-hanya asumsiku, tapi aku yakin ini benar- terlihat dari geraman serta dadanya yang kempas-kempis menahan amarah yang sedikit lagi, mungkin, akan bergejolak.
Maka disepanjang lift turun, tidak ada sahutan atau pembicaraan yang kami lakukan. Benar-benar hanya diam dan kelihataannya Aileen nyaman dengan keadaan seperti ini.
Inginku bertanya "Kau tak apa?" atau "Apakah semuanya baik-baik saja?" namun sudah jelas dia tidak tak apa-apa dan semua tidak baik-baik saja.
Kalian ingin memakiku karena pertanyaan bodoh yang akan kulontarkan tadi? Maki saja, aku sendiri kikuk dan tidak tahu harus bertanya apa.
-----
"Aku pulang," ucapku otomatis saat membuka pintu rumah.
"Ah, kau sudah pulang? Bagaimana hari ini? Lancar semua?" tanya Mama penuh perhatian saat aku melepaskan jas.
"Lancar kok, mama gimana? Acara hari ini lancar?" Mama memang tadi sempat ada urusan, katanya sih urusan 'perempuan' dan aku sungguh tahu yang ia maksud adalah arisan.
"Lancar juga. Sudah makan? Tadi mama sempat buat Soto Ayam, jaga-jaga kalau kamu belum makan," jelas Mama.
"Aku belum makan. Yuk, makan bareng," ajakku yang dibalas angukan dan senyuman Mama.
-----
To Be ContinueAuthor's Note
Helloo kaliann!
Akhirnya aku bisa kembali dengan cerita ini! Kemungkinan update besok akan sedikit telat, maaf ya kawan2 :(Aku lagi ada tugas/proyek besar yang penting banget, wish me luck yaa! Thank you for reading my work and have a great day!
-Ladya
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral
Fanfic[#2 Light Romance by Ladya] e·phem·er·al /əˈfem(ə)rəl/ adjective • lasting for a very short time. Akibat gila kerja dan sudah lama melajang, Bramasta Wijaya, seorang pria dewasa dengan umur berkepala tiga, didesak oleh sang ibu untuk mencari seorang...