t w e l f t h

325 58 33
                                    

Target untuk next chapter :
100 readers, 35 votes, 10 comments.
See you!

Seketika ia teringat perbuatan Bram yang menciumnya dengan pelan dan halus. Memperlakukan bibirnya dengan sangat perlahan seakan bisa memecahkannya bila ia tidak hati-hati.

"Aish! Stop! Kenapa tiba-tiba mesum begini?" Aileen segera memukul kepalanya agar tersadar dari lamunan gila yang tak berdasar itu.

"Dasar playboy cap kaki tiga!" ucapnya memaki Bram untuk terakhir kalinya karena ia berencana pergi turun menuju lantai divisinya.

Kalau kalian tanya mengapa Aileen memaki Bram dengan sebutan playboy adalah karena ia seringkali menangkap basah Bram dengan perempuan lain. Ia tidak pernah membawa perempuan ke kantor, namun sudah belasan kali ia melihat Bram dengan perempuan yang berbeda di acara manapun.

Mulai saat ini, ia akan terang-terangan membenci Bram. Masa bodoh dengan teman-teman sedivisinya yang ngefans sama Bram, cih, emang dia pikirin! Dan sebuah kalimat yang telah mengakar kuat dan dalam dari sejak beberapa saat yang lalu memperkuat kebenciannya.

Kalimat itu mengatakan,

"TIDAK AKAN KUBIARKAN DIRIKU DEKAT DENGAN BRAMASTA WIJAYA DALAM JARAK 100M!"

-----

"Bram pulang, Ma," ucap Bram lesu saat ia melewati ruang tamu yang biasa Mamanya tempati pada jam pulang Bram. Alasannya sih katanya, "Ada acara gosip hot pas jam segitu, sekalian nunggu kamu pulang gitu."

"Lah, kenapa lesu banget? Capek?" tanya Linda, sang ibunda, yang hanya menoleh ke belakang saat menyadari kehadiran anaknya.

"Nanti aja ceritanya, mau mandi dulu," ucap Bram dengan wajah yang ditekuk masam.

Melihat anaknya yang kelelahan seperti itu, Nita membiarkannya pergi naik menuju kamarnya. Tidak, lebih tepatnya ruang kerja berkedok kamar.

-----

"Makasih, Ma," ucap Bram saat melihat mamanya menyiapkan sepiring nasi.

Sang ibunda mulai mengerutkan dahi, tidak biasanya anaknya seperti ini. Biasanya, Bram akan memuji masakannya yang berbau enak dari kejauhan atau berteriak seperti tarzan di hutan.

"Cerita dong, kamu kenapa? Hm?" tanya Mama mencoba membujuk Bram sekali lagi.

"Nanti saja, setelah makan," ucap Bram dengan raut wajah tak terbaca. Biasanya Mama dengan mudah menebak isi hati Bram, namun sepertinya saat ini menjadi pengecualian.

Setelah dua insan itu makan,—ralat, hanya Bram yang selesai—Bram bertanya, "Ma, kalo mama tiba-tiba dicium sama orang ganteng, bakal marah gak?"

Setelah menegak air putih yang disajikan, Linda menjawab, "Tergantung. Kalo mama gak kenal orangnya, ya pasti marah lah!"

"Tapi, Ma, gimana kalo kenal tapi gak terlalu dekat?" tanya Bram mencoba positive thinking. Ia ingin mamanya juga berpemikiran sepertinya. Kan hanya cium, itu yang dipikiran Bram.

"Contohnya?"

"Contoh ya, hmm. Gimana kalo bos dan bawahan?" tanya Bram lagi.

Linda yang mulai mengerti kemana arah jalan pembicaraan ini akhirnya menyeletuk, "Kamu cium bawahan kamu?"

"Eh kok ta- GAK KOK!" Bram segera memukul bibirnya yang berbicara tanpa rem. Hampir aja keceplosan!

"Nah loh, ketauan kan. Cerita sini sama mama, siapa sih cewe malang itu?" goda Linda dengan menaikturunkan alisnya.

"Hah Malang? Gak, dia bukan dari Malang, Ma," ucap Bram dengan muka polosnya.

"Aduhhh, Bram!!" geram Linda. Ia mulai heran dengan Bram, kadang polos macam pantat bayi tapi kadang tingkah dewasanya terlihat dengan jelas.

"Lah, apa sih, Ma? Tiba-tiba teriak, kan Bram bisa jantungan kalo kek gini."

"Maksud mama tuh, siapa sih cewe bernasib buruk itu, bukan mama nanya kalo dia dari Malang atau bukan," jelas Mama yang terlihat gemas dengan anaknya. Untung lahir dari rahim gue, batin Linda.

"Oh, bilang dong dari tadi," ucap Bram cekikikan, "..eh bentar, KOK MALANG? Malah bagus dong, dicium sama seorang Bramasta Wijaya."

Sekarang Linda mulai mempertanyakan tentang masa hamilnya. Dulu gw ngidam apa sih sampe anak gue kek begini, batin Linda sambil mengingat kembali masa-masa itu.

"Bram, mama boleh ngasih tau sesuatu?" tanya Linda yang mulai lelah dengan perbincangan ini.

"Boleh lah, pengen puji Bram yang terlalu ganteng ini ya?" tanya Bram sambil menyugar rambutnya.

"Bukan. Mama cuma mau bilang, percaya diri boleh tapi jangan terlalu kepedean. Ntar ilfeel cewe-cewe deket kamu." Seusai Linda selesai mengatakan sarannya, ia buru-buru pergi menuju kamarnya sebelum Bram selesai menelaah ucapannya.

-----
To Be Continue

Author's Note
Halloo semuanya!
Maap mendadak update tanpa bilang, dahlah aku gemes bgt mau update part ini walaupun blom nyampe target sebelumnya 🤣

Btw mau curcol, ada yang pernah dapet cowo kek gini gak sih? Kek tiba-tiba nyomot aja gitu. Aku yang nulis aja gak pernah, kalo ada cerita disini dong wkwkwk

Alright, segitu aja dari aku, have a nice evening everyone and see you in the next chapter ^^

OH BTW HAPPY BELATED NEW YEAR EVERYONE (≧▽≦)

- Ladya (04/01/21)

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang