Target untuk next chapter :
100 readers, 35 votes, 10 comments.
See you!Drrt.. drrt..
Seakan terhempas kembali ke muka bumi saat mendengar deringan ponsel, Aileen akhirnya mendorong paksa Bram dengan sekuat tenaga lalu menampar keras pipi Bram.
"Apa yang kau lakukan!?" teriak Aileen lalu menyentuh bibir bengkaknya.
Bram yang baru saja tersadar akhirnya menjawab, "Astaga! Maafkan aku," jawabnya menyesal. Namun karena emosi telah menguasai Aileen, ia tak bisa melihat maupun mendengar penyesalan yang Bram katakan.
Lantas Aileen berlari menuju pintu yang tak terkunci, meninggalkan Bram yang tengah mengacak rambutnya sendiri tanda geram.
Saat mencoba untuk mengontrol emosinya, Bram tiba-tiba teringat kembali dengan bibir semanis madu yang sudah pasti menjadi candunya.
Pengalaman itu adalah pengalaman pertamanya. Berasa seintens itu bersama seorang perempuan adalah yang pertama baginya.
Memang agak memalukan sih bagi seorang lelaki. Teman-temannya memang sering ke kelab dan berfoya-foya dengan perempuan agar menghangatkan ranjang mereka dimalam hari, namun ia memilih untuk tidak ikut. Saat terpaksa, mungkin ia akan ikut, namun hanya sebatas meminum Orange Juice atau bahkan air mineral di sana.
Seringkali jalang datang dan mulai menempel bagai lintah di tubuh Bram saat ia duduk sendiri, namun bukannya tergoda, Bram justru merasa jijik. Ya bagaimana tidak jijik, mereka menempel sambil menyombongkan dada besar silikon mereka. Kan geli, batin Bram.
Namun sepertinya Aileen akan menjadi bumerang bagi hidupnya yang seolah kebal perempuan sejak dulu. Tak pernah ia merasa setakut itu untuk kehilangan peluang mendekati seorang perempuan.
Di lain sisi, Aileen terus berlari seperti orang kesetanan di lantai dua belas ini. Sekarang ia baru tersadar, bagaimana tadi ia dengan mudah menyeret orang yang dihormati satu perusahaan ini dengan mudah? Bahkan sampai ruangannya! Bagus, Leen!
Lima menit terus berlalu dan Aileen masih frustasi mencari toilet. Tidak mungkin toilet hanya satu di lantai khusus untuk seseorang yang disegani di perusahaan ini kan? Masa sih cuma di ruangan dia doang, gerutu Aileen.
Akhirnya ia bisa bernapas lega saat melihat toilet, seakan ini pertama kali untuknya melihat sebuah toilet. Rasanya sudah sepuluh kali ia mengelilingi segala penjuru tempat di lantai ini, namun mengapa ia baru melihat toilet ini ya?
Aileen langsung bercermin dan melongo melihat bibirnya yang ternyata sudah bengkak seakan baru selesai melakukan sesi operasi bibir.
Sekarang ia menjadi kesal sendiri. Kenapa tadi ia bisa terpedaya oleh godaan seorang Bramasta Wijaya? Padahal jika ia disentuh saja oleh mantan pacarnya, ia pasti akan mendampar lelaki tak tahu etika itu.
Namun, tidak ingin menyalahkan diri sendiri, ia juga memaki Pak Bos itu karena main sosor-sosor aja! Gadis perawan mana yang tidak terkejut saat dicium tanpa aba-aba seperti tadi? Segala sumpah serapah dan nama-nama binatang ia layangkan kepada Bram.
Masih gemas, Aileen bahkan menghentak-hentakkan stiletto warna kuningnya seraya berteriak untuk mengeluarkan seluruh unek-unek.
"Liat saja nanti— URGH KESAL!"
Belum selesai ia mengancam Pak Bos, yang menjelma menjadi kaca dinding, dengan jari yang terus menunjuk-nunjuk kearah kaca, ia kembali dibuat marah saat melihat pantulan bibirnya yang jontor seperti emak-emak janda yang ia suka lihat saat membeli sayur di tukang sayur keliling.
"Mana gak bawa lipstick lagi! Sialan!" monolog Aileen saat meraba bibirnya.
-----
To Be ContinueAuthor's Note
Halloo semuanya!
Gimana kabarnya? Semoga pada sehat semua yaa! Maaf banget udah lama gak update karena sejujurnya kekurangan motivasi untuk update cerita ini ㅠㅠ Rasanya kayak ada yang kurang dari cerita ini, mau diperbaiki tapi malah engga mood jadinya malah hiatus deh :(Dan aku harap dengan update ini, bisa mengobati kerinduan beberapa dari kalian untuk cerita ini. Alright, tanda basa-basi lagi, have a nice day everyone and see you in the next chapter ^^
- Ladya (21/12/20)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral
Fanfiction[#2 Light Romance by Ladya] e·phem·er·al /əˈfem(ə)rəl/ adjective • lasting for a very short time. Akibat gila kerja dan sudah lama melajang, Bramasta Wijaya, seorang pria dewasa dengan umur berkepala tiga, didesak oleh sang ibu untuk mencari seorang...